Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur. Dikenal juga sebagai otitis eksterna fungal.
Otomikosis umumnya mengenai pinna dan liang telinga luar yang merupakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan jamur.
Otomikosis juga dapat mengenai telinga tengah.
Otomikosis dapat dijumpai di berbagai wilayah demografi dengan kelembaban tinggi di daerah tropis dan subtropis.
Prevalensi
Otomikosis sekitar 9% sampai 25% dari pasien yang datang dengan gejala dan tanda klinis otitis eksterna.
Otomikosis lebih sering ditemukan pada wanita dibanding pria dengan kelompok usia 21-40 tahun.
Otomikosis juga dapat terjadi pada anak-anak dan lansia. Kejadian
Otomikosis semakin meningkat sehubungan dengan faktor predisposisi seperti: status imunokompromais (pada penderita AIDS, Diabetes Mellitus), penggunaan steroid, dermatitis, penggunaan antibiotik spektrum luas, penggunaan antibiotik tetes telinga tanpa indikasi, penggunaan alat bantu dengar, infeksi telinga kronis, perforasi membran timpani, mastoidektomi, frekuensi berenang, menyelam, tidak adanya serumen, trauma akibat prosedur invasif pada telinga, permasalahan kulit kronik, kekurangan gizi pada anak-anak, dan perubahan hormonal selama menstruasi dan kehamilan.
Etiologi
Penyebab
Otomikosis tersering adalah jamur saprofit yang banyak terdapat di alam dan lingkungan sekitar. Terdapat 61 spesies jamur berbeda yang diidentifikasi sebagai penyebab
Otomikosis. Namun, spesies terbanyak penyebab
Otomikosis, sebagai berikut:
Aspergillus flavus
Aspergillus niger
Candida albicans
Aspergillus fumigatus
Gejala dan tanda
Otomikosis ditandai dengan keluhan nyeri (otalgia), keluar cairan (otorrhea), gangguan pendengaran hingga hilang pendengaran, telinga rasa penuh, gatal, dan mendengung (tinitus). Tetapi
Otomikosis dapat pula tanpa keluhan.
Otomikosis yang tidak bergejala dan tidak ditangani berpotensi menyebabkan hilangnya pendengaran.
Otomikosis biasanya hanya mengenai salah satu telinga. Pada pemeriksaan menggunakan otoskop dapat ditemukan pembengkakan (edema), kemerahan (hiperemis) kulit liang telinga luar, pengelupasan epitel superfisial, penumpukan debris yang berbentuk hifa, serta supurasi.
Pada tahap awal infeksi, pertumbuhan jamur terlihat sebagai spora berwarna putih atau hitam pada infeksi yang disebabkan Aspergillus spp atau adanya deposit “creamy” atau kental pada infeksi yang disebabkan oleh Candida spp. Pada tahap selanjutnya akan tampak kotoran berwarna putih kotor seperti serpihan kertas basah, lengket, berbintik-bintik yang memenuhi liang telinga dan peradangan yang semakin luas pada liang telinga.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kultur debris liang telinga menggunakan media Saboraud's dextrose dan dieramkan pada suhu kamar. Dalam satu minggu akan tampak koloni filamen berwarna putih yang pada pemeriksaan mikroskopis tampak sebagai hifa-hifa lebar dan diujungnya ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan sampel debris pada preparat yang telah difiksasi larutan KOH 15-30%. Selanjutnya pada pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan hifa lebar berseptum dan kadang dapat ditemukan spora kecil jamur.
Diagnosis banding
Kondisi lain yang dapat memiliki gejala mirip dengan
Otomikosis, antara lain:
Otitis eksterna bakterial
Kolesteatoma
Otitis media kronik
Perforasi membran timpani
Dermatitis seboroik
Furunkulosis
Penanganan
Umumnya
Otomikosis yang ditangani dengan baik, dapat sembuh dalam 2 sampai 3 minggu. Penanganan terdiri dari debridemen lokal dengan mengangkat jamur dari liang telinga dan pemberian obat antijamur baik lokal maupun sistemik yang dapat diberikan pada kasus berat dan tidak merespon dengan terapi lokal. Pada
Otomikosis ringan, dapat diberikan penanganan dengan cairan asam asetat. Selama pengobatan, liang telinga harus terjaga agar tetap kering dan bersuasana asam untuk mencegah pertumbuhan jamur serta menghindari faktor risiko seperti berenang, menyelam, atau membersihkan serumen sampai habis. Tindakan pembersihan liang telinga dapat dilakukan dengan menggunakan lidi kapas/kapas yang dililitkan pada aplikator, pengait serumen, atau suction.
Terapi antijamur spesifik terdiri dari:
Nistatin yang menghambat sintesis sterol pada membran sitoplasma. Nistatin yang diberikan dapat berupa krim, ointment, atau bubuk.
Azoles sebagai agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol yang merupakan sterol penting dalam membran sitoplasma normal.
Klotrimazol, paling banyak digunakan sebagai azol topikal merupakan agen terapi yang paling efektif dalam penanganan
Otomikosis dan tidak berefek ototoksik. Klotrimazol memiliki efek bakterisid (membunuh bakteri) sehingga dapat diberikan pada infeksi campuran bakteri dan jamur. Klotrimazol tersedia dalam bentuk bubuk, lotion, dan solusio.
Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
Membiarkan sedikit serumen (kotoran telinga) di liang telinga, sebagai antibakteri dan antijamur alami
Mengeringkan telinga setelah berenang dan mandi
Menggunakan penutup telinga saat berenang/menyelam
Tidak menutup telinga dengan kapas
Tidak membersihkan telinga dengan sabun yang dapat mengganggu pH serumen
Komplikasi
Studi menunjukkan kekambuhan
Otomikosis pada 8.89% penderita.
Otomikosis yang tidak ditangani dengan baik, tidak membaik dengan terapi, atau terpapar air yang mengandung jamur dapat berkembang menjadi
Otomikosis kronik.
Otomikosis dapat menginfeksi bagian telinga yang lebih dalam seperti membran timpani, telinga dalam, bahkan menginfeksi tulang tengkorak, infeksi mastoid, dan meningoensefalitis.
Referensi