Hewan melata dalam Islam disebutkan dalilnya
dalam Al-Qur'an dan Hadis. Penyebutannya sebanyak 6 kali
dalam Al-Qur'an dengan istilah dābbah atau ad-dawāb. Sementara
dalam hadis,
Hewan melata menjadi pertanda azab bagi sebuah umat dari Bani Israil dan sebagai salah satu pertanda dimulainya hari kiamat.
Dalil
= Al-Qur'an
=
Berbagai jenis
Hewan di
dalam Al-Qur'an disebut dengan dābbah yang merupakan kata turunan dari ad-dawāb. Kata ad-dawāb merupakan kata umum untuk menyatakan
Hewan melata. Penyebutan
Hewan melata di
dalam Al-Qur'an sebanyak enam kali yakni pada Surah Al-Hajj ayat 18, Surah An-Nur ayat 45, Surah Fatir ayat 28, Surah Asy-Syura ayat 29, Surah Al-Jasiyah ayat 4, dan Surah Hud ayat 6.
Di
dalam Al-Qur'an, pembahasan tentang ciri dan bentuk
Hewan dinyatakan
dalam Surah An-Nur ayat 45. Ayat ini berisi pernyataan awal bahwa Allah menciptakan segala jenis
Hewan dari bahan dasar penyusun berupa air. Kelanjutan ayat kemudian membahas mengenai beragam jenis
Hewan termasuk
Hewan yang berjalan dengan perutnya. Tafsir Al-Mukhtasar mengartikan berjalan di atas perut pada ayat sebagai sebuah perumpamaan terhadap
Hewan melata secara umum.
Penyebutan
Hewan melata di
dalam Al-Qur'an hanya
dalam bentuk kawanan tanpa menyebutkan nama
Hewan secara spesifik. Ayat yang mewakilinya adalah Surah Asy-Syura ayat 29.
dalam Surah Fatir ayat 28,
Hewan melata disebutkan bersama dengan
Hewan ternak.
Pemberitaan
= Azab bagi Bani Israil
=
Sebuah hadis dari Abdurrahman bin Hasnah menjelaskan bahwa Muhammad menjelaskan tentang pengazaban satu umat Bani Israil yang diubah menjadi
Hewan melata di tanah. Penjelasan ini disebutkan
dalam hadis riwayat Ahmad bin Hanbal, Ibnu Hibban dan Ath-Thahawi. Dinyatakan bahwa pengazaban ini dikisahkan ketika Sahabat Nabi memasak dhab. Akhirnya, Muhammad memerintahkan untuk membuang masakan dhab tersebut karena takut bahwa
Hewan melata yang dimaksud adalah dhab.
= Salah satu pertanda hari kiamat
=
Sebuah hadis dari Abudllah bin Amr bin Ash menyatakan bahwa tanda paling awal dari dimulainya hari kiamat ialah terbitnya Matahari dari arah barat. Hadis ini riwayatkan
dalam banyak perawi termasuk Imam Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Kemudian tanda berikutnya ialah keluarnya seekor
Hewan melata dari
dalam Bumi. Tanda ini disiratkan
dalam Surah An-Naml ayat 82.
Hewan melata ini akan mengatakan bahwa manusia dahulu tidak tidak meyakini ayat-ayat Allah. Ada pendapat yang menyatakan bahwa lokasi keluarnya
Hewan melata ini di tengah padang pasir dan ada pula yang berpendapat bahwa ia keluar dari Bukit Shafa di Makkah.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, menyebutkan bahwa bersama
Hewan melata ini terdapat cincin milik Nabi Sulaiman dan tongkat milik Nabi Musa. Kedua benda ini menjadi pembeda antara orang kafir dan orang mukmin bagi penduduk yang tinggal dekat dengan genangan air. Cincin Nabi Sulaiman mengekang hidung orang kafir, sementara tongkat Nabi Musa mencerahkan wajah orang mukmin.
Referensi
= Catatan kaki
=
= Daftar pustaka
=
Kafi (2016). Khaer, M., dan Pirman, ed. Al Wadul Haq: Perjalanan Terakhir Anda yang Pasti Terjadi. Diterjemahkan oleh Irham, Maturi. Jakarta: Maghfirah Pustaka. ISBN 978-979-2526-39-4. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2012).
Hewan dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains (PDF). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. ISBN 978-602-9306-19-4.
Muchtaromah, B., dkk. (2020). UIN Maliki Press, ed. Ensiklopedi
Hewan Vertebrata Perspektif Sains dan
Islam (PDF). Malang: UIN Maliki Press. ISBN 978-623-232-701-6. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)