- Source: Pantun Betawi
Pantun Betawi adalah pantun yang berasal dari tradisi lisan masyarakat Betawi dengan larik tanpa susunan tertentu. Isi Pantun Betawi berupa ungkapan perasaan dengan nilai etika dan ajaran-ajaran agama Islam. Pantun Betawi merupakan pengembangan Pantun Melayu pada abad ke-17 dan ke-18 dan pantun Gujarat abad ke-15. Gaya penyajiannya spontan, lugas dan bebas.
Sejarah
Pantun menjadi bagian dari kebudayaan Betawi ketika masyarakatnya belum mengenal tulisan. Penyebaran pantun sepeenuhnya dilakukan melalui tradisi lisan. Hal ini membuat hal apapun dapat disampaikan secara bebas. Pada perkembangannya, Pantun Betawi menjadi bagian dari tradisi pernikahan masyarakat Betawi. Pantun Betawi menjadi alat penyampaian pesan tentang etika, moral, dan keagamaan. Pantun Betawi menjadi bagian dari budaya masyarakat di Karawang, Tambun, Bekasi, Depok, Cimanggis, Cibinong, Ciputat, Tangerang, dan Jakarta.
Pemaknaan
Masyarakat Betawi menggunakan Pantun Betawi untuk mengungkapkan keadaan sosial masyarakatnya. Selain itu, Pantun Betawi juga digunakan untuk mengungkapkan kesamaan hak manusia dalam segala hal, termasuk kehidupan berumah tangga serta hubungan antara menantu dan mertua. Sampiran pada Pantun Betawi berfungsi untuk menyamakan bunyi dan menyatakan kelugasan dan pengungkapan perasaan sesuka hati. Berkenaan dengan isi pantun, sejumlah besar pantun Betawi, selain coba mengungkapkan berbagai nasihat yang berkaitan dengan etika, moral, adab, sopan santun, dan ajaran-ajaran agama, juga begitu banyak memuat kritik sosial.
Penggunaan
Masyarakat Betawi menggunakan Pantun Betawi dalam tradisi pernikahan yang disebut Palang Pintu. Mempelai perempuan menggunakannya untuk menanyakan kesanggupan mempelai laki-laki dalam memenuhi persyaratan untuk menikah. Isi pantunnya berupa nasihat bagi kedua mempelai dan keluarganya. Kedua mempelai kemudian akan saling berbalas pantun dan diikuti oleh balasan pantun dari masing-masing keluarga. Penggunaan Pantun Betawi disertai dengan kata-kata humor, tetapi tetap memperhatikan sopan santun.
Referensi
Daftar pustaka
Anggraeni, D., Hakam, A., Mardhiah, I., dan Lubis, Z. (2019). "Membangun Peradaban Bangsa Melalui Religiusitas Berbasis Budaya Lokal (Analisis Tradisi Palang Pintu Pada Budaya Betawi)". Jurnal Studi Al-Qur’an. 15 (1): 95–116. doi:10.21009/JSQ.015.1.05. ISSN 2339-2614. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Maulina, Dinni Eka (2012). "Keanekaragaman Pantun di Indonesia". Semantik. 1 (1): 107–121. ISSN 2549-6506.
Melinda, A., dan Paramita, S. (Desember 2018). "Makna Simbolik Palang Pintu Pada Pernikahan Etnis Betawi di Setu Babakan". Koneksi. 2 (2): 218–225. doi:10.24912/kn.v2i2.3888. ISSN 2598-0785. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Mega dan Nurhablisyah (2013). "Memopulerkan Pantun Betawi melalui Produk Distro". Jurnal Desain. 1 (1). ISSN 2339-0115.
Kata Kunci Pencarian:
- Suku Betawi
- Pantun Betawi
- Adi Bing Slamet
- Daftar tokoh Betawi
- Buka palang pintu
- Kicir-Kicir
- Jali-Jali
- Seni Tradisional Minangkabau
- Samrah
- Rebutan dandang
- National Intangible Cultural Heritage of Indonesia
- Nikita Willy
- Indonesia
- Culture of Indonesia
- Dondang Sayang
- Galuh Kingdom
- Sundanese people
- Peranakan Chinese
- Kutainese language
- Theatre of Indonesia