- Source: Orang Malto
Orang Malto atau Malar, juga dikenal sebagai Pahariya, adalah suku Dravida dari Perbukitan Rajmahal di Dataran Tinggi Chota Nagpur di timur India. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok: Paharia Mal, Paharia Sauria, dan Paharia Kumarbhag. Mereka berbicara bahasa Malto, yang berkerabat dengan bahasa Kurukh yang digunakan suku tetangganya.
Suku Malto masih hidup nomaden, ketika Inggris pertama kali bertemu mereka. Mereka mempraktikkan kegiatan jhum (ladang berpindah), serta berburu dan meramu, dan sering juga menyerang kawasan Bihar dan Benggala, lalu kabur kembali ke hutan. Jika terjadi gagal panen, kematian atau bencana lainnya, mereka akan pindah ke tempat baru. Karena terpencilnya daerah mereka, suku Malto tidak pernah ditaklukkan oleh berbagai kerajaan yang mengklaim wilayahnya. Ketika Inggris menempatkan suku Santhal di Perbukitan Rajmahal, suku Malto berusaha melawan, meski akhirnya gagal.
Populasi gabungan Paharia Mal dan Paharia Kumarbhag sebesar 182.560, sedangkan kelompok Paharia Sauria memiliki populasi 51.634, sehingga total populasi Malto sebanyak 234.194 jiwa.
Saat ini, mereka masih mempraktikkan aktivitas peladangan yang disebut kurwa dalam bahasa mereka, sembari mengumpulkan hasil hutan. Mereka dilanda banyak masalah, termasuk tingkat kemiskinan yang tinggi dan gizi buruk yang serius. Untuk alasan ini, mereka digolongkan sebagai Kelompok Suku Yang Sangat Rentan. Namun, beberapa orang Malto kini mulai tinggal menetap.
Di kalangan Paharia Sauria, upacara perkawinan tradisional mereka disebut bedi, yang berlangsung di sebuah rumah. Masyarakat mereka tidak memiliki batasan pada hubungan seksual pranikah, dan anak-anak yang lahir di luar nikah masih dapat tinggal bersama ibunya. Jenis pernikahan lainnya adalah berupa kawin lari.
Orang Malto mempraktikkan animisme dan memuja alam roh yang dikenal sebagai Gosain. Dewa utama Malto adalah Dharmer Gosain, dewa matahari, sedangkan pendeta mereka dikenal sebagai demano.
Secara tradisional, pria Malto mengenakan cawat kecil, yang dikenal sebagai bhagwan, sedangkan wanita mengenakan dua pakaian: panchi, pakaian atas, berupa kain yang tidak dililitkan, dan pardhan, kain di sekitar pinggang.