"
Sebab perkara sepuluh, sebelas dan duabelas dari kontrak lama ada salah sedikit dari pada nama didalam dia punja Melaju maka diatur sekarang jang tersebut dibawah ini adanja. Selamanja pangiran jang Paduka Sri Sultan Bandjar dengan kesukaan geburmin sudah angkat akan mendjadi sultan punja ganti djikalo datang kehendak Allah kepada tuan Sultan nanti mesti pakai nama Sultan Muda atawa Pangiran Ratu bagaimana Paduka Sri Sultan punja suka minta kepada geburmin dan lagi siapa memegang keradjaan akan djadi radja bitjara pasti selamanja dapat nama Pangiran
Mangkubumi adanja tetapi sebab Paduka Panembahan Adam sudah diterima geburmin akan djadi Sultan Muda maka itu berdjandji hari dibelakang baru ada berguna djikalo datang tuan Allah punja suka jang Paduka Sri Sultan2 mesti pulang kerachmatullah adanja."— CONTRACT MET DEN SULTAN VAN BANDJERMASIN Sultan Sulaiman al-Mu'tamid 'Alâ Allâh, pasal sepuluh, Kontrak Perjanjian Karang Intan II tanggal 13 September 1823 M (7 Muharam 1239 Hijriyah).
Pangeran Mangkubumi Dipati,Raden Dipati ,
Pangeran Dipati Radja Bitjara Sultan Bicara Rijksbestierder,merupakan gelar berganda
Pangeran yang menjabat dan menyandang gelar Dewan Senior Mahkota,
Pangeran Bendahara ,
Pangeran Dipati Anom,
Pangeran Perabu Anum ,
Pangeran Ratu Anum,
Pangeran Ratu Anom,Perdana Menteri ,wazir mu'adlam, Wali
Pangeran Ratu, Wali Putera Mahkota, Wali Sultan Muda,Wali Sultan,
Pangeran kedua atau putera kedua yaitu calon
Mangkubumi untuk menggantikan
Mangkubumi atau
Pangeran Mangkubumi yang meninggal .
Seorang
Pangeran yang menjabat sebagai
Pangeran Mangkubumi merupakan Kepala Administrasi Pemerintahan negara dependensi Kesultanan Banjar.
Pangeran ke-2 atau saudara-saudara dari Sultan yang bertahta. Jika
Pangeran Mangkubumi meninggal dunia pada saat menjabat, maka almarhum akan digantikan oleh adiknya selanjutnya atau saudara-saudara dari almarhum secara berurutan menurut senioritas tidak melompat atau melangkahi abang kakak kakak nya hingga adik tiri pun secara berurutan menurut senioritas.
Pangeran pertama atau putra sulung dari Sultan yang bertahta akan menjadi Sultan,
Pangeran Ratu yaitu Putera Mahkota Sultan Muda, sedangkan
Pangeran kedua atau putera kedua akan dipersiapkan sebagai calon
Pangeran Mangkubumi level generasi berikutnya.Gelar
Pangeran Mangkubumi ini sering dipakai di pulau Jawa, Kalimantan dan lain-lain.
Di dalam Hikayat Banjar Adipati terdapat istilah Dipati dan
Pangeran Dipati, misalnya Dipati Sukadana sebutan untuk penguasa kerajaan Sukadana, Dipati Sambas sebutan untuk penguasa kerajaan Sambas, Dipati Martapura Sultan Hidayatullah HalilIllah Pada tanggal 3 September 1859 Sultan Hidayatullah HalilIllah dinobatkan oleh para panglima perang kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris Adhipattie Mangkoe Nagara (Adipati Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi (Adipati
Mangkubumi) legitimasi (Adipati Mangku Negara) Adhipattie Mangkoe Boemi ( Adipati
Mangkubumi) memegang pusaka kasultanan Banjar yaitu Keris Singkir dan sebuah tombak bernama Kaliblah yang berasal dari Sumbawa. adalah kiai Adipati Lehman Mangku Negara - Mangkoe Boemi Idris yang lahir di Martapura tahun 1832 dan meninggal di Martapura pada tanggal 27 Februari 1864 pada usia 32 tahun. Adipati sebutan untuk penguasa kerajaan Martapura, Dipati Ngganding seorang adipati Kotawaringin,
Pangeran Dipati Anta-Kasuma,
Pangeran Dipati Tuha,
Pangeran Dipati Anom dan lain-lain.Pada masa Sultan Adam, dilantik seorang keponakan permaisurinya yaitu Kiai Adipatie Danoe Radja, untuk memimpin Banua Lima, yang merupakan suatu wilayah keadipatian dari Kesultanan Banjar yang merupakan gabungan dari lima lalawangan/distrik/katamanggungan. Pada masa kolonial Hindia Belanda, Kiai Adipati Danu Raja tetap memimpin wilayah yang sama dan dilantik sebagai wali penguasa dengan gelar Raden Adipati Danu Raja.Lalawangan yaitu suatu wilayah yang dipimpin Kiai Tumenggung (setara dengan jabatan bupati di Jawa).
Para
Pangeran Mangkubumi Pangeran yang menyandang gelar
Pangeran Mangkubumi:
Hamengkubuwana II. Ia adalah salah seorang putra dari Hamengkubuwana I.
Rakyatullah dari Banjar
Pangeran Dipati
Mangkubumi (Raden Halit),
Mangkubumi Banjar pada masa Sultan Saidullah dari Banjar Saidullah 1657-1660
Pangeran Mas Dipati,
Mangkubumi Banjar tahun 1660-1663.
Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidullah 1734-1758 Sepuh dari Banjar
Pangeran Nata Mangkoe Boemi 1761-1801 Sunan Nata Alam
3.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Ismail Ratu Anum Mangku Dilaga Sukma Dilaga Ratoe Anom Mangkoe Boemi Ismail dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda,ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta.Jabatan
Mangkubumi kemudian dipegang oleh
Pangeran Husein dengan gelar
Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri
4.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Mangkoe Boemi Nata (
Pangeran Husin),
Mangkubumi Banjar 1823-1842Pangeran Husin bergelar
Pangeran Mangkoe Boemi Nata atau
Pangeran Mangkoe Boemi atau Pangerang Mangkoe Boemie atau
Pangeran Mangkubumi Nata Kasuma putra Sultan Sulaiman adalah
Mangkubumi Kesultanan Banjar yang dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Ia adalah adik Sultan Adam,
Pangeran Mangkubumi Nata Kasuma merupakan anak laki-laki yang kedua Sultan Sulaiman. Ia menjabat
Mangkubumi mendampingi ayahandanya Sultan Sultan Sulaiman.
Pangeran Mangkoe Boemi Nata memperisteri Nyai Intan aloh intan putri Alooh Oengka binti Kiai Singasari
5.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana
Pangeran Noch/Nor (lahir 1803) Putra Sultan Adam,Ia menjabat
Mangkubumi mendampingi ayahandanya Sultan Adam yang menjadi kepala negara Kesultanan Banjar.
atau Ratoe Anom Mangkoe Boemie Kentjana (ejaan Melayu
atau
Pangeran Perabu Anum
Mangkubumi Kencana adalah Perdana Menteri atau wazir mu'adlam atau
Mangkubumi (Rijksbestierder, kepala administrasi pemerintahan) negara dependensi Kesultanan Banjar. Kepala Administrasi Kesultanan Banjar : wali Sultan Keraton Boemi Kentjana Martapura 3 Mei 1841 hingga 7 September 1851"Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana adalah adik kandung sultan muda abdurrahman dilantik untuk mendampingi Sultan Muda abdurrahman dan Sultan Adam dan diresmikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan
Pangeran Mangkoe Boemi Nata telah wafat pada tahun 1 mei 1841.
Pangeran Mangkubumi Noch/Nor mempunyai 10 saudara yaitu:
Pangeran Ratu Sultan Muda Abdoe Rachman (lahir 1796),
Pangeran Soeria Mataram (lahir 1801),
Pangeran Prabu Citra (lahir 1807),Ratoe Aminah,Ratoe Salamah,Ratoe Kramat/Ratoe Didjah (Khadijah),Ratoe Djantra Kasoema,
Pangeran Nasaroedin (Serudin), Ratoe Idjah.
Pangeran Mangkubumi Noch/Nor mempunyai 10 anak yaitu :
Pangeran Ali (lahir 1820),
Pangeran Mohamat lahir 1821 dikenal juga sebagai
Pangeran Muhammad Tambak Anyar),
Pangeran Achmat (lahir 1824),
Pangeran Abdullah (lahir 1826),
Pangeran Mohamat Seman (lahir 1839),Ratoe Aminah (lahir 1841),Ratoe Hadidjah (lahir 1843),Ratoe Salamah (lahir 1845),Ratoe Koema Radjeman (lahir 1846),Ratoe Djambroet (lahir 1849).
6.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidillah II dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2 untuk menggantikan
Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana Berkuasa 7 September 1851 - 10 Juni 1852/1268 Hijriyah Banjarmasin
Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidillah al-Watsiq Billah ,SULTAN ADAM meminta ke Belanda untuk menggantikan
Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidillah al-Watsiq Billah dengan
Pangeran Mangkoe Boemi PRABOE ANOM adik Kandung Sultan Muda Abdurrahman - NAMUN permohonan Sultan Adam DITOLAK BELANDA pada tahun 1851.
Pangeran Mangkoe Boemi PRABOE ANOM di Martapuran di dampingi sultan Adam sedangkan
Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin di dampingi Sultan Muda Abdurrahman di Banjarmasin.Tamjidullah al-Watsiq Billah (سلطان الواثق بالله) atau Tamjid Allah II bin
Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman, terlahir dengan nama Gusti Wayuri Ia memerintah antara tahun 1857-25 Juni 1859 Diarsipkan 2018-01-11 di Wayback Machine..Tamjidillah al-Watsiq Billah bin
Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman dilantik oleh pemerintahan Hindia Belanda untuk menggantikan almarhum Sultan Adam.Setelah kematian
Mangkubumi Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana maka untuk sementara ia dilantik menjadi
Mangkubumi berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2 Tidak lama setelah itu, Sultan Muda kerajaan Banjar,
Pangeran Abdurrahman mangkat pada 5 Maret 1852.Pelantikan Tamjidillah II sebagai
Mangkubumi oleh pemerintah Hindia Belanda tidak disetujui oleh Sultan Adam karena melangkahi anak ke-4 Sultan Adam yaitu Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom, adik almarhum Sultan Muda kerajaan
Pangeran Abdurrahman), bahkan Sultan Adam dari Banjar meminta Belanda untuk memecat
Pangeran Tamjidillah II sebagai
Mangkubumi, langkah selanjutnya Sultan Adam melantik Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom sebagai Sultan Muda kerajaan Banjar.
Pangeran Tamjidullah al-Watsiq Billah bin
Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman merupakan putera ke-2
Pangeran ke-2 dari Putra mahkota
Pangeran Ratu Sultan Muda Abdul Rachman dengan Nyai Besar Dawang bergelar Nyai Besar Aminah Putri Dayak Tionghoa dengan nama lahir Gusti Wayuri.Dari perkawinan terdahulu Sultan Muda Abdul Rachman dengan isteri utama Permaisuri Ratu Sultan Abdul Rahman alias Ratu Salmah (adik
Pangeran Antasari) menghasilkan seorang putera calon pewaris Kesultanan Banjar Putra Mahkota bernama
Pangeran Ratu Rakhmatillah (Rachmadillah)
Pangeran ke-1 , namun putera tersebut meninggal usia 3 tahun.Pemerintah Hindia Belanda sebelumnya sudah mengangkat
Pangeran Tamjid sebagai
Mangkubumi semasa ayahnya (Sultan Muda Abdurrahman) masih hidup, kemudian setelah ayahnya mangkat, ia dilantik menjadi Sultan Muda sejak 10 Juni 1852 merangkap jabatan
Mangkubumi yang telah dijabatnya sebelumnya. Sebagai
Mangkubumi (rijksbestuurder) dan Putera Mahkota,
Pangeran Ratu Sultan Muda Tamjidillah memperoleh gaji f 12.000 dan hasil peramasan (tambang emas) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun.
Pemerintahan Kesultanan Banjar Martapoera & Pemerintahan Kesultanan Banjar Bandjarmasing 3 Juni 1825 - 3 maret 1862
7.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Praboe Anom Berkuasa 10 Juni 1852/1268 Hijriyah - 10 Juni 1855 Martapura
Pangeran Mangkoe Boemi PRABOE ANOM - Wali Raja (Sultan)
Pangeran Mangkubumi Kesultanan Banjar diangkat Sultan Muda oleh SULTAN ADAM untuk menggantikan Sultan muda Abdurahman yang wafat 5 maret 1852 dan untuk menggantikan -
Pangeran Mangkoe Boemi Sultan muda Tamjidillah al-Watsiq Billah NAMUN permohonan Sultan Adam DITOLAK BELANDA pada tahun 1852, -
Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidillah al-Watsiq Billah diangkat Sultan Muda oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan Sultan muda Abdurahman yang wafat 5 maret 1852.namun Hindia belanda tetap tidak memencat
Pangeran Mangkubumi sultan muda Tamjidillah al-Watsiq Billah merangkap
Pangeran Mangkoe Boemi Banjarmasin.
Pangeran Mangkoe Boemi PRABOE ANOM di Martapura didampingi Sultan Adam.
Pangeran Praboe Anom Putra Sulthan Adam adalah Sultan Muda Kesultanan Banjar yang dilantik oleh Sulthan Adam Al-Watsiq Billah (سلطان آدم الواثق بالله ) bin Sultan Sulaiman pada tahun 10 Juni 1855.
Pangeran Praboe /
Pangeran Praboe Anom /
Pangeran Citra /
Pangeran Praboe Abdullahjuga dikenal sebagai diplomat yang cerdas.Di dalam naskah Tutur Candi,namanya adalah
Pangeran Prabu Citra. : Ia salah satu kandidat Putra Mahkota pengganti Sultan Adam,namun Saat itu yang terpilih sebagai
Mangkubumi adalah
Pangeran Mangkubumi Tamjidullah bin Sultan Muda Abdul Rahman Hingga Sultan adam 10 Juni 1855 menobatkan nya sebagai Sultan muda Putra Mahkota seorang
Pangeran yang berperan signifikan dalam sejarah politik dan sosial Kerajaan Banjar.
Pangeran Praboe Anom pada tahun 1851 Mencalonkan sebagai
Pangeran Mangkubumi di Martapura Setelah kematian Abang kandungnya 7 September 1851
Pangeran Mangkubumi Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana Pihak Kerajaan Menunjuk
Mangkubumi sejak 7 September 1851
Pangeran Mangkubumi Praboe /
Pangeran Praboe Anom /
Pangeran Praboe Citra /
Pangeran Praboe Abdullah yang pendapatannya diambil dari provinsi Kelua, Amuntai, Sei Banar, Alabio, Negara. namun pihak Kolonial Hindia Belanda Menobatkan
Pangeran Tamjidillah al-Watsiq Billah dilantik menjadi
Pangeran Mangkubumi Banjarmasin bergelar
Pangeran Mangkubumi Tamjidillah al-Watsiq Billah berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2.Sebagai
Mangkubumi (rijksbestuurder) dan Putera Mahkota,
Pangeran Ratu Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah memperoleh gaji f 12.000 dan hasil peramasan (tambang emas) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun.Pada Tanggal 5 Maret 1852.Sultan Muda Abdurrahman mangkat,Pemerintah Kolonial Hindia Belanda Menobatkan
Pangeran Mangkubumi Tamjidillah al-Watsiq Billah putra Sultan Muda Abdurrahman sebagai Sultan Muda Banjarmasin Pada Tanggal 10 Juni 1852 oleh dengan gelar
Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah.Sultan Muda
Pangeran Tamjidullah al-Watsiq Billah bin
Pangeran Sultan Muda Abdur Rahman merupakan putera ke-2
Pangeran ke-2 dari Putra mahkota
Pangeran Ratu Sultan Muda Abdul Rachman dengan Nyai Besar Dawang bergelar Nyai Besar Aminah Putri Dayak Tionghoa dengan nama lahir Gusti Wayuri.tidak disetujui oleh Sultan Adam al-Watsiq Billah karena melangkahi
Pangeran Mangkubumi Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom,adik Kandung almarhum Sultan Muda Abdurrahman, bahkan Sultan Adam al-Watsiq Billah meminta Belanda untuk memecat
Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah sejak 1852-1855 selama tiga tahun tidak mendapatkan hasil.
Pangeran Mangkubumi Martapura Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom terlibat dalam berbagai peristiwa penting yang mempengaruhi dinamika kekuasaan di Kalimantan Selatan.dikenal karena keterlibatannya dalam politik kerajaan, langkah selanjutnya Sultan Adam al-Watsiq Billah melantik
Pangeran Mangkubumi Martapura Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom sebagai Sultan Muda Martapura Pada Tanggal 10 Juni 1855 dengan gelar
Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom Menggantikan Abang Kandung Nya yang meninggal dunia yaitu Sultan Muda Abdurrahman wafat Pada Tanggal 5 Maret 1852. Jabatan Sultan Muda Martapura Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom ini merupakan tandingan jabatan Sultan Muda Banjarmasin yang dijabat oleh
Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah yang dilantik pemerintah kolonial Hindia Belanda.Sultan Banjar Ketika Sultan Adam al-Watsiq Billah meninggal pada tanggal 1 November 1857 karena sakit, pemerintahan Hindia Belanda menobatkan Sultan Muda Tamjidillah al-Watsiq Billah sebagai Sultan Banjar. Pada tahun 1274 Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal 3 November 1857, Tamjidillah II dilantik oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda sebagai Sultan Banjar sewaktu dilantik Sultan Banjar pada tanggal 3 November 1857. didampingi
Pangeran Mangkubumi Wira Kasoema (wirakusuma II) Kepala Pemerintah Negri Kesultanan Banjar 1857-1859
Mangkubumi Banjamasin memperoleh gaji bulanan f 1.000 gulden (f 12.000 gulden setahun) Penghasilan sebagai
Mangkubumi kerajaan Banjar yang pendapatannya diambil dari hasil pungutan dari Tambang Paramasan 40 tahil intan Berlian, (tambang intan Berlian) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun lobang intan di Titian Taras, dan Penghasilan kompensasi (f 200 gulden perbulan dari hasil pungutan dari sungai Gatal, Banjarmasin. lahir 1822 berusia 35 tahun sewaktu diumumkan pada 3 November 1857. Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah adalah cucu Sultan Adam al-Watsiq Billah Anak dari Nyai Besar Aminah seorang Putri Dayak Tionghoa.setelah kematian Sultan Adam al-Watsiq Billah meninggal pada tanggal 1 November 1857, Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom di Martapura dengan pendampingnya
Pangeran Mangkubumi Hidayatulah di Martapura Sebagai Vazal Tandingan di Banjarmasin Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan
Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin.
Setelah Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik
Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah menjadi Sultan Banjar tanggal 3 November 1857, maka pada tanggal 4 November 1857 Residen mengizinkan dengan bantuan serdadu yang ada di Martapura untuk menangkap Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom di Martapura pergi ke Martapura lari dari tahanannya di Banjarmasin (sekarang Kelurahan Melayu) karena mengurusi pemakaman ayahnya Sultan Adam al Watsiq Billah. Alasannya dan tuduhan yang dikenakan pada Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom ialah bahwa di Martapura membahayakan tahta, tetapi penangkapan itu tidak berhasil. Rakyat menjadi saksi atas tindakan Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan
Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin dalam usahanya menangkap Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom. Lima hari setelah pemakaman Sultan Adam Al Wasik Billah yang sangat dicintai rakyat, keraton Martapura ditembaki serdadu Belanda untuk menangkap Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom. Sultan Muda
Pangeran Praboe /
Pangeran Praboe Anom /
Pangeran Praboe Citra /
Pangeran Praboe Abdullah turut terlibat dalam perjuangan melawan kekuatan kolonial yang mencoba menguasai wilayah Banjar. Ia berusaha mempertahankan kedaulatan kerajaan dari ancaman eksternal.Konflik Internal Seperti banyak kerajaan lainnya, Kerajaan Banjar juga menghadapi konflik internal, namanya dikaitkan dengan
Mangkubumi Hidayatulah di Martapura Sebagai Vazal Tandingan di Banjarmasin Sultan Tamjidilah Dan
Mangkubumi Wira Kasoema baik dalam bentuk persaingan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan maupun pemberontakan dari kelompok-kelompok yang tidak puas. pada tanggal 21 november 1857 Sultan Muda
Pangeran Praboe /
Pangeran Praboe Anom /
Pangeran Praboe Citra /
Pangeran Praboe Abdullah akhirnya ditangkap oleh
Pangeran Mangkubumi Hidayatulah menyerahkan kepada Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan
Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin.De bandjermasinsche krijg van 1859-1863, Volume 1 Oleh Willem Adriaan Rees halaman 17 https://books.google.co.id/books/content?id=JRQ5AQAAIAAJ&hl=id&pg=PA17&img=1&zoom=3&sig=ACfU3U2CzK4QPVfltT9DpE3uVT3KPAQ3Ng&w=1025 kemudian Sultan Muda
Pangeran Praboe /
Pangeran Praboe Anom /
Pangeran Praboe Citra /
Pangeran Praboe Abdullah dijebloskan ke penjara benteng Tatas selama 90 hari sejak 21 november 1857 - 23 Februari 1858.Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah dan
Pangeran Mangkubumi Banjarmasin Wira kasoema menandatangani surat pengasingan pada tanggal 23 Februari 1858.Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom dengan Nyai Ratu Kamala Sari, yang kemudian diasingkan ke Bandung karena dianggap membahayakan jika berada di Banjarmasin dan kemudian dibuang ke Pulau Jawa Barat .
Pemerintahan Kesultanan Banjar Martapoera & Pemerintahan Kesultanan Banjar Bandjarmasing 3 Juni 1825 - 3 maret 1862
8.
Pangeran Mangkubumi Hidayatullah II dari Banjar Berkuasa 9 oktober 1856 -5 Februari 1860 Martapura
Pangeran Mangkoe Boemi Hidayatullah Halillah diangkat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan
Pangeran Mangkoe Boemi PRABOE ANOM di Martapura - diangkat SULTAN MUDA oleh SULTAN ADAM di Martapura dinobatkan pada atanggal 10 juni 1855 Pada tanggal 9 oktober 1856. Pengangkatan Hidayatullah sebagai
Mangkubumi tertuang dalam Akte Van Beeediging Van Den Rijksbestierder Van Bandjarmasin,
Pangeran Hidajat Oellah op 9 October 1856. (Besluit 4 Januari 1857 No. 41) Borneo, tertulis dalam bahasa Melayu di bawah:
Sultan Banjar Ketika Sultan Adam al-Watsiq Billah meninggal pada tanggal 1 November 1857 karena sakit,pemerintah Hindia Belanda menobatkan Tamjidullah II sebagai sultan Banjar yang baru di Banjarmasin Pada tahun 1274 Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal 3 November 1857, dipilih sebagai pusat pemerintahannya,dimana penobatan ini ditentang oleh rakyat Banjar Sehari setelah penobatannya, Setelah Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik
Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah menjadi Sultan Banjar tanggal 3 November 1857,Sultan Tamjidillah II dilantik oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda sebagai Sultan Banjar lahir 1816 berusia 41 tahun sewaktu dilantik Sultan Banjar pada tanggal 3 November 1857. didampingi
Pangeran Mangkoe Boemi Wira Kasoema (wirakusuma) Kepala Pemerintah Negri Kesultanan Banjar 1857-1859
Mangkubumi Banjamasin memperoleh gaji bulanan f 1.000 gulden (f 12.000 gulden setahun) Penghasilan sebagai
Mangkubumi kerajaan Banjar yang pendapatannya diambil dari hasil pungutan dari Tambang Paramasan 40 tahil intan Berlian, (tambang intan Berlian) senilai 40 tahil @75 - 3.000 setahun lobang intan di Titian Taras, dan Penghasilan kompensasi (f 200 gulden perbulan dari hasil pungutan dari sungai Gatal, Banjarmasin. lahir 1822 berusia 35 tahun sewaktu diumumkan pada 3 November 1857. Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah adalah cucu Sultan Adam al-Watsiq Billah. Tamjidillah II Anak dari Nyai Besar Aminah seorang Putri Dayak Tionghoa ,phan tong fang (petompang),setelah kematian Sultan Adam al-Watsiq Billah meninggal pada tanggal 1 November 1857, Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom di Martapura dengan pendampingnya
Pangeran Mangkubumi Hidayatulah di Martapura Sebagai Vazal Tandingan di Banjarmasin Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan
Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin.Setelah Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik
Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Tamjidillah menjadi Sultan Banjar tanggal 3 November 1857, maka pada tanggal 4 November 1857 Residen mengizinkan dengan bantuan serdadu yang ada di Martapura untuk menangkap Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom di Martapura pergi ke Martapura lari dari tahanannya di Banjarmasin (sekarang Kelurahan Melayu) karena mengurusi pemakaman ayahnya Sultan Adam al Watsiq Billah. Alasannya dan tuduhan yang dikenakan pada Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom ialah bahwa di Martapura membahayakan tahta, tetapi penangkapan itu tidak berhasil. Rakyat menjadi saksi atas tindakan Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan
Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin dalam usahanya menangkap Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom. Lima hari setelah pemakaman Sultan Adam Al Wasik Billah yang sangat dicintai rakyat, keraton Martapura ditembaki serdadu Belanda untuk menangkap Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom.Sultan Muda
Pangeran Praboe /
Pangeran Praboe Anom /
Pangeran Praboe Citra /
Pangeran Praboe Abdullah turut terlibat dalam perjuangan melawan kekuatan kolonial yang mencoba menguasai wilayah Banjar. Ia berusaha mempertahankan kedaulatan kerajaan dari ancaman eksternal.Konflik Internal Seperti banyak kerajaan lainnya, Kerajaan Banjar juga menghadapi konflik internal, namanya dikaitkan dengan
Mangkubumi Hidayatulah di Martapura Sebagai Vazal Tandingan di Banjarmasin Sultan Tamjidilah Dan
Mangkubumi Wira Kasoema baik dalam bentuk persaingan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan maupun pemberontakan dari kelompok-kelompok yang tidak puas. pada tanggal 21 november 1857 Sultan Muda
Pangeran Praboe /
Pangeran Praboe Anom /
Pangeran Praboe Citra /
Pangeran Praboe Abdullah akhirnya Prabu Anom berhasil ditangkap oleh
Pangeran Mangkubumi Hidayatulah menyerahkan kepada Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah di Banjarmasin Dan
Pangeran Mangkubumi Wira kasoema di Banjarmasin.De bandjermasinsche krijg van 1859-1863, Volume 1 Oleh Willem Adriaan Rees halaman 17 https://books.google.co.id/books/content?id=JRQ5AQAAIAAJ&hl=id&pg=PA17&img=1&zoom=3&sig=ACfU3U2CzK4QPVfltT9DpE3uVT3KPAQ3Ng&w=1025 kemudian Sultan Muda
Pangeran Praboe /
Pangeran Praboe Anom /
Pangeran Praboe Citra /
Pangeran Praboe Abdullah dijebloskan ke penjara benteng Tatas selama 90 hari sejak 21 november 1857 - 23 Februari 1858.Sultan Tamjidullah al-Watsiq Billah menandatangani surat pengasingan pada tanggal 23 Februari 1858 dan
Pangeran Mangkubumi Banjarmasin Wira kasoema menandatangani surat yang menyetujui pengasingan Belanda atas pamannya Prabu Anom ke Jawa.menandatangani surat pengasingan pada tanggal 23 Februari 1858.Sultan Muda Prabu Citra
Pangeran Praboe Anom dengan Nyai Ratu Kamala Sari, yang kemudian diasingkan ke Kota Bandung di awal tahun 1858 pada tanggal 23 Februari 1858. dan akhirnya ia diasingkan karena dianggap membahayakan jika berada di Banjarmasin dan kemudian dibuang ke Pulau Jawa Barat Peristiwa pengasingan ini membuat geram bangsawan lainnya.serta mengakibatkan keadaan keraton Bumi Kencana Martapura tegang dan tidak kondusif. Muncul gerakan perlawanan terhadap kepemimpinan Pemerintahan Banjarmasin yang dimulai oleh tokoh karismatik bernama Panglima Aling Datu Aling Panembahan Muda Aling Sultan Muda Aling atau Panembahan Muning dari Tapin, dimana pengikut gerakan ini semakin bertambah banyak karena banyak rakyat yang tidak puas terhadap kepemimpinan Pemerintahan Banjarmasin.Dimartapura didapati Sultan nya Sultan Adam di dampingi Anak kandung nya Sultan muda Prabu Anom didampingi cucunya
Pangeran Mangkoe Boemi Hidayatulah Halillah adalah keponakan Sultan muda Prabu Anom.pemerintah Hindia Belanda mengangkat Gusti Andarun sebagai
Mangkubumi yang mengatur pemerintahan dari Martapura dengan gelar
Pangeran Hidayatullah pada tanggal 9 Oktober 1856.,Sedangkan di Banjarmasin Sultan nya didapati sultan adam didampingi SULTAN MUDA Tamjidillah al-Watsiq Billah dengan mangkubuminya juga
Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidillah al-Watsiq Billah Belum ada yang bertugas
Mangkubumi di banjarmasin sejak 1852-1857 sehingga SULTAN MUDA Tamjidillah al-Watsiq Billah merangkap
Pangeran Mangkubumi juga.tragedi pencopotan jabatan
Mangkubumi Banjar Hidayatulah halillah Pada tanggal 5 Februari 1860 Pemerintah kolonial hindia belanda Mencopot jabatan
Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi Hidayatulah Halillah hingga pada tanggal 3 Maret 1862
Pangeran Mangkoe Boemi
Mangkubumi Hidayatulah Halillah ditangkap kemudian diasingkan ke Cianjur karena dianggap membahayakan jika tetap berada di Banjarmasin.
Pemerintahan Kesultanan Banjar Martapoera & Pemerintahan Kesultanan Banjar Bandjarmasing 3 Juni 1825 - 3 maret 1862
9.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Wira Kasoema al-Watsiq Billah Berkuasa 3 November 1857 -25 Juni 1859 Banjarmasin
Pangeran Mangkoe Boemi Wirakusuma al-Watsiq Billah
Pangeran Mangkubumi Kesultanan Banjar memerintah Banjarmasin bersama abang nya Sultan Tamjidilah al-Watsiq Billah dari 1857- hingga 1859. Setelah kematian Sultan Adam pada 1 November 1857, terjadi perselisihan mengenai penerus tahta. Pemerintah kolonial Belanda menobatkan Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah pada 3 November 1857, didamping
Pangeran Mangkubumi Wira Kasoema al-Watsiq Billah yang menyebabkan ketegangan di dalam kerajaan. Pada 23 Februari 1858, Sultan Muda Prabu Anom diasingkan ke Bandung Jawa Barat karena dianggap membahayakan jika tetap berada di Banjarmasin. Setelah itu, pada 25 Juni 1859, Sultan Tamjidillah al-Watsiq Billah juga dimakzulkan dan diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda,ke empang Bogor Jawa Barat . Pemerintah Kolonial Belanda Mempercayakan Negri Kesultanan Banjar kepada
Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anum Wira Kasoema al-Watsiq Billah Putra Sultan Muda Abdurrahman ,
Pangeran sorie Mataram Adik Tiri Sultan muda Abdurrahman dan
Pangeran Tambak anyar Keponakan Sultan Muda Abdur Rahman dari Banjar [
Pangeran Tambak anyar putra
Mangkubumi Kencana
Pangeran Noch/Nor]. Pada 3 Maret 1862
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi Sultan Ratu Anum Wira Kasoema al-Watsiq Billah diasingkan ke Cianjur karena dianggap membahayakan jika tetap berada di Banjarmasin.
Pemerintahan Kesultanan Banjar Martapoera & Pemerintahan Kesultanan Banjar Bandjarmasing 3 Juni 1825 - 3 maret 1862
Pegustian (Partai Sultan) adalah dewan pertahanan/pemerintahan [darurat/pelarian] yang terdiri dari gusti-gusti (bangsawan Banjar) dan para panglima perang sebagai penerus Kesultanan Banjar yang secara fisik berwujud sebuah benteng pertahanan yang dibangun Tumenggung Surapati pada tahun 1865, yaitu setelah bangsawan Banjar tiada seperti
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Ismail Ratu Anum Mangku Dilaga Sukma Dilaga Ratoe Anom Mangkoe Boemi Ismail mati terbunuh,
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Mangkoe Boemi Nata (
Pangeran Husin meninggal),
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana
Pangeran Noch/Nor meninggal,
Pangeran Ratu
Pangeran Mangkubumi Sultan Muda Sultan Tamjidillah II Putra Sultan Muda Abdur Rahman dari Banjar di asingkan ke empang Bogor,
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Praboe Anom Putra Sultan Adam dari Banjar di asingkan ke bandung jawa barat,
Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anum Hidayatullah Halillillah Putra Sultan Muda Sultan Muda Abdur Rahman dari Banjar di asingkan ke cianjur jawa barat,
Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anum Wira Kasoema al-Watsiq Billah Putra Sultan Muda Abdur Rahman dari Banjar di asingkan ke cianjur jawa barat,
Pangeran Antasari meninggal karena sakit.
Pagustian ini terletak di Gunung Bondang, diudik sungai Laung, daerah Puruk Cahu. Pertahanan yang kedua terletak di Manawing, yaitu kampung Bomban, Kalang Barah diudik Baras Kuning, Barito.
10.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Muhammad Said Berkuasa 14 Maret 1862 - 1875
Pangeran Mangkoe Boemi -Wali Raja (Sultan)
Pangeran Mangkubumi Kesultanan Banjar adalah Adik Ipar
Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anum Wira Kasoema al-Watsiq Billah diasingkan ke Cianjur karena dianggap membahayakan jika tetap berada di Banjarmasin. serta untuk menggantikan meninggal yaitu
Pangeran Antasari adalah Ayah Mertua
Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anum Wira Kasoema al-Watsiq Billah.
Pangeran Antasari dan
Pangeran Mangkubumi Muhammad Said ,meneruskan Perjuangan
Pangeran Mangkubumi Sultan Ratu Anum Wira Kasoema al-Watsiq Billah diasingkan ke Cianjur karena dianggap membahayakan jika tetap berada di Banjarmasin.
Pangeran Antasari dan
Pangeran Mangkubumi Muhammad Said
Mangkubumi Pagustian Banjar dan pejuang perang Banjar
11.
Pangeran Mangkubumi Pangeran Mangkoe Boemi
Pangeran Perbatasari Berkuasa 1875 - 1885
Pangeran Mangkoe Boemi Perbatasari menggantikan
Pangeran Mangkoe Boemi Muhammad Said Yang Tewas.
Mangkubumi Pagustian Banjar dan pejuang perang Banjar
12.
Pangeran Mangkoe Boemi Muhamad Arsyad Berkuasa 1885 - 1905 pejuang perang Banjar, memerintah dari 1885 hingga 1905 untuk menggantikan
Pangeran Mangkoe Boemi Perbatasari yang Diasingkan me sulawesi- Pagustian Banjar dibubarkan dan dihapuskan oleh kolonial hindia belanda.
12.
Pangeran Chairul Saleh (Sultan)
Pangeran Mangkubumi Kesultanan Banjar Berkuasa 2010- sekarang Bupati 2 periode pada tahun 2010 menghidupkan kembali Pagustian banjar yang dibubarkan belanda KESULTANAN BANJAR 1862 dan PAGUSTIAN BANJAR 1905
Kontrak Perjanjian Kesultanan Banjar dengan Hindia Belanda
Kontrak Perjanjian Karang Intan II tanggal 13 September 1823 Masehi (7 Muharam 1239 Hijriyah) memuat tentang penamaan
Pangeran Mangkubumi untuk Raja Bicara (Rijksbestierder, kepala administrasi pemerintahan).
Catatan kaki