Hasil Pencarian:
Artikel: Oja Somantri
Baca di Wikipedia
H.
Oja Somantri (EYD: Oya
Somantri) (13 Januari 1914 – 19 Februari 1979) adalah salah satu pendiri perguruan tinggi Islam yang kelak menjadi cikal bakal Universitas Islam Bandung. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Daerah Swatantra I Jawa Barat masa bakti 1958 sampai 1960. Selain itu, ia pernah menjabat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan (DPRDP) Jawa Barat pada 24 September 1956 hingga 6 Februari 1960.
Beliau meninggal dunia pada hari Senin dinihari tanggal 19 Februari 1979 pukul 00.45 bertepatan tanggal 22 Rabbiul Awwal 1399H setelah menderita sakit semenjak kepulangan beliau dari menunaikan Rukun Islam ke 5,jadi lebih kurang 2 bulan lamanya setelah pulang dari ibadah Haji.
Karier
Pemimpin Divisi Gerilya 17 Agustus (17 Agustus 1948–?)
Ketua Panitia Muktamar Masyumi ke-8 di Bandung (26–29 Desember 1956)
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan Provinsi Jawa Barat (24 September 1956–6 Februari 1960)
Anggota Konstituante (9 November 1956–1 Februari 1957)
Pendiri Yayasan Perguruan Islam Tinggi (YPIT) (15 November 1958)
Wakil Ketua II Yayasan Perguruan Islam Tinggi (YPIT) (15 November 1958)
Pendiri Universitas Islam Bandung (Unisba) (November 1958)
= Anggota Konstituante
=
Oja menjabat sebagai anggota Konstituante sejak 9 November 1956 hingga 1 Februari 1967. Ia berhenti dikarenakan Pergantian Antar Waktu (PAW) dan digantikan oleh K. H. Saleh Solahoeddin yang dilantik pada 13 Mei 1957.
Pandangan
Pandangan ekonominya cenderung kerakyatan. Ia terang-terangan mendukung sistem koperasi. Di matanya koperasi adalah saluran perjuangan yang tepat bagi masyarakat Indonesia dalam mencapai cita-cita ke arah penghidupan adil dan makmur.
Oja mengungkapkan bahwa rakyat Indonesia masa itu banyak yang menderita, baik penderitaan lahir, mau pun batin. Penderitaan lahir karena mahalnya harga beras, kekurangan sandang, serta banyak yang tidak mendapatkan tinggal layak. Sementara tekanan batin disebabkan rakyat masih diliputi perasaan jiwa tidak aman, baik di kota-kota apalagi di desa-desa.
"Justru disaat kita sekalian hendaknya mewajibkan diri menampung segenap kekuatan membulatkan tekad menunaikan tugas perjuangan memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia, membebaskannya dari lingkungan serta kekuasaan Penjajah Belanda"
Oya menyebutkan petugas negara untuk memperbaiki keadaan adakalanya harus berkorban perasaan dan nada kalanya melepaskan segala prestise demi keutuhan negara dan keselamatan masyarakat. Saat itu menurut Oya kewaspadaan nasional diperlukan sekali pun bukan tidak mungkin suasana bertambah ruwet disebabkan setiap orang atau golongan hanya waspada bagi kepentingannya semata-mata.
Mengenai terjadinya pergolakan daerah akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat dan masih berkecamuknya pemberontak Darul Islam, Oya mengeluarkan pernyataan bahwa sekalipun Jawa Barat bukan termasuk daerah yang tenteram, pernah dijuluki daerah paling nakal, namun Jawa Barat tidak terpengaruh kekacauan yang ada di pusat.
Referensi