Nama asli
Midhat Pasha (1822-1884) ialah Ahmad Syafiq. Ia menempuh studi tingkat pertamanya dengan pemikiran ketimuran, mempelajari Bahasa Arab dan Persia serta bisa menguasainya dengan baik. Pada 1860 ia menjadi Gubernur Nicea dan menunjukkan kemampuannya, kemudian menjadi Gubernur Tona, Danube (kini Bosnia Herzegovina) pada 1864 selama 3 tahun, lalu ke Istambul untuk bekerja sebagai Ketua Syuro Negara selama setahun. Lalu jadi Gubernur Baghdad. Karena berbeda pendapat dengan Menteri Besar saat itu Mahmud Nadim
Pasha, ia meninggalkan Baghdad. SK pengangkatannya sebagai Gubernur Adrena dikeluarkan namun ditolak dan mampu meyakinkan Sultan Abd-ul-Aziz memberhentikan Mahmud Nadim
Pasha serta meyakinkannya jika ia bisa menjabatnya. Untuk pertama kalinya
Midhat Pasha menjadi Menteri Besar pada 1872. Para anggota Turki Muda menganggapnya sebagai pemimpin pemikirannya secara alami. Ia menjadi Menteri Besar hanya 2,5 bulan. Ia sepakat dengan Rushdi
Pasha dan Huseyin Avni
Pasha menggulingkan Sultan Abdul Aziz dengan dukungan Majelis Syuro, Radif
Pasha serta Suleiman
Pasha, komandan sekolah perang, lalu menggantinya dengan Murad V, tetapi ia hanya menjabat selama 93 hari karena menderita sakit jiwa.
Midhat Pashapun menggantikannya. Sultan Abdul Hamid II mengambil posisi ini dan
Midhat Pasha menjadi Menteri Besar untuk kedua kalinya. Ia mengagumi Inggris dan sistem demokrasinya, serta mengangankan kesultanan Utsmaniyah menebus kegagalannya dengan menerapkan itu. Inggris mendukung dan menolongnya sehingga ia berpandangan bahwa penyusutan pengaruh Sultan Turki Utsmani dan kekuasaan turun temurunnya takkan tuntas selain konstitusi baru diumumkan. Lalu ia mengutus gurunya Audian Affandi, ahli hukum Armenia ke London untuk meminta komitmen Inggris menjamin dan melindungi konstitusi itu. Karena gurunya tak bisa memberi garansi,
Midhat Pasha dari Konferensi Tursanah yang diselenggarakan di Istambul dan dihadiri negara-negara Eropa, meminta pengakuan atas UUD Utsmani dan bisa diintervensi jika dibatalkan.
Midhat Pasha kembali ditunjuk sebagai Wazir Agung, menggantikan Mehmed Rushdi
Pasha, pada tanggal 19 Desember 1876. Ketika dia diangkat, dia berjanji untuk melanjutkan jalan reformasi, dan mengumumkan pada tanggal 23 Desember 1876 bahwa sebuah konstitusi akan diumumkan dan perwakilannya parlemen didirikan. Meskipun bukan anggota komisi yang menyusun konstitusi, ia memainkan peran penting dalam pengadopsiannya. Konstitusi memberikan hak yang sama bagi semua warga negara tanpa pembedaan ras atau kepercayaan, penghapusan perbudakan, peradilan yang independen berdasarkan hukum sipil (bukan agama), pendidikan dasar universal, dan parlemen bikameral, dengan Senat yang ditunjuk oleh Sultan dan Kamar Deputi yang dipilih langsung.
Dukungan rakyat terhadap konstitusi mulai merosot ketika diketahui bahwa mereka akan memberikan hak yang sama bagi non-Muslim. Softas, yang telah menjadi pendukung
Midhat hanya beberapa bulan sebelumnya, menjadi sangat ditentang.
Midhat Pasha berhasil menekan Abdul Hamid II agar menyetujui konstitusi, tetapi Sultan dapat memasukkan pasal 113 yang terkenal, yang memberinya wewenang untuk mengusir siapa pun dari kesultanan tanpa pengadilan atau prosedur hukum lainnya.
Dipanggil lagi pada 1878, ia diangkat sebagai Gubernur Suriah, dan di bulan Agustus ia bertukar kerja dengan Gubernur Smyrna. Namun di bulan Mei berikutnya Sultan memerintahkannya untuk ditangkap, dan meski ia kabur dan naik banding pada kekuasaan. Segera setelah itu ia melihat patut untuk menyerah, menyatakan pemeriksaan yang adil. Pengadilan mengambil waktu pada bulan Juni, saat ia dan lainnya divonis mati. Bagaimanapun, secara umum dianggap sebagai penghinaan, dan pada perantaraan pemerintah Inggris hukuman itu diringankan menjadi pembuangan.
Sebagai akibatnya sisa 3 tahun kehidupannya dihabiskan di pembuangannya di Thaif, Arab, di mana ia meninggal, kemungkinan karena kekerasan, pada 8 Mei 1884. Untuk kecakapan besar, simpati yang besar, dan patriotisme yang tak diragukan ia menambahkan kejujuran mutlak yang bersifat jarang pada vizier, selama ia meninggalkan jabatan selemah saat ia memasukinya.
Sebagian sejarawan menilainya sebagai politisi yang tak begitu pintar, bukan juga negarawan terlatih, dan tak bisa menjalankan tugasnya mengatur pemerintahan di tingkat pusat. Lainnya menilai jika ia adalah Menteri Besar yang kurang berhasil, sekalipun pernah menjadi gubernur yang sukses walau tak berarti tanpa cacat. Saat jadi Gubernur Bosnia Herzegovina, ia memutuskan untuk menambahkan salib pada lambang negara yang berupa bulan bintang, meski lambang ini ialah lambang daerah. Ia mengeluarkan dekret di masanya untuk membolehkan Gubernur Mesir Ismail
Pasha, mengambil utang luar negeri yang akhirnya berakibat buruk dan menghancurkan Mesir.