- Source: Pandji Wisaksana
Pandji Wisaksana (Phan Wan Sin, 27 Juni 1925 – 24 Februari 2022) adalah seorang filantropis dan pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa. Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai Raja Plastik dan Bapak Pralon karena merupakan orang pertama yang memperkenalkan pipa plastik di Indonesia. Perusahaan Plastic Pioneer Ltd. yang didirikannya merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia dan menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari dari bahan plastik.
Kehidupan pribadi
Pandji Wisaksana dilahirkan di Bandung pada 27 Juni 1925. Ayah bernama Phan Jam Soe bekerja sebagai pedagang kelontong dan minuman di Bandung. Sebelumnya, Phan Jam Soe bekerja pada industri pertambangan di Bangka-Belitung hingga mengakibatkan kebutaan. Sebelum penjajahan Jepang, Pandji sempat bersekolah di THHK dan English school di Bandung namun sempat terhenti dan kemudian dilanjutkan kembali hingga memperoleh gelar Sarjana dari Universitas 17 Agustus, Jakarta. Sebelum lulus dari Fakultas Bisnis Administrasi, Universitas 17 Agustus, Pandji pernah berkuliah di Fakultas Sosial, Ekonomi, Politik, Universitas Indonesia. Pada zaman penjajahan Jepang, Pandji membantu keluarganya berjualan hasil bumi dan menjadi wartawan Bandung Herald, surat kabar harian berbahasa Mandarin pertama di Bandung. Saat itu, Pandji juga membantu Palang Merah Indonesia dan mengumpulkan berbagai berita mengenai keadaan saat itu. Pada 28 Agustus 1946, Pandji menikah dengan Trijuani dan memiliki 5 orang anak yang bernama Shintawati Pandji (1948), Santoso Pandji (1949), Setiawati Pandji (1951), Satria Laksmana Pandji (1952), dan Charles Pandji (1959-1980;meninggal saat berusia 21 tahun akibat kanker tulang). Di waktu senggangnya, Pandji memiliki hobi renang, golf, dan piknik.
Bisnis
Karier Pandji sebagai seorang pengusaha dimulai dengan berdagang hasil bumi seperti tapioka, lada, dan tembakau di rumahnya, Jalan Patekon no.36 (sekarang Jalan Perniagaan). Pandji mulai berbisnis dengan menjadi agen tunggal produksi ban laju yang bekerja sama dengan seorang pengusaha Cekoslovakia. Pada tahun 1954, Pandji berkenalan dengan haking Wong, pengusaha sikat gigi dari Hongkong dan kemudian keduanya mendirikan perusahaan sikat gigi merek Haking di Jakarta. Setelah itu, dia mendirikan Mulia Knitting dan Siliwangi Knitting yang didirikan atas tawaran dari paman dan sepupunya. Pandji juga merupakan pendiri dari PT Plastik Tjahaya Mulia dan PT Prakarsa yang sama-sama memproduksi pipa plastik pertama di Indonesia. Pada tahun 1964, Pandji mendirikan PT Pioneer Plastic LTd., kemudian PT Asia New Industry (1969), PT Vitafoam Indonesia (1975), dan PT Pioneer Kimia Agung (1978). Pada saat terjadi krisis moneter, Pandji melepas 100% sahamnya di PT New Asia Industry, 10% saham PT Hoechst Cilegon Kimia, dan menutup PT Pioneer Kimia Agung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suntikan modal bagi usaha utamanya, PT Pioneer Plastik dan strategi tersebut mampu membuat usaha utamanya bertahan dan berkembang. Kesuksesannya di bisnis yang digelutinya mengantarkan Pandji memperoleh penghargaan Pengusaha Teladan di Jakarta tahun 1977 dan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Soeharto tahun 1983. Pada tahun 1983 itu, Pandji juga memperoleh gelar doctor honoris causa dari Universitas Florida dan dari Menteri Sosial (1999). Selain itu, Pandji juga diakui oleh dunia internasional dengan penghargaan Asia Awards tahun 1981. Pandji juga sering kali diangkat untuk memimpin berbagai asosiasi bisnis, yaitu:
Ketua Umum Asosiai Industri Plastik Indonesia (APINDO) (1977-1983),
Ketua Kehormatan Apindo (1983-2001),
Ketua dan Pendiri Asean Federation of Plastis Industries (1981-1983),
Ketua I Federasi Industri Plastik Indonesia (FIPlASIN) (1981-1983).
Kegiatan Sosial dan Pendidikan
Pandji Wisaksana dikenal sebagai seorang filantropis yang aktif dan ini terlihat ketika dia bergabung dengan Lions Club tahun 1971. Dia membagikan 10.000 tongkat putih untuk tuna netra, menggelar kampanye kepedulian pada orang buta, menggalang dana, dan ikut dalam proyek Flying Eye Hospital. Proyek tersebut merupakan kerja sama dengan Amerika berupa sebuah pesawat DC-8 yang diubah menjadi rumah sakit untuk bedah mata. Hasil penjualan biografi dirinya juga disumbangkan untuk mengobati katarak pada orang miskin sehingga kebutaan dapat dihindari. Kenangannya akan ayahnya yang tuna netra membawa Pandji banyak terlibat dalam kegiatan sosial mengatasi kebutaan, seperti pendirian Bank Mata pada tahun 1968 bekerja sama dengan Nani Ali Sadikin. Dalam dunia pendidikan, Pandji aktif di dalam Yayasan Trisakti dan ikut berperan ketika Trisakti terancam menderita defisit pada tahun 1981. Melalui kolega-koleganya, dia menggalang dana untuk mengatasi kesulitan universitas tersebut. Pandji juga memprakarsai berdirinya program magister dan doktor untuk Fakultas Ekonomi yang bekerja sama dengan Nova University, Amerika.