Milenialisme (dari kata Latin millennium, artinya "sahasrawarsa", diimbuhi akhiran -isme) atau Khiliasme (dari padanan Yunaninya, χιλιασμός, khiliasmos) adalah keyakinan yang diajarkan oleh beberapa denominasi agama, bahwasanya akan datang suatu Zaman Gemilang atau akan terwujud suatu Firdaus di muka Bumi menjelang Hari Kiamat, menyongsong kehidupan akhirat yang kekal.
Agama Kristen maupun agama Yahudi telah melahirkan berbagai gerakan mesianis yang mengusung ajaran-ajaran milenialis, misalnya gagasan bahwa Kerajaan Allah tidak lama lagi akan terwujud di muka Bumi. Gerakan-gerakan milenarian tersebut sering kali menimbulkan keresahan masyarakat.
Milenialisme serupa juga terdapat di dalam agama Mazdayasna, yang membabak zaman menjadi sederet sahasrawarsa, tiap sahasrawarsa berakhir dengan mahapralaya dalam wujud kesesatan maupun kehancuran, sampai akhirnya kedurjanaan dibinasakan dan roh kedurjanaan dimusnahkan untuk selama-lamanya oleh seorang raja damai nan jaya pada penghujung sahasrawarsa penghabisan. "Lalu Sosyans memurnikan kembali segala makhluk seperti sediakala, maka terjadilah kebangkitan dan kehidupan akhirat" (Zand-i Vohuman Yast 3:62).
Para sarjana sudah pula mengaitkan berbagai gerakan sosial dan politik lainnya, baik yang bersifat agamawi maupun yang bersifat sekuler, dengan metafora-metafora milenialis.
Kristen
Sebagian besar fikrah milenialis Kristen didasarkan atas Kitab Wahyu, khususnya bab ke-20, yang meriwayatkan penglihatan Yohanes akan sosok malaikat yang turun dari langit membawa rantai besar dan anak kunci jurang maut, lalu membelenggu Satan, dan mengurungnya selama satu sahasrawarsa:
Ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.
Kitab Wahyu selanjutnya menjabarkan hakim-hakim yang duduk di atas takhtanya masing-masing, serta penglihatan Yohanes akan arwah-arwah orang yang mati dipancung lantaran kesaksian tentang Yesus dan lantaran menolak tanda binatang. Orang-orang yang mati dipancung itu:
hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama. Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.
= Gereja Perdana
=
Pramilenialisme
Pada abad-abad permulaan tarikh Masehi, ada berbagai macam bentuk khiliasme (
Milenialisme) di dalam tubuh Gereja, baik di Gereja Timur maupun di Gereja Barat. Pramilenialisme yang dianut Gereja Perdana disebut "pramilenialisme historis", didukung oleh Papias, Ireneus, Yustinus Martir, Tertulianus, Polikarpus, Pseudo-Barnabas, Metodius, Laktansius, Komodianus, Teofilus, Meliton, Hipolitus dari Roma, Viktorinus dari Pettau, Nepos, Yulius Afrikanus, Tasianus dan Montanus. Meskipun demikian, pandangan-pandangan pramilenial Montanus mungkin sekali berdampak terhadap penolakan yang timbul kemudian hari terhadap paham pramilenialisme di dalam Gereja, sementara Montanisme sendiri dicap sebagai bidat.
Amilenialisme
Pada abad ke-2 tarikh Masehi, kaum Alogi (golongan yang menolak semua karya tulis Yohanes) adalah kaum amilenial, demikian pula Kayus pada seperempat pertama abad ke-3. Lantaran terpengaruh ajaran filsafat Plato, Klemens dari Aleksandria dan Origenes mendustakan paham pramilenialisme. Dionisius dari Aleksandria (wafat tahun 264) berpandangan bahwa Kitab Wahyu bukanlah karya tulis Yohanes dan tidak dapat ditafsirkan secara harfiah, ia juga seorang amilenial.
Yustinus Martir (wafat tahun 165), yang cenderung khiliastis dalam berteologi, menyinggung tentang keberagaman pandangan yang beredar di dalam bab ke-80 dari risalahnya, Dialog dengan Trifo Orang Yahudi, sebagai berikut:
"Saya dan banyak orang lain mengusung pendapat ini [pramilennialisme], dam [percaya] bahwa seperti itulah yang akan terjadi, sebagaimana tentunya sudah engkau mafhumi; akan tetapi di lain pihak, perlu saya beritahukan kepadamu bahwa banyak orang yang murni imannya lagi bertakwa, yakni orang-orang Kristen yang sejati, justru berpikir sebaliknya."
Agustinus mula-mula mengamini paham pramilenialisme, tetapi kemudian hari beralih ke amilenialisme, sehingga melejitkan ketenaran paham itu bersama-sama dengan Paus Gregorius Agung.
Catholic Encyclopedia memaparkan bahwa para penganjur berbagai akidah Gnostik pada abad ke-2 (yang dicap bidat) juga mendustakan paham milenarianisme.
= Reformasi dan sesudahnya
=
Pandangan-pandangan Kristen tentang urut-urutan peristiwa yang bakal terjadi kelak di masa depan menjadi beraneka ragam selepas Reformasi Protestan (sekitar tahun 1517). Pada khususnya, muncul penekanan-penekanan baru terhadap nas-nas Kitab Wahyu yang menyiratkan bahwa Kristus akan datang kembali untuk menghakimi orang-orang hidup dan orang-orang mati, Satan akan dikurung selama seribu tahun, kemudian dilepas ke muka bumi untuk menyulut perang penghabisan melawan Allah dan orang-orang kudus-Nya. Tidak ada kata mufakat maupun pandangan yang jelas di kalangan teolog Katolik dan Ortodoks terdahulu mengenai makna yang sesungguhnya dari nas-nas tersebut (hanya konsep tentang akhir zaman yang datang tanpa disangka-sangka "seperti pencuri pada malam hari", dan konsep tentang "antikristus" sajalah yang dimufakati secara universal). Teori-teori milenialis mencoba menjelaskan seperti apa masa "1000 tahun dibelenggunya Satan" itu jadinya nanti.
Ada berbagai macam paham
Milenialisme yang muncul terkait eskatologi Kristen, khususnya di lingkungan Kristen Protestan, seperti Pramilenialisme, Pascamilenialisme, dan Amilenialisme. Pramilenialisme dan Pascamilenialisme adalah sebutan untuk beragam pandangan tentang keterkaitan "Kerajaan Seribu Tahun" dengan kedatangan Kristus untuk kedua kalinya.
Pramilenialisme memandang kedatangan Kristus untuk kedua kalinya sebagai peristiwa yang mendahului masa seribu tahun, dan dengan demikian masa seribu tahun menjadi rentang waktu yang memisahkan peristiwa kedatangan kedua dari peristiwa penghakiman terakhir. Menurut pandangan ini, "pemerintahan Kristus" akan terselenggara secara jasmaniah di muka bumi.
Pascamilenialisme memandang kedatangan Kristus untuk kedua kalinya sebagai peristiwa yang terjadi sesudah masa seribu tahun, bertepatan dengan peristiwa penghakiman terakhir. Menurut pandangan ini, "pemerintahan Kristus" (terselenggara sepanjang masa seribu tahun) terwujud secara rohaniah di dalam dan melalui Gereja.
Amilenialisme berpandangan bahwa Kerajaan Seribu Tahun yang diuraikan di dalam nas Wahyu 20ː1-6 sebagai suatu kiasan, dan "pemerintahan Kristus" sekarang ini sedang berjalan di dalam dan melalui Gereja. Oleh karena itu, sekalipun tidak percaya akan adanya suatu pemerintahan selama seribu tahun di masa depan, Amilenialisme berkeyakinan bahwa Langit Baru dan Bumi Baru akan terwujud pada saat Kristus datang untuk kedua kalinya.
Gereja Katolik mengutuk keras
Milenialisme, sebagaimana tampak pada pernyataan berikut ini:
Tipu daya antikristus sudah mulai nyata di dalam dunia setiap kali pernyataan dimunculkan supaya dimafhumi di dalam sejarah bahwasa harapan akan kedatangan Mesias hanya dapat terkabulkan sesudah tamatnya sejarah melalui penghakiman eskatologis. Gereja malah sudah menolak ragam-ragam modifikasi dari penyemuan kerajaan yang akan datang itu dengan nama milenarianisme, khususnya bentuk politis mesianisme sekuler yang "pada hakikatnya menyimpang".
= Abad ke-19 dan ke-20
=
Gerakan Siswa Alkitab
Gerakan Siswa Alkitab adalah gerakan milenialis berlandaskan pandangan-pandangan yang tertuang di dalam buku Rancangan Allah atas Segala Zaman (terbit tahun 1886), jilid pertama dari seri Studi Alkitab yang disusun Pendeta Charles Taze Russell (seri ini masih terus diterbitkan sejak tahun 1927 oleh Asosiasi Siswa-Siswi Alkitab Fajar). Siswa-siswi Alkitabmeyakini bahwa kelak semua orang akan diberi peluang, baik yang hidup di masa silam maupun di masa kini, bukan orang-orang yang sudah menyambut panggilan surgawi, untuk beroleh hidup kekal di muka Bumi pada masa seribu tahun.
Saksi Yehuwa
Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa Kristus akan memerintah dari surga selama seribu tahun selaku raja di muka bumi, dibantu oleh 144.000 insan yang diangkat ke surga.
Gereja Allah Yang Mahakuasa
Denominasi yang juga dikenal dengan nama Kilat dari Timur ini mengajarkan bahwa Zaman Kerajaan Seribu Tahun akan datang sesudah terjadinya rangkaian malapetaka yang dinubuatkan di dalam Kitab Wahyu.
Agama Yahudi
Fikrah milenialis pertama kali mengemuka di dalam sastra apokrip Yahudi dari zaman Haikal Kedua yang penuh dengan gejolak.
Gerschom Scholem mengulik ajaran-ajaran milenialis Yahudi yang muncul pada permulaan zaman modern di dalam bukunya, Sabbatai Sevi, the mystical messiah. Pusat perhatian di dalam buku ini adalah gerakan abad ke-17 yang mengagung-agungkan Sabetai Sebi (tahun 1626-1676), tokoh yang mengaku-ngaku sebagai Mesias (pada tahun 1648).
Agama Baha'i
Di dalam Kitáb-i-Íqán, Baha'u'llah mengatakan bahwa Allah akan memperbaharui "Kota Allah" kira-kira seribu tahun sekali, dan secara khusus menyebutkan bahwa tidak ada Titisan Allah (nabi) baru yang bakal muncul sepanjang 1.000 tahun (tahun 1852–2852 Masehi) masa dispensasi yang diajarkan Baha'u'llah, tetapi pesan Baha'u'llah akan terus berwibawa sampai 500.000 tahun.
Teosofi
Teosofis Alice Bailey mengajarkan bahwa Almasih atau Sang Guru Jagat akan kembali “suatu saat nanti sesudah tahun 2025 Masehi”, dan kedatangannya akan mengawali suatu Zaman Baru yang kurang lebih sama dengan konsep Kristen tentang kedatangan Kristus untuk kedua kalinya. Perlu diingat bahwa yang dimaksud Alice Bailey dengan Sang Guru Jagat adalah wujud rohaniah yang dikenal para Teosofis lain dengan sebutan Maitreya
Gerakan sosial
Gerakan-gerakan sosial milenial, yang merupakan salah satu bentuk spesifik dari milenarianisme, didasarkan pada beberapa konsep siklus sahasrawarsa. Kadang-kadang kedua istilah tersebut dipakai sebagai kata-kata yang saling bersinonim, tetapi kaum puris menganggapnya tidak betul-betul akurat. Gerakan-gerakan sosial milenial tidak mesti berlandaskan agama, tetapi harus memiliki visi tentang akhir zaman yang bersifat utopia maupun distopia. Pihak-pihak yang berkaitan dengan gerakan-gerakan sosial milenial "cenderung melakukan kekerasan", manakala beberapa ragam
Milenialisme tertentu berkaitan erat dengan kekerasan.
Di dalam
Milenialisme progresif, "transformasi tatanan sosial terjadi secara berangsur-angsur dan manusia memainkan peranan di dalam memajukan transformasi itu".
Milenialisme katasptopis "menganggap tatanan sosial yang ada saat ini sudah kelewat bobrok sehingga tidak mungkin diperbaiki lagi, sehingga perlu dirombak total demi membuka ruang bagi pembangunan suatu tatanan baru yang sarat dengan nilai-nilai ketuhanan".
Meskipun demikian, tautan yang menghubungkan
Milenialisme dengan kekerasan mungkin saja problematis, karena gerakan-gerakan agamawi baru dapat menyimpang keluar dari pandangan katastropis seiring bergulirnya waktu.
= Nazisme
=
Salah satu tafsir terkontroversial atas pembabakan tiga zaman dan
Milenialisme pada umumnya adalah "Reich Ketiga" (bahasa Jerman: Drittes Reich) yang digagas Adolf Hitler, yang ia cita-citakan bakal berdiri selama satu sahasrawarsa (Tausendjähriges Reich) tetapi pada kenyataannya cuma bertahan selama 12 tahun (1933–1945).
Filsuf Jerman Arthur Moeller van den Bruck menciptakan frasa "Reich Ketiga" dan menerbitkan sebuah buku berjudul Das Dritte Reich pada tahun 1923. Sesudah mengilas balik sejarah silam bangsa Jerman, ia membabaknya menjadi dua zaman, dan menyamakannya dengan zaman-zaman menurut pembabakan yang dibuat teolog Italia abad ke-12, Yoakim dari Fiore:
Zaman Kekaisaran Romawi Suci (sejak penobatan Karel Agung menjadi kaisar pada tahun 800): "Reich Pertama", disamakan dengan Zaman Bapa dan
Zaman Kekaisaran Jerman di bawah pemerintahan wangsa Hohenzollern (tahun 1871–1918): "Reich Kedua", disamakan dengan Zaman Putra.
Setelah melewati masa jeda Republik Weimar (sejak tahun 1918), yang didominasi konstitusionalisme, parlementerisme, bahkan pasifisme, kedua zaman itu diikuti oleh:
"Reich Ketiga", disamakan dengan Zaman Roh Kudus.
Meskipun van den Bruck tidak terkesan saat bertemu dengan Hitler pada tahun 1922 dan tidak bergabung dengan partai Nazi, Nazi mengadopsi istilah "Reich Ketiga" untuk dijadikan sebutan bagi negara totaliter yang hendak mereka dirikan jika kelak berhasil menduduki tampuk pemerintahan Jerman, cita-cita yang akhirnya terwujud pada tahun 1933. Meskipun demikian, kemudian hari para petinggi Nazi mengharamkan pemakaian istilah "Reich Ketiga" yang sebenarnya bukan istilah resmi di dalam semua media massa Jerman pada musim panas tahun 1939, dan memerintahkan pemakaian istilah-istilah yang lebih resmi saja, seperti "Reich Jerman", "Reich Jerman Raya", dan "Negara Nasional Sosialis Jerman".
Pada masa-masa awal Reich Ketiga, banyak rakyat Jerman yang mengelu-elukan Hitler sebagai Mesias Jerman, khususnya ketika ia menggelar rapat akbar. Kemudian hari, rapat akbar dijadikan acara tahunan (dari tahun 1933 sampai 1938) di Nürnberg dan diselenggarakan pada tanggal-tanggal menjelang Matahari melintasi khatulistiwa ke belahan bumi selatan.
Di dalam pidatonya pada tanggal 27 November 1937, Hitler mengutarakan rencananya untuk merubuhkan sebagian besar kawasan kota Berlin dengan maksud untuk:
[...] einem tausendjährigen Volk mit tausendjähriger geschichtlicher und kultureller Vergangenheit für die vor ihm liegende unabsehbare Zukunft eine ebenbürtige tausendjährige Stadt zu bauen [...].
[...] mendirikan, bagi suatu bangsa setua seribu tahun dengan warisan sejarah dan budaya sepurba seribu tahun, demi menyongsong masa depan nan terbentang tak terterawang di hadapannya, sebuah kota berdaya tahan seribu tahun yang sepadan kegemilangannya [...]
Sesudah Adolf Hitler gagal mewujudkan pemerintahan seribu tahunnya, Vatikan mengeluarkan maklumat resmi yang menegaskan bahwa pernyataan-pernyataan milenial tidak dapat diajarkan tanpa menimbulkan masalah, dan bahwasanya nas-nas terkait di dalam Wahyu (disebut pula Apokalips) seharusnya dipahami dalam arti rohaniah. Sastrawan Katolik Bernard LeFrois mengemukakan di dalam bukunya sebagai berikut:
Millenium [sic]: [...] Lantaran Jawatan Suci memaklumkan (pada tanggal 21 Juli 1944) bahwasanya tidaklah orang dapat mengajarkan tanpa menimbulkan masalah bahwa pada kedatangan-Nya yang kedua kali Kristus akan memerintah secara kasatmata bersama-sama segelintir orang saja (yang dibangkitkan dari maut) dari antara semua orang kudus-Nya sepanjang suatu masa sebelum tiba penghakiman terakhir dan menyeluruh, maka sepatutnya yang tercantum di dalam nas Wahyu 20:4–6 itu dimaknai sebagai suatu milenium rohaniah. Santo Yohanes menyajikan suatu ikhtisar sepak terjang Satan, serta pemerintahan rohaniah orang-orang kudus bersama Kristus di surga dan di dalam Gereja-Nya di muka bumi..
= Utopianisme
=
Konsep-konsep
Milenialisme Kristen purba sudah melebar sampai ke luar ruang lingkup agama berabad-abad kemudian, manakala berbagai berbagai perumus teori mencampuradukkan dan memoles konsep-konsep itu dengan gagasan-gagasan tentang utopia.
Sesudah kemunculan fikrah milenial perdana, dikembangkanlah filsafat Tiga Zaman. Rahib dan teolog Italia, Yoakim dari Fiore (wafat tahun 1202) membabak seluruh perjalanan sejarah umat manusia menjadi tiga zaman, yaitu:
Zaman Bapa (zaman Perjanjian Lama)
Zaman Putra (zaman Perjanjian Baru)
Zaman Roh Kudus (zaman yang bermula sejak Kristus naik ke surga, dan Paraklitus, Pribadi Tritunggal Mahakudus yang ketiga, diutus untuk menuntun umat beriman)
Zaman Roh Kudus dipercaya bermula sekitar tahun 1260, dan sejak saat itu semua umat beriman akan menjalani kehidupan selaku rahib dan rubiah, diubah secara mistik dan dipenuhi dengan puji-pujian kepada Allah selama seribu tahun sampai tiba Hari Penghakiman yang mengakhiri sejarah planet Bumi.
Pembagian sejarah yang dibuat Yoakim dari Fiore juga sangat memengaruhi gerakan Zaman Baru, yang mentransformasikan filsafat Tiga Zaman menjadi istilah astrologis, mengait-ngaitkan gerak Matahari melintasi khatulistiwa ke belahan bumi utara dengan bermacam-macam rasi bintang. Berdasarkan skenario tersebut, Zaman Bapa adalah Zaman Aries, Zaman Putra adalah Zaman Pises, dan Zaman Roh Kudus adalah Zaman Baru Aquarius. Konon pada zaman yang sekarang ini disebut-sebut sebagai "Zaman Aquarius", akan terjadi beberapa perubahan besar bagi kemaslahatan umat manusia, cerminan dari unsur-unsur yang lumrah dijumpai di dalam beberapa manifestasi paham
Milenialisme.
Baca juga
Eskatologi Kristen
Sionisme Kristen
Konsili Efesus
Pemujaan Roh Kudus
Pengimanenan eskaton
Milenarianisme
Teori Hari Milenial
Preterisme
The Pursuit of the Millennium
Tahun 1000
Tahun 6000
Rujukan
Kepustakaan
Pranala luar
Catholic Encyclopedia "Millennium and Millenarianism"
Anthology of Chiliasm and Chillegorism (Compiler V.Sterkh)
Millennials Are in Worse Financial Health Than Previous Generations