- Source: Mehmed Spaho
Mehmed Spaho (13 Januari 1883 – 29 Juni 1939) adalah seorang politikus Bosniak dan ketua Organisasi Muslim Yugoslavia. Dia adalah politikus Muslim Bosnia pertama di Kerajaan Serbia, Kroasia dan Slovenia. Spaho digambarkan sebagai "pemimpin Bosnia yang tak terbantahkan di masa antarperang" oleh surat kabar Oslobođenje pada 2013. Dia meninggal secara misterius di sebuah hotel di Beograd.
Masa muda
Spaho lahir di Sarajevo, Kekaisaran Austria-Hungaria, dari keluarga pengrajin tembaga. Ayahnya Hasan adalah seorang ahli hukum Syariat dan sebelum pendudukan Austria-Hungaria, dia menjadi hakim di Jajce, Sofia, Damaskus dan Kairo di era Ottoman. Ibunya bernama Fatima (née Bičakčić). Spaho memiliki tiga saudari: Behija, Aiša, dan Habiba, serta dua saudara: Fehim dan Mustafa.
Spaho menamatkan sekolah dasar di Sarajevo, di mana dia dikenal sebagai murid yang baik. Pada tahun 1906, ia lulus dari Fakultas Hukum Universitas Wina. Pada akhir tahun 1907, ia lulus ujian doktor dan pada tanggal 7 Februari 1908, resmi bergelar dr. iur. Di Wina, Spaho mengikuti organisasi "Zvijezda" (Bintang), sebuah organisasi yang beranggotakan mahasiswa Muslim. Organisasi ini mendukung kerja sama yang lebih erat antara etnis Serbia dan Muslim Bosnia. Hakija Hadžić yang pro-Kroasia mengklaim bahwa ia sering menantang Spaho berduel saat keduanya berada di Wina, tetapi Spaho tak menggubris tantangannya.
Ketika dia kembali dari Wina pada tahun 1906, Spaho bekerja sebagai juru tulis pengadilan sampai tahun 1908. Pada tahun 1910, dia menjadi juru tulis pengacara Josef Fischer. Kamar Dagang didirikan di Sarajevo pada tahun 1910, dan pada pertemuan yang diadakan pada 11 November 1910, Spaho terpilih menjadi sekretarisnya dengan gaji tahunan sebesar 6.000 krone; ia mulai bekerja pada 1 Januari 1911. Sejak itu, ia berambisi untuk memasuki Diet Bosnia, bersama cendekiawan Muslim lainnya yang berkuliah di luar Kondominium Bosnia dan Herzegovina. Ia dan teman-temannya gagal masuk Diet. Pada tahun 1914, Spaho terpilih sebagai anggota Dewan Kota Sarajevo, setelah rekan politiknya, Esad Kulović, mengundurkan diri. Dengan ini, Spaho mulai menggeluti dua bidang: ekonomi dan politik.
Perang Dunia I
Saat Perang Dunia I pecah pada Agustus 1914, Muslim Bosnia mulai terpecah. Sebagian mendukung otonomi Bosnia dan Herzegovina di Austria-Hungaria, sebagian lain melihat Bosnia dan Herzegovina sebagai bagian dari Hungaria, sementara yang lain menghendaki penyatuan dengan Kroasia. Gagasan Yugoslavisme belum muncul, karena petinggi politik Muslim Bosnia tidak pernah kepikiran hal itu hingga bulan-bulan terakhir Perang Dunia I. Spaho-lah yang pertama kali mencetuskan sentimen pan-Yugoslavia di kalangan Muslim Bosnia. Dan Spaho bukanlah politikus penting pada saat itu.
Selama perang, Spaho duduk di Dewan Gizi Bosnia dan Herzegovina yang dipimpin oleh Gubernur Stjepan Sarkotić. Sebagai anggota, Spaho melakukan perjalanan pada tanggal 4 Maret 1918 untuk bertemu dengan Perdana Menteri Hungaria, Sándor Wekerle, di mana Spaho mengeluhkan sedikitnya persediaan pangan di Bosnia dan Herzegovina. Spaho juga diterima oleh Menteri Perang Rudolf Stöger-Steiner von Steinstätten, di mana Spaho menjelaskan Memorandum Rakyat Bosnia dan Herzegovina yang meminta pasokan ternak, jerami, wol dll. Keesokan harinya, misi tersebut diterima oleh Ernst Seidler von Feuchtenegg, Perdana Menteri Austria. Spaho meminta von Feuchtenegg memasok lebih banyak bibit kentang untuk ditanam di Bosnia dan Herzegovina. Pada tanggal 10 Maret, misi diterima oleh Kaisar Karl I, yang diminta Spaho untuk membantu orang-orang Bosnia dan Herzegovina yang mengalami masalah pangan. Karl I menyetujui permintaannya sambil memuji tentara dari Bosnia dan Herzegovina yang bertempur "dengan heroik di semua lini".
Karena kesetiaannya terhadap monarki, Spaho dianugerahi Medali Franz Josef dengan Salib Kesatria pada 2 Mei 1918 di Sarajevo. Pada waktu itu, Spaho belum mendukung Yugoslavisme, tetapi dalam telegram Sarkotić kepada Kaisar pada 23 September 1918, Spaho dituding sebagai pendukung Yugoslavisme. Motif Sarkotić membuat telegram semacam itu terjadi setelah István Tisza, Perdana Menteri Hungaria mengunjungi Sarajevo. Saat berada di Sarajevo, Tisza berbincang dengan Presiden Diet Bosnia, Safvet beg Bašagić, Mehmed Spaho, selaku Sekretaris Kamar Dagang, dan seorang pengacara, Dr. Halid Hrasnica. Dalam percakapan itu, Bašagić menyatakan yang terbaik bagi Bosnia dan Herzegovina adalah penyatuan dengan Kroasia, atau jika itu tidak mungkin, Bosnia mendapat otonomi; Spaho dan Hrasnica kompak menyatakan tidak setuju dan mengklaim bahwa keputusan yang terbaik adalah penggabungan Bosnia dan Herzegovina dengan Yugoslavia. Spaho mengeluh kepada Tisza tentang perlakuan Austria-Hungaria terhadap Muslim Bosnia selama perang, saat mereka merekrut tentara, di mana orang tua dan anak-anak mengeluhkan prosedur dalam perekrutan. Dia juga menyatakan bahwa silang pendapat antara berbagai kelompok agama di Bosnia dan Herzegovina telah memudar selama perang, dan menyatakan bahwa mayoritas penduduknya mendukung penyatuan dengan Yugoslavia. Setelah Tisza mengakhiri pertemuan dengan delegasi Muslim Bosnia, ia bertemu dengan perwakilan Serbia yang memberinya Memorandum yang menyatakan bahwa Kroasia, Serbia dan Slovenia menuntut negara Yugoslavia yang bersatu. Tiga tahun kemudian, Spaho mengeluh kepada Parlemen Yugoslavia di Beograd karena tak dilibatkan dalam pembuatan memorandum ini, meski Spaho mendukung gagasan yang sama.
Negara Slovenia, Kroasia dan Serbia
Pada Oktober 1918, Spaho mendukung Memorandum yang diberikan kepada Tisza oleh perwakilan Kroasia dan Serbia. Pada tanggal 13 Oktober 1918, Spaho menyerukan pertemuan intelektual Muslim Bosnia untuk membahas dukungan mereka pada negara Yugoslavia. Alih-alih pertemuan, sekelompok intelektual Muslim, di antaranya adalah Spaho, menyatakan bahwa mereka tidak akan membuat keputusan tanpa persetujuan dari Majelis Nasional Slovenia, Kroasia dan Serbia. Pernyataan ini membuat Spaho masuk dalam Pleno Dewan Nasional Slovenia, Kroasia dan Serbia. Spaho adalah satu dari dua Muslim Bosnia yang menjadi anggotanya.
Pada 3 November 1918, ketika Pemerintah Nasional Bosnia dan Herzegovina dibentuk, Spaho diangkat menjadi Komisaris untuk Perdagangan, Pos dan Telegraf. Sebagai seorang Komisaris, Spaho sangat berperan aktif, terutama dalam membantu keluarga Muslim Bosnia yang menjadi korban kekerasan sebelum Negara Slovenia, Kroasia, dan Serbia bersatu dengan Kerajaan Serbia. Beberapa menteri di Pemerintah Nasional menuntut agar bantuan harus dibagi rata kepada semua korban, namun Spaho menegaskan bahwa korban yang menjadi korban kekerasan setelah 1 November 1918 harus diutamakan, terutama Muslim Bosnia di Bosnia Timur.
Kerajaan Serbia, Kroasia dan Slovenia
Spaho diangkat menjadi Menteri Kehutanan dan Pertambangan ketika pemerintahan pertama Kerajaan Yugoslavia dibentuk pada 22 Desember 1918. Spaho masuk ke dalam Pemerintahan sebagai perwakilan dari kelompok Muslim, dan duduk di sana sampai 23 Februari 1919, ketika dia mengundurkan diri.
Secara politik, Muslim Bosnia terbagi antara dua kubu surat kabar politik yang terbit setelah perang, yaitu Vrijeme (Waktu) dan Jednakost (Kesetaraan). Kelompok politik yang berkiblat ke Vrijeme disebut "Organisasi Muslim". Mereka mengumumkan program pada 8 Januari 1919, yang mendukung demokrasi, konstitusionalitas, keadilan dan harmoni, serta menyatakan kesiapan mereka untuk bekerja sama dengan semua rakyat demi pembangunan "negara Serbia, Kroasia dan Slovenia", berdasarkan konsep kesetaraan di antara tiga kebangsaan. Organisasi Muslim Yugoslavia (JMO) menuntut jaminan perlindungan hak-hak beragama dan perlindungan bagi komunitas Muslim dalam konstitusi. Mereka juga menuntut perlindungan para tuan tanah demi kepentingan negara. Selain itu, mereka juga meminta agar para budak tetap dipertahankan jadi milik tuannya. JMO juga mendukung desentralisasi negara. Berbeda dengan JMO, kelompok politik yang berkiblat ke Jednakost, Demokrasi Muslim Yugoslavia (JMD), tidak mengurusi masalah agama atau agraria, tetapi hanya menuntut agar kekuasaan harus lebih dialihkan ke tingkat lokal; sambil mendukung dinasti Karađorđević dan sentralisme Beograd. Organisasi Muslim Yugoslavia secara resmi didirikan pada 16 Februari 1919. Semua organisasi Muslim Bosnia bernaung di dalamnya, kecuali kelompok Jednakost, yang bergabung dengan Partai Demokrat Yugoslavia pimpinan Svetozar Pribićević. Pada mulanya, Spaho bukanlah anggota JMO, tetapi dia merupakan anggota Vrijeme, meski bukan termasuk tokoh kuncinya. Sebagai menteri dalam pemerintahan pertama, Spaho tidak dapat memengaruhi pendirian JMO. Presiden pertama JMO adalah seorang mufti dari Tuzla, Ibrahim Maglajlić. Spaho baru menjadi anggota JMO pada Mei 1919.
Di tahun yang sama, Spaho mendapat jabatan di Kantor Nasional Sementara (PNO) di Beograd. Dia merupakan salah satu dari 10 perwakilan Muslim Bosnia. Sebelum sidang pertama PNO, Spaho mengundurkan diri dari Kementerian Kehutanan dan Pertambangan karena menentang keputusan Pemerintah yang hanya mengambil alih tanah kepunyaan tuan tanah Muslim. Sebagai anggota PNO, Spaho berbicara tentang ketidakadilan yang dihadapi Muslim Bosnia. Di PNO, Spaho juga bekerja sama dengan perwakilan Kroasia, dengan dukungan partainya, JMO. Spaho sangat aktif di PNO dan sering berbicara tentang ketidaksetaraan yang dialami Muslim Bosnia.
Pada 1920, Spaho terlibat dalam kampanye politik sebelum pemilihan Majelis Konstituante. Pemilihan diadakan pada tanggal 28 November 1920, dan Spaho jadi anggotanya. Kali ini, Spaho bergabung dengan sayap oposisi. Untuk kesekian kalinya dia sangat aktif, terutama ketika membahas kesetaraan Muslim Bosnia dan keterwakilan mereka di dalam Pemerintah. Dalam waktu yang lama, Spaho dan JMO menjadi pihak oposisi di Majelis Konstituante, namun, seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya tunduk kepada Pemerintah. Pemerintah Nikola Pašić ingin JMO mendukung mereka guna meraih suara dalam penyusunan konstitusi baru. Untuk meraih dukungan Muslim, ia menjanjikan keutuhan teritorial Bosnia dan Herzegovina.
Usulan Pašić diterima oleh beberapa anggota JMO. Dalam surat yang dikirim oleh JMO kepada Pašić yang berisi pernyataan dukungan terhadap konstitusi baru, proposal tentang keutuhan wilayah tidak disebut, dan hanya menuntut perlakuan yang lebih baik terhadap Muslim Bosnia. Fraksi JMO di Majelis Konstituante terpecah, satu faksi mendukung negosiasi dengan pemerintah, sedangkan yang lain menentang negosiasi. Akhirnya, Spaho menjadi anggota delegasi JMO yang bernegosiasi dengan Pemerintah, bersama Hamdija Karamehmedović dan Osman Vilović. Pada tanggal 15 Maret 1921, mereka membuat kesepakatan dengan Pašić. Dalam perjanjian ini, Pašić berjanji untuk mengamankan otonomi Muslim, membuat perubahan kebijakan terkait tanah milik para bey, menjamin pembayaran ganti rugi kepada tuan tanah Muslim Bosnia sejumlah 255 juta dinar Yugoslavia, dan menjamin keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina. JMO menerima perjanjian tersebut dan memilih Spaho dan Karamehmedović untuk menjadi menteri di Pemerintahan; Spaho akan menjadi menteri ekonomi sementara Karamehmedović memimpin Kementerian Kesehatan.
Pada 26 Maret 1921, Spaho masuk ke dalam Pemerintahan Pašić sebagai Menteri Perdagangan dan Industri. Namun, jabatan keduanya tidak bertahan lama. Perwakilan JMO kerap berselisih dengan Partai Radikal Nikola Pašić, dengan tuduhan mereka hendak menipu JMO karena tak menghormati kesepakatan yang dibuat. Anggota Partai Radikal, Milan Srškić, berpidato di mana ia menyatakan pemilik tanah Muslim Bosnia seharusnya tidak mendapatkan ganti rugi atas kerusakan, sementara bantuan sosial hanya diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar miskin. Hal ini membuat JMO meninggalkan kubu pemerintah. Spaho dan Karamehmedović mengundurkan diri pada 1 Juni 1921. Keduanya menuduh Pemerintah Pašić tidak menghormati perjanjian tersebut. Namun, Pemerintah mengadakan pertemuan keesokan harinya, di mana mereka berjanji akan membayar kerugian dan para menteri JMO harus kembali ke jabatan mereka keesokan harinya. Akhirnya, seluruh fraksi JMO memutuskan untuk mendukung konstitusi baru, sementara Spaho sendiri menyatakan bahwa dia hanya menentang Pasal 135 Konstitusi, yang menyatakan bahwa kota-kota di banovina dapat pindah ke banovina lain jika mayoritas penduduk setuju untuk melakukannya. Hal ini dianggap dapat merusak keutuhan teritorial Bosnia dan Herzegovina. Setelahnya, JMO terbagi lagi menjadi faksi-faksi, ada yang mendukung Pasal 135, dan yang lain menentangnya; di antara mereka yang menentang adalah Džafer-beg Kulenović. Mereka yang mendukung Pasal 135 dicap sebagai pro-Serbia, sedangkan yang menentang dianggap pro-Kroasia, meski surat kabar resmi partai menyangkal keberadaan fraksi mana pun. Karena tak setuju dengan Pasal ke-135, pada tanggal 26 Juni 1921, Spaho benar-benar mengundurkan diri, sementara Karamehmedović mengundurkan diri empat hari kemudian. Konstitusi Vidovdan yang baru disahkan pada tanggal 28 Juni. Pada tanggal 3 September, ketika Spaho pergi ke Ljubljana untuk membuka pameran, seorang penggiat komunis mencoba membunuhnya dengan menanam ranjau laut seberat 14 kilogram, karena dia mengira Spaho akan melakukan perjalanan laut; Namun, Spaho naik kereta sehingga terhindar dari percobaan pembunuhan itu. Pelakunya tertangkap dan mengakui kesalahannya.
= Pemimpin Organisasi Muslim Yugoslavia
=Setelah memberikan suara pada Konstitusi Vidovdan, faksi lain JMO berpikir bahwa partai tersebut harus memutuskan hubungan dengan Nikola Pašić; faksi ini, dipimpin oleh Spaho, dan meninggalkan Ibrahim Maglajlić, selaku Presiden JMO. Pada 8 Oktober 1921, partai tersebut memilih Komite Sentral yang baru, memilih Maglajlić sebagai presiden kehormatan dan Spaho sebagai presidennya. Terpilihnya Spaho dipandang sebagai berubahnya haluan partai ke kiri dan mendukung kebijakan otonom. Di tubuh JMO sendiri, kekacauan mulai meningkat antara kaum kiri, yang dipimpin oleh Spaho, dan kaum kanan, yang dipimpin oleh Maglajlić; terdapat dugaan bahwa kekacauan ini disebabkan oleh Partai Radikal yang ingin melemahkan kekuatan politik JMO.
Kematian
Pada malam tanggal 28 Juni 1939, Spaho bertolak dari Sarajevo ke Beograd dengan kereta api, setelah menerima undangan dari Pangeran Pavle. Ia pergi bersama sekretaris pribadinya, Mehmed Hadžihasanović. Mereka tiba lebih awal keesokan paginya di stasiun kereta, dan disambut oleh Džafer Kulenović. Spaho bermobil ke hotel "Srpski kralj", yang menjadi tempat tinggalnya selama di Beograd, lalu duduk di meja untuk memeriksa beberapa surat yang telah menumpuk selama dia tidak ada. Pada waktu itu, kamar hotel menerima panggilan telepon, yang berisi undangan untuk Spaho agar hadir dalam "perayaan polisi". Spaho menolak untuk hadir, dengan alasan sibuk. Saat ia mengambil sesuatu untuk menulis, ia tiba-tiba memegang dadanya lalu jatuh dari kursi. Hadžihasanović menghampirinya, tapi terlambat, Spaho sudah meninggal. Pemakamannya pada tanggal 30 Juni 1939 dihadiri oleh sekitar 30.000 pelayat.
Beberapa versi kematiannya telah beredar sejak pagi itu. Ada yang mengatakan bahwa saat Hadžihasanović sedang menyiapkan pakaian untuk Spaho, dirinya mendengar suara teriakan dari kamar mandi, ia segera mendekat, dan mendapati Spaho tewas di dekat keran. Klaim lain mengatakan Spaho tersungkur ke tempat tidur saat hendak ke kamar mandi, dan yang lain menyatakan bahwa beliau meninggal di kamar mandi. Putri Spaho, Emina, mengatakan pada Maret 2013 bahwa Spaho disuguhi kopi beracun setelah meninggalkan kamar mandi, yang membuatnya tak sadarkan diri setelah tegukan pertamanya.
Pada peringatan 130 tahun kelahiran Spaho pada 2013, putrinya yang berusia 91 tahun, Emina Kadić, berbicara kepada surat kabar Oslobođenje tentang keyakinannya bahwa ayahnya telah diracun ketika Emina masih berusia 17 tahun. Dia mengulangi teorinya pada tahun 2014, saat peringatan 75 tahun kematian ayahnya, di mana ia menuduh Pangeran Pavle sebagai otak pembunuhan ayahnya.
Kadić menambahkan bahwa Pangeran memandang ayahnya sebagai pengacau karena perjuangannya untuk hak-hak Muslim di Kerajaan Yugoslavia, dan karena menentang Perjanjian Cvetković–Maček, yang dipercaya sebagai upaya Serbia dan Kroasia untuk memecah belah Bosnia. Dia mengklaim ketidaksetujuan ayahnya terhadap Perjanjian Cvetković–Maček dan pembagian Bosnia oleh Serbia dan Kroasia sebagai motif utama di balik pembunuhannya pada hari raya Vidovdan. Kadić mengatakan bahwa kakaknya Zijah pergi ke Beograd beberapa tahun kemudian dan berbincang dengan pelayan yang menyajikan kopi kepada ayah mereka di pagi itu. Dia mengatakan bahwa pelayan itu bernama Dragan Vujić, dan mengaku bahwa dia sendiri yang menuangkan racun ke dalam cangkir kopi. Kadić menggambarkan ayahnya sebagai sosok yang baik, yang meskipun menghabiskan banyak waktu bekerja di Beograd, ia akan bersantai di taman miliknya ketika pulang ke Sarajevo.
Kurang dari dua bulan setelah kematian Spaho, Perjanjian Cvetkovic–Maček ditandatangani, membagi Bosnia dan Herzegovina untuk sementara waktu sebelum pecahnya Perang Dunia II dan pembentukan Sosialis Yugoslavia.
Referensi
Daftar pustaka
Donia, Robert J. (2006). Sarajevo: A Biography. University of Michigan Press. ISBN 0-472-11557-X.
Donia, Robert J.; Van Antwerp Fine, John (1994). Bosnia and Hercegovina: A Tradition Betrayed. C. Hurst & Co. Publishers. ISBN 9781850652113.
Kamberović, Husnija (2009). Mehmed Spaho (1883-1939): Politička biografija (dalam bahasa Bosnia). Vijeće Kongresa bošnjačkih intelektualaca. ISBN 9789958471094.
Pranala luar
"Emina Kadić: Moj otac Mehmed Spaho je otrovan u Beogradu". Klix. 13 Maret 2013.
Kata Kunci Pencarian:
- Mehmed Spaho
- Komunitas Islam Bosnia dan Herzegovina
- Mehmed Spaho
- Spaho
- Mehmed
- Yugoslav Muslim Organization
- Sulejman Spaho
- Milan Stojadinović
- Fehim Spaho
- Toothbrush moustache
- Bosnia and Herzegovina
- Yugoslav coup d'état