Mbaru Niang adalah rumah adat di permukiman suku Manggarai yang terletak di Kampung Wae Rebo, Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mesa, Kabupaten Manggarai.
Bentuk dan falsafah
Nama
Mbaru Niang terdiri dari dua kata yakni
Mbaru dan
Niang. Kata
Mbaru berarti rumah, sedangkan kata
Niang berarti tinggi dan bulat. Penamaan ini mewakili bentuk
Mbaru Niang yakni kerucut yang meruncing ke atas. Bentuk
Mbaru Niang dimaknai sebagai suatu falsafah kehidupan suku Manggarai di Kampung Wae Rebo. Suku Manggarai memiliki bahwa keseimbangan terwakili melalui bentuk lingkaran. Sehingga bentuk rumah dan bentuk kampung buatan suku-suku Manggarai menggunakan pola lingkaran.
Mbaru Niang dibangun sebanyak tujuh rumah yang disusun berbentuk melingkar pada tanah yang datar. Pada bagian tengah lingkaran terdapat sebuah altar yang bernama Compang. Keberadaan Compang sebagai titik pusat dari ketujuh
Mbaru Niang dan menjadi lokasi paling sakral bagi suku Manggarai di Wae Rebo. Altar Compang digunakan untuk menyembah Tuhan dan roh-roh leluhur.
Lokasi
Mbaru Niang terletak di permukiman tradisional suku Manggarai di Kampung Wae Rebo, Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mesa, Kabupaten Manggarai. Lokasi Kampung Wae Rebo ini berada pada titik koordinat 8°46'8.88" Lintang Selatan dan 120°17'1.81" Bujur Timur. Posisinya berada di ketinggia 1.120 meter di atas permukaan laut pada Lereng Gonto Ponto yang mencapai ketinggian 1.782 meter di atas permukaan laut.
Pembangunan
= Rancangan lama
=
Rancangan lama dari
Mbaru Niang hanya terdiri dari satu pintu tanpa jendela. Pintu terletak di bagian depan dan berfungsi sebagai jalur keluar dan jalur masuk. Kondisi di dalam rumah
Mbaru Niang sangat gelap karena tidak ada jendela. Namun kondisi mengenai bagian dalam
Mbaru Niang lama tidak diketahui karena tidak adanya informasi. Namun diperkirakan bahwa di dalam rancangan
Mbaru Niang lama tidak terdapat kamar tidur yang memisahkan tiap keluarga di dalamnya. Hal ini karena jumlah penghuni rumah
Mbaru Niang mencapai ratusan orang sehingga diduga mereka hanya tidur di lantai. Ruang kosong pada rancangan lama
Mbaru Niang diperkirakan hanya satu tanpa kamar. Fungsi ruang kosong ini utamanya untuk tidur, makan dan diskusi.
Proses pembangunan
Mbaru Niang oleh para leluhur diawali dengan upacara adat. Setelah itu disiapkan bahan bangunan dari sekitar hutan yang mengelilingi Kampung Wae Rebo untuk membangun tujuh rumah. Bahan bangunan yang digunakan ialah kayu worok, papan dari kayu ajang, balok kayu dari kayu uwu dan atap dari daun lontar dan ijuk. Atap dibangun mulai dari puncak hingga hampir menyentuh tanah. Jumlah bangunan sebanyak tujuh yang merupakan bentuk penghormatan atas tujuh arah mata angin dari tujuh puncak gunung di sekeliling Kampung Wae Rebo.
Mbaru Niang rancangan lama dianggap sebagai bentuk asli dari
Mbaru Gendang suku Manggarai. Sebelum tahun 1960-an,
Mbaru Niang rancangan lama masih banyak ditemukan di Manggarai. Namun masyarakat Manggarai mulai mengganti model rumahnya setelah dekade tersebut.
Mbaru Niang yang dipertahankan hanya yang terletak di Desa Todo dan di Kampung Wae Rebo. Namun
Mbaru Niang di Desa Tobo telah mengalami pemugaran beberapa kali. Sedangkan
Mbaru Niang di Kampung Wae Rebo telah roboh sebagian setelah dekade 1990-an.
= Rancangan baru
=
Pada tahun 2008, tim Arsitektur Indonesia mencatat bahwa
Mbaru Niang yang tersisa di Kampung Wae Rebo hanya ada empat. Sementara menurut masyarakat lokal jumlah awalnya ada tujuh rumah. Tim Arsitektur Indonesia kemudian mengadakan konservasi bangunan
Mbaru Niang. Setelah diadakan konservasi, jumlah
Mbaru Niang kembali menjadi tujuh. Masing-masing diberi nama
Niang Gendang,
Niang Gena Mandok,
Niang Gena Jekong,
Niang Gena Ndorom,
Niang Gena Keto,
Niang Gena Jintam, dan
Niang Gena Maro.
Niang Gendang menjadi gudang penyimpanan gendang. Sementara
Mbaru Niang lainnya merupakan milik masing-masing klan di Wae Rebo.
Mbaru Niang kemudian dibuat menjadi enam tingkatan secara vertikal. Masing-masing lantai dari bawah ke atas dinamai Ngaung, Tenda, Lobo, Lentar, Lempe Rae dan Hekang Code. Ngaung merupakan bagian kaki bangunan
Mbaru Niang. Fungsi dari Ngaung untuk kegiatan menenun, menganyam dan tempat penyimpanan peralatan berkebun. Tenda merupakan lantai pertama
Mbaru Niang yang merupakan tempat utama bagi penghuni untuk melakukan berbagai kegiatan. Kemudian Lobo merupakan lantai kedua dalam
Mbaru Niang. Fungsinya khusus sebagai gudang penyimpanan bahan makanan. Lentar merupakan lantai ketiga di dalam
Mbaru Niang. Fungsi Lentar sebagai gudang penyimpanan ketika panen mengalami kegagalan. Lantai keempat ialah Lempe Rae yang khusus digunakan untuk menyimpan benih. Sedangkan lantai tertinggi pada
Mbaru Niang disebut Hekang Code. Di dalam Hekang Code hanya terdapat altar persembahan untuk leluhur. Bagian ini hanya digunakan ketika diadakan upacara pengatapan bangunan.
Teknologi bangunan
Mbaru Niang menggunakan teknologi ikatan bangunan yang lebih kuno dibandingkan dengan teknologi paku. Karena tidak menggunakan paku terjadi ketidakrigidan pada bangunan
Mbaru Niang. Keadaan ini menghasilkan kekokohan bangunan yang lebih lentur sehingga tahan terhadap guncangan yang diakibatkan oleh gempa bumi.
Penghargaan
Rumah adat
Mbaru Niang dinilai sangat langka karena hanya terdapat di kampung adat Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan. Usaha untuk mengonservasi
Mbaru Niang telah mendapatkan penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya dari UNESCO Asia-Pasifik tahun 2012 dan menjadi salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur tahun 2013.
Referensi
= Catatan kaki
=
= Daftar pustaka
=
Damayanti, D. P., dkk. (2020). Traditional House of Nusa Tenggara in Sketch (PDF). Diterjemahkan oleh Putri, Pradwi Sukma Ayu. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. ISBN 978-623-00-1209-9. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Indarwati, Lucia (2022).
Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores (PDF). Sleman: Penerbti Kanisius. ISBN 978-979-21-6651-4.
Sari, T. N., dan Pramesthi, I. A. (2020). Arsitektur Hijau : Dahulu, Kini dan Nanti. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Pranala luar
Rilis pers penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya UNESCO Asia-Pasifik 2012 Diarsipkan 2013-10-14 di Wayback Machine.
Aga Khan Award for Architecture, Preservation of the
Mbaru Niang Diarsipkan 2013-07-06 di Wayback Machine.