- Source: Panton Aceh
- Panton Aceh
- Paya Baro Meuko, Panton Reu, Aceh Barat
- Babah Krueng Manggie, Panton Reu, Aceh Barat
- Gunung Mata Ie, Panton Reu, Aceh Barat
- Kota Panton Labu, Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
- Meunasah Panton Labu, Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
- Panton Rayeuk Awe, Banda Alam, Aceh Timur
- Panton Rayeuk I, Kuta Makmur, Aceh Utara
- Panton Rayeuk Mameh, Banda Alam, Aceh Timur
- Panton Rayeuk II, Kuta Makmur, Aceh Utara
- Salang, Aceh
- West Aceh Regency
- List of districts of Aceh
- North Aceh Regency
- Simeulue Regency
- Timeline of geopolitical changes (1500–1899)
- Teuku Umar
- North Borneo
- HMS Seahorse (1748)
- Timeline of geopolitical changes (1900–1999)
Kumpulan Panton Aceh Lengkap dengan Arti, Makna, dan Klasifikasinya
Pantun dalam bahasa Aceh disebut Pantôn. Pantun Aceh merupakan salah satu karya sastra khas Indonesia yang masih dikenal luas oleh masyarakat Aceh. Pantun Aceh biasa digunakan dalam berbagai acara adat dan penting. Sama seperti pantun lain di Indonesia, pantun Aceh terdiri dari sampiran dan isi.
Pantun merupakan bentuk puisi lama yang berasal dari budaya Melayu. Pantun memiliki ciri-ciri khas dan sering digunakan dalam berbagai kesempatan, seperti upacara adat, pernikahan, dan hiburan rakyat. Pantun terdiri dari empat baris dengan pola a-b-a-b, di mana baris pertama dan kedua saling berkaitan dan baris ketiga dan keempat memiliki hubungan sendiri. Di dalam pantun, pemilihan kata-kata yang bijak dan mengandung makna ganda menjadi salah satu daya tariknya.
Pantun terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Pantun nasihat, yang berisi pesan moral dan didikan untuk menebar kebaikan. Pantun jenaka, yang bertujuan untuk menghibur, kadang-kadang juga digunakan untuk menyindir dalam suasana akrab. Pantun cinta, yang berisi pesan tentang cinta, romansa, atau perasaan rindu. Pantun agama, yang berisi pesan moral dan didikan, serta membahas manusia dengan pencipta-Nya. Pantun peribahasa, yang berisi ungkapan dan peribahasa yang umumnya memiliki susunan tetap. Pantun teka-teki, yang berisi teka-teki, dengan ciri khas kalimat pertanyaan pada baris akhir pantun. Pantun kiasan, yang berisi kalimat kiasan untuk menyampaikan pesan secara tersirat. Pantun adat istiadat, yang berisi pepatah dan petuah nasihat. Pantun nasib, yang bercerita tentang keadaan diri. Pantun perkenalan, yang berisi tentang proses perkenalan diri dan pertanyaan kepada lawan bicaranya. Pantun perpisahan, yang berisi tentang perpisahan dan perceraian. Selain itu, ada juga pantun anak-anak dan pantun orang tua.
Berikut adalah beberapa contoh panton:
A. Panton Jenaka
Boh jambei kleng penajoh cicem
Boh Mamplam putik hawa Mak sigam mume
Menyee ek Dumno cara tetap Han katem
Ho long ba jelamei KA hek Lo me me
Arti:
Jambu hitam di makan burung
Buah mangga muda ngidamnya orang hamil
Kalau sudah seperti ini cara tapi masih tetap tidak mau
Kemana harus bawak mahar sudah lelah kubawa-bawa
Makna: “Jambu hitam dimakan burung,” dan “Buah mangga muda ngidamnya orang hamil,” menggambarkan bahwa hal-hal di dunia ini memiliki pemanfaatannya masing-masing sesuai kebutuhan atau situasi. “Kalau sudah seperti ini" cara tapi masih tetap tidak mau,” mencerminkan rasa kecewa setelah berjuang keras, tetapi hasil yang diharapkan belum tercapai. “Kemana harus bawak mahar yang sudah lama ada,” menggambarkan situasi kebingungan, keraguan, atau ketidakpastian dalam menentukan arah atau tujuan hidup. Pantun ini berisi hiburan bagi para laki-laki yang sedang berjuang untuk meminang wanita yang disukainya dengan berbagai upaya.
Tapajoh Bu ngen teumon eungkot
Tapjoh jih bak bineh rumoh gob
Tajak kuliah beu merempek nilai beu get
Nak jeut icok keu calon meulinte gob
Arti:
Makan nasi dengan lauk ikan
Makannya di pinggir rumah orang
Pergi ke kampus supaya dapat nilai bagus
Biar bisa dijadikan menantu orang
Makna: “Makan nasi dengan lauk ikan,” menggambarkan hidup sederhana tetapi cukup. “Makanya di pinggir rumah orang,” menunjukkan pentingnya menjaga sikap dan berbaur dengan orang lain secara sopan. “Pergi ke kampus supaya dapat nilai bagus,” menyiratkan bahwa pendidikan adalah kunci untuk masa depan yang cerah. “Biar bisa dijadikan menantu orang,” mencerminkan tujuan menjadi pribadi yang baik dan dihormati dalam keluarga dan masyarakat.
Salamu'alaikom haba lon peu phon
Keu rakan ulon yang na di lingka
Nibak uroe nyoe ulon meu panton
Niet lam hate lon merumpok nilai A
Arti:
Assalamu'alaikum, sapa saya mulakan
Untuk teman-temanku yang ada di sekitar
Dari buku ini kami berikan pantun
Niat di hati saya mendapat nilai A
Makna: Makna dari pantun ini adalah perkenalan dan tujuan yang positif dalam belajar, khususnya untuk mencapai nilai yang baik dalam pendidikan.
Bungong seulaga mangat that be
Di bungong keumbe lagak that raya
Mahasiswa Tbin tari bu kon le
Tugas makalah nyan di rasa
Arti:
Bunga seulanga harum sekali
Sedangkan bunga kamboja tampak begitu indah
Mahasiswa TBIn sangatlah cantik- cantik
Tapi tugas makalah itu terus yang dirasakan
Makna: Pantun ini menggambarkan keseimbangan antara penampilan luar dan beban akademik yang sering dirasakan mahasiswa. Meskipun mereka mungkin terlihat menarik atau memiliki kecantikan fisik, kenyataannya mereka sering kali terbebani oleh tugas dan kewajiban akademik yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
Ta eu bungong seulanga
Indah bukoeun lee
Hai aneuk dara kajak keuno jinoe
Bek sampe kuteupuk bak ulee
Arti:
Kita lihat bunga seulanga
Indah sekali
Hay anak gadis mari kesini sekarang
Jangan sampai aku pukul di kepala
Makna: Bunga seulanga merupakan bunga yang terkenal di Aceh dengan yang memiliki harum khas dan bunga yang indah. Pada larik pertama dan kedua bertujuan untuk memperkenalkan Aceh serta untuk membawanya kepada isi pantun. Aneuk dara merupakan sebutan bagi seorang gadis Aceh yang belum menikah. Pada Panton/ pantun ini berada di sudut pandang orang tua yang memanggil anaknya saat itu dan diiringi dengan candaan kalau Aneuk dara atau gadis tersebut tidak menghampiri maka akan dipukul dikepala sebagai candaan keakraban.
B. Panton Kiasan
Bu meukulah
Rantang meulungkop
Meunyo beue' tajak sikula
Singeh ipeunget le gop
Arti:
Nasi terbungkus
Rantang terjatuh
Jika malas kita pergi sekolah
Besok dibohongi oleh orang
Makna: Pantun ini menekankan pentingnya rajin menuntut ilmu agar tidak tertinggal dan mudah terpengaruh oleh hal negatif.
Taduk besare
Tadong beusanteut
Watee awai beutapike
Ouh akhee pubuet beujet
Arti:
Kita duduk sejajar
Kita berdiri sejajar
Waktu awal harus kita pikirkan
Waktu akhir berbuat yang baik
Makna: Semua manusiawi memiliki porsi yang sama dalam hal kedudukan di masyarakat. Sehingga setiap kali manusia ingin melakukan sesuatu harus dipikirkan terlebih dahulu bagaimana baiknya. Hingga sampai akhirnya hal yang dipikirkan akan menjadikannya suatu perbuatan yang baik.
Adoe geuplung u madinah
Geumita raseuki keu syedara
Ga eu gop geumande kaya
Padahai rumoh karap reubah
Arti:
Adik lari ke Madinah
Cari rezeki untuk saudara
Lihat orang seolah-olah kaya
Padahal rumah hampir roboh
Makna: Pada larik pertama dan kedua selain sebagai pengantar menuju isi, juga memiliki makna bagaimana perjuangan seorang saudara untuk membantu saudaranya dalam hal ekonomi hingga pergi ke negeri orang. Pada larik ketiga dan kedua menjelaskan mengenai orang yang julid melihat orang dengan kemampuan ekonomi yang bagus namun diberi label orang yang seolah kaya. Selain itu makna pada pantun ini menjelaskan orang yang sibuk dengan urusan orang lain padahal rumahnya atau segala sesuatu yang terjadi pada dirinya banyak yang harus diperbaiki.
Tameurantoe keudeh u kota Sigli
Bak tajak katroeh u Papua Barat
Kaseb eh no manteng Panton long sagai
Mungkin jeut neucok bacut keu manfaat
Arti:
Kita merantau ke kota Sigli
Waktu perjalanan sudah sampai hingga ke Papua Barat
Cukup sampai di sini dulu pantun saya
Mungkin bisa di ambil sedikit untuk manfaat
Makna: “Merantau dari kampung ke kota Sigli,” dan “Lanjut perjalanan hingga ke Papua Barat,” melambangkan perjalanan hidup yang penuh tantangan dan pengalaman, baik secara fisik maupun simbolis. “Cukup sampai di sini dulu pantun saya" mencerminkan bahwa setiap perjalanan ada batasnya, baik untuk refleksi atau istirahat. “Mungkin bisa diambil sedikit manfaat,” menunjukkan harapan agar pengalaman, cerita, atau pesan yang disampaikan dapat memberikan inspirasi atau pelajaran bagi orang lain.
C. Panton Agama
Di ujong blang lon duk di bineh pante
Di ateuh ateung gle cicem meu cuca
Eu hai rakan bek duk laloe le
Donya rap akhe ilme agama beuta jaga
Arti:
Di Desa Ujong Blang, saya duduk di pinggir pantai
Di atas gundukan sawah buruh berkicau riang
Oh, hai kawan, jangan duduk lalai lagi
Dunia ini sementara, jagalah ilmu agama
Makna: Makna dari pantun ini adalah pesan moral yang mengingatkan akan pentingnya menjaga agama dan tidak menyia-nyiakan waktu hidup.
Hudep bak donya Allah
Peleubeh amai lagee kuala
Hai Rakan metuah
Neu peleubeh ilmee agama
Arti:
Hidup di bumi Allah
Lebihkan amal seperti muara
Hai kawan baik budi
Kamu lebihkan ilmu agama
Makna: makna pada Panton/ pantun ini adalah mengingat para pembacanya untuk melebihkan ilmu agama. Hal ini bertujuan untuk dapat melihat kekuasaan dan ciptaan Allah Swt. Selain itu penulis juga mengajak para pembaca untuk memperbanyak amal ibadah bagai sebuah muara yang menuju ke Lautan. Hal sederhana ini menjadi gambaran bahwa manusia harus memperbanyak amal ibadah untuk menuju sesuatu yang lebih luas nantinya (surga).
Menye goet ta papah
Adak ka patah jeut ta curu
Menye hana goeut aqidah
Adak saboh yah jeut keu karu
Arti:
Kalau bagus kita jaga
Walaupun patah bisa diperbaiki
Kalau tidak ada akidah
Walaupun satu ayah (keturunan) bisa jadi ribut
Makna: Makna dari pantun agama tersebut adalah pesan mendalam tentang pentingnya menjaga hubungan dengan Allah (akidah) dan menjaga keharmonisan dalam kehidupan, baik secara individu maupun dalam keluarga.
D. Panton Nasihat
Saket that tuboh nyoe teuchop ngen duroe
Oh taboh ubat saket lom teuka
U naggroe luwa ulon meranto
Dengan bekal ilme droe lon mita sarjana
Arti:
Sakit sekali tubuh ini tertusuk duri
Lebih sakit lagi saat diobati
Aku merantau di negeri yang jauh
Dengan bekal ilmumu (pendidik) aku mencari gelar sarjana
Makna: Pantun ini mengandung pesan tentang perjuangan hidup, rasa sakit atau kesulitan yang dihadapi dalam meraih cita-cita, serta usaha untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun ada rasa frustrasi dan keputusasaan, pantun ini menggambarkan semangat untuk terus berjuang dan meraih tujuan sarjana dari ilmu yang diperoleh dari pendidik.
Ayah si Agam geuduk di keude
Aneuk miet maen abe laloe that teuka
Inong ngen agam hana tan le malee
Putoh urat male, pendidikan ka sirna
Arti:
Ayah si Agam duduk di kedai
Sangat lalai ketika anaknya bermain tanah
Perempuan dan laki-laki tidak punya malu
Putus urat malu, pendidikan pun musnah
Makna: Pantun ini adalah sebuah kritik sosial terhadap kondisi masyarakat yang sedang mengalami kemunduran, di mana perhatian terhadap pendidikan, moralitas, dan peran orang tua semakin menurun. Pantun ini menggambarkan keprihatinan tentang masa depan generasi muda yang mungkin terabaikan akibat pengaruh budaya dan perilaku yang tidak produktif.
Meulingka ie di lam beulanga
Ie cilek hana tapeubra
Mereuno ju beubagah
Bek sampo hana jang tapeulara
Arti:
Berputar air di dalam wajan
Air dikit tidak boleh tumpah
Belajar terus yang cepat
Jangan sampai tidak ada yang kita lestarikan
Makna: Makna: Pantun ini mengingatkan kita untuk terus belajar dengan sungguh-sungguh, agar pengetahuan tetap terjaga.
U Meureudu tajak mita adee
Singgah U Padang Tiji ta mita bace
Bek le laloe, bek le lalee
Uro ka jula, donya karap akhee
Arti:
Ke Meureudu kita cari Ade
Singgah di Padang Tiji kita cari ikan gabus
Jangan lagi lupa, jangan lagi lalai
Hari sudah petang, dunia hampir berakhir
Makna: Pantun ini mengajak kita untuk hidup lebih sadar, bertanggung jawab, dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya sebelum terlambat.
Lagak cerita nyoe mameh kuah
Peulom ta tamah campli ngon sira
Beufui di tuleung rumeh bak abah
Oh wate ta hah beuna meumakna
Arti:
Kisah yang indah manis kuah
Apalagi kita tambah cabai dengan garam
Ringan dalam tulang bermakna di mulut
Apa yang kita ucap harus ada maknanya
Makna: Pantun di atas menggambarkan sebuah nasihat tentang pentingnya menjaga makna dalam ucapan kita.
Wate grah hai aneuk tingat keu ie
Wate leupi tingat keu ija
Wate susah tan soe peuduli
O'eh ban leu gaji ka ngaku droe sodara.
Arti:
Waktu haus hai anakku carilah air
Waktu dingin carilah kain
Waktu susah tidak ada yang peduli
Saat banyak uang baru mengakui kita saudara
Makna: Pantun di atas mengandung nasihat kehidupan yang mendalam, menggambarkan realitas sosial tentang hubungan manusia yang kadang dipengaruhi oleh keadaan.
Pue jeut laot ngen Krueng
Le tempat eungkeut seureuhe
Hay Aneuk bek le ka plueng
Bek sampe jeut keu aneuk jahee
Arti:
Apa jadi laut dan sungai
Banyak tempat ikat tinggal
Hay anak jangan lagi kamu lari
Jangan sampai jadi anak jahat
Makna: Pantun ini memberikan pelajaran moral kepada generasi muda untuk selalu bertindak baik agar tidak menjadi pribadi yang buruk.
Padee bijeh keu pangkai harkat
Padee Breuh leukat keu khanduri teuka
Menyee Han ek pesenang ureng jok berkat
Bek lah tapeususah ayah poma yg manteng na
Arti:
Biji padi berguna sebagai makanan pokok
Biji ketan digunakan untuk kenduri dan syukuran
Jika kamu tidak membuat orang lain Bahagia
Janganlah menyusahkan ayah dan bunda yang masih ada
Makna: “Biji padi berguna sebagai makanan pokok,” dan "Ketan digunakan untuk kenduri dan syukuran,” menggambarkan bahwa setiap hal dalam hidup memiliki fungsi dan manfaatnya masing-masing, tergantung pada cara kita menggunakannya. “Jika kamu tidak membuat orang lain bahagia,” menyiratkan pentingnya menciptakan kebahagiaan di sekitar kita untuk menjalin hubungan yang baik. “Janganlah menyusahkan ayah dan bunda yang masih ada,” adalah nasihat untuk berbakti dan tidak membebani orang tua, melainkan membahagiakan mereka selama mereka masih hidup.
Budaya aceh bek le gadoh
Bek le tabeuh wahe aneuk muda
muda mudi kajeut beudoh
Duhai adoe budaya aceh beu tajaga
Arti:
Budaya Aceh jangan sampai hilang
Jangan sia-siakan, wahai anak muda
Muda-mudi sudah bisa bangun
Wahai adikku, jagalah budaya Aceh selalu
Makna: Makna dari pantun ini adalah ajakan untuk melestarikan budaya Aceh dan menghargai warisan budaya yang ada. Pantun ini mengingatkan generasi muda untuk menjaga dan melestarikan budaya Aceh agar tidak punah atau terlupakan.
Bek ta top babah rheut
Bek ta gunci pinto Seuramoe
Kereuja beu jimeut
Bah watee tuha hana payah moe
Arti:
Jangan kita tutup pagar
Jangan kita kunci pintu gerbang
Kerja yang rajin
Agar waktu tua tidak perlu menangis
Makna: Pantun ini mengingatkan pentingnya usaha dan kerja keras sejak dini agar masa depan lebih terjamin dan penuh kebahagiaan.
Menyoe ka kutoe ken jet tarah
Kepu kajak plah kajak koh ija
Menyoe ka hawa jeut ke menikah
Keupu hai mertua kajak meuzina
Arti:
Kalau sudah kotor bisa untuk dicuci
Untuk apa kamu pergi potong kain (tersebut)
Kalau sudah ingin menikah
Untuk apa mertua diajak berzina
Makna: Pada larik satu dan dua menjelaskan bahwa segala permasalahan memiliki jalan keluar yang lebih positif. Sedangkan pada larik tiga dan empat berisi nasihat mengenai kejadian yang telah terjadi dimasyarakat yaitu menantu yang berzina dengan mertua. Pada larik terakhir pantun ini berisi pertanyaan masyarakat umum kepada sang pelaku.
Mangat kuah hana tentei bak Sira
Mangat kupi ka tentei bak ureng peuhawa
Kaseb ek Nou keuh mnteng tei Ulong kira kira
Bek sampee bangai sampoe oeh tuha
Arti:
Enak kuah tidak tentu di garam
Enak kopi pasti karena orang yang tawarkan
Cukup sampai di sini saja perkiraan
Jangan sampai bodoh hingga tua
Makna: “Enak kuah tidak tentu di garam,” menyiratkan bahwa kenikmatan sesuatu (seperti makanan) bersifat subjektif, tergantung pada situasi dan bagaimana kita menghargainya. “Enak kopi pasti karena orang yang tawarkan,” menekankan bahwa kebahagiaan sering kali dipengaruhi oleh siapa yang bersama kita, bukan hanya dari benda itu sendiri. “Jangan sampai bodoh hingga tua,” mengajarkan pentingnya belajar, berpikir, dan terus meningkatkan pengetahuan agar tidak menyesal di kemudian hari.
Tajak u takengon ta ek kuda
Tajak u seuruwe ta ek raket
Jino ta udep beu leu saba
Bek bagah keuneung penyaket
Arti:
Kita pergi ke Takengon kita naik kuda
Kita pergi ke Seuruwe kita naik rakit
Sekarang kita hidup harus banyak sabar
Jangan mudah terkena penyakit
Makna: Pantun ini mengingatkan kita untuk bersabar dalam menjalani kehidupan yang penuh ujian, sekaligus bentuk dari menjaga kesehatan sebagai wujud tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Geuduek miyuep bak mamplam
Ge eu ureng jang lewat
Bek sampe peulehbeh haba simalam
Bak neu pubuet neu ingat akhirat
Arti:
Dia duduk di bawah pohon mangga
Liat orang yang sedang lewat
Jangan sampai melebihkan omongan semalam
Waktu berbuat ingat akhirat
Makna: Pantun ini menjelaskan kondisi para kumpulan orang-orang (umumnya wanita) di bawah pohon mangga yang sering dijumpai di rumah masyarakat Aceh. Sambil duduk berkumpul dan melihat orang yang lewat di jalan maka mereka akan membicarakan orang yang lewat tersebut, sehingga hal ini mengarah kepada gibah. Pada gibah biasanya akan banyak isu yang masuk tidak sesuai adanya pasti akan ada yang melebih-lebihkan untuk membuat cerita tersebut semakin memanas di kalangan masyarakat setempat. Pantun ini bertujuan untuk mengingatkan para wanita Aceh untuk tidak membicarakan satu sama lain hingga menambahkan cerita yang semula tidak ada. Sehingga pantun ini sebagai pengingat mereka jika sedang melakukan hal demikian maka perbanyaklah mengingat akhirat untuk meninggalkan perbuatan tersebut.
Ureung ineung jak cumeucop
Ureung agam jak meudike
Bek galak that keu but gop
But droe hana ek ta pike
Arti:
Perempuan pergi menjahit
Pria pergi berzikir
Jangan suka dengan urusan orang
Urusan sendiri tidak sanggup kita pikir
Makna: Pantun ini mengajarkan pentingnya introspeksi dan fokus pada tanggung jawab sendiri, alih-alih mencampuri urusan orang lain.
Taba Honda bek teuga- teuga that
Bek Sampek na luka beukah Abah
Hana tathe karap semester peut
Moga-moga ilmee tyoe beujeut keu ilme yang berkah
Arti:
Membawa sepeda motor jangan ngebut-ngebut banget
Jangan sampai ada luka di mulut
Tidak terasa sudah hampir semester empat
Moga-moga ilmu ini bisa untuk ilmu yang berkah.
Makna: “Membawa motor jangan terlalu tergesa-gesa,” mengajarkan pentingnya berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam melakukan sesuatu, terutama yang dapat membahayakan diri. Jangan sampai terluka di mulut,” memberikan nasihat agar berhati-hati dalam berbicara, karena kata-kata yang salah bisa melukai orang lain. Tidak terasa sudah semester empat," menunjukkan bahwa tidak perlu terburu-buru, setiap orang memiliki waktu dan proses yang berbeda dalam pendidikan. Semoga ilmu yang diraih bermanfaat dan berkah" merupakan doa agar ilmu yang diperoleh tidak hanya berguna bagi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain dan mendapat berkah.
Bek tuweo keu jaloe Oeh kana kapai
Bek tuwe keu pangkai oeh kana laba
Bek tuwe keu guru Oeh kana ijazah
Bek tuwe keu ayah oeh kana kerja
Arti:
Jangan lupa untuk pendayung apabila sudah ada kapal
Jangan lupa untung kalau ada laba
Jangan lupa untuk guru kalau sudah ada ijazah
Jangan lupa ke ayah kalau sudah ada pekerjaan sendiri
Makna: Pantun di atas memiliki makna yang dalam dan mengandung pesan tentang rasa syukur, penghargaan, dan tanggung jawab.
Got ta teumeung lakoe hai cuco
Long gata jeut keu putroe siumu masa
Menye gata salah tapileh lakoe Hai cuco
Loen hudep teuh pheng phoeng sampoe an tuha
Arti:
Cari suami yang bagus wahai cucuku
Kita dijadikan ratu seumur hidup
Kalau kamu salah pilih suami wahai cucuku
Hidup menderita selamanya sampai tua
Makna: Makna dari pantun di atas menggambarkan pentingnya kehati-hatian dalam memilih pasangan hidup. Karena jika salah dalam memilih suami maka hidup dalam berumah tangga akan menderita. Sehingga wanita tersebut akan hidup menderita dengan suaminya sampai tua.