Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau
Jakarta Fair adalah acara pameran tahunan terbesar di Asia Tenggara. Walaupun dinamai "
Pekan", pameran ini biasanya berlangsung selama satu bulan penuh dari bulan Juni sampai bulan Juli untuk memperingati hari jadi kota
Jakarta.
PRJ pertama diadakan pada tahun 1968. Sampai tahun 2019, setiap tahun penyelenggaraannya tidak pernah terputus. Dari 1968 sampai 1991, PRJ selalu berlangsung di Monas. Pada tahun 2020, untuk pertama kalinya, PRJ ditiadakan akibat pandemi Covid-19 setelah 52 tahun beroperasi tanpa absen, meskipun sebelumnya acara ini berencana untuk diselenggarakan pada 14 Mei–28 Juni 2020. Pada tahun 2022,
Pekan Raya Jakarta mulai diadakan kembali yang diselenggarakan pada tanggal 9 Juni–17 Juli 2022.
Sejarah
Pekan Raya Jakarta (PRJ) digelar pertama kali di Kawasan Monas tanggal 5 Juni hingga 20 Juli tahun 1968 dan dibuka oleh Presiden Soeharto dengan melepas merpati pos. PRJ pertama ini disebut DF yang merupakan singkatan dari Djakarta Fair (Ejaan Lama). Lambat laun ejaan tersebut berubah menjadi
Jakarta Fair yang kemudian lebih popular dengan sebutan
Pekan Raya Jakarta.
Idenya muncul atau digagas pertama kali oleh Syamsuddin Mangan yang lebih dikenal dengan nama Haji Mangan pada saat itu menjabat sebagai Ketua KADIN (Kamar Dagang dan Industri) yang mengusulkan suatu ajang pameran besar untuk meningkatkan pemasaran produksi dalam negeri dfyang kala itu sedang mulai bangkit pasca G30S/1965 kepada Gubernur DKI yang dijabat oleh Ali Sadikin atau yang lebih dikenal oleh Bang Ali pada tahun 1967. Gagasan atau ide ini disambut baik oleh Pemerintah DKI, karena Pemerintah DKI juga ingin membuat suatu pameran besar yang terpusat dan berlangsung dalam waktu yang lama sebagai upaya mewujudkan keinginan Pemerintah DKI yang ingin menyatukan berbagai "pasar malam" yang ketika itu masih menyebar di sejumlah wilayah
Jakarta,seperti Pasar Malam Gambir yang tiap tahun berlangsung di bekas Lapangan Ikada (kini kawasan Monas), juga merupakan inspirasi dari Pameran yang diklaim sebagai "Pameran Terbesar" ini.
Haji Mangan terinspirasi dari berbagai event pameran internasional yang sering diikutinya sebagai seorang konglomerat dibidang tekstil di kala itu serta Pasar Malam Gambir yang dari dulunya sudah ramai dikunjungi. Ide ini disambut baik Pemerintah DKI dengan membuat gebrakan dengan langsung membentuk panitia sementara yang dipercayakan kepada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang ketuanya dijabat oleh Haji Mangan.
Agar lebih sah atau resmi, Pemerintah DKI mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) no. 8 tahun 1968 yang antara lain menetapkan bahwa PRJ akan menjadi agenda tetap tahunan dan diselenggarakan menjelang Hari Ulang Tahun
Jakarta yang dirayakan setiap tanggal 22 Juni.
Sebuah yayasan yang diberikan nama Yayasan Penyelenggara Pameran dan
Pekan Raya Jakarta juga dibentuk sebagai badan pengelola PRJ. Sesuai Perda no. 8/1968 tersebut tugas yayasan ini bukan hanya menyelenggarakan PRJ saja tetapi juga sebagai penyelenggara Arena promosi dan Hiburan
Jakarta (APHJ) yang dijadwalkan berlangsung sepanjang tahun.
Syamsuddin Mangan, Ketua Kadin Indonesia ketika itu dinilai berjasa dalam menyelenggarakan
Pekan Raya Jakarta yang mengubah wajah Pasar Malam Gambir yang kemudian terkenal dengan Djakarta Fair yang "bermutasi" menjadi
Jakarta Fair atau lebih dikenal dengan
Pekan Raya Jakarta. Karena kegigihan Syamsuddin Mangan Djakarta Fair mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sayang, sebelum melihat ide dan gagasannya terwujud Syamsuddin Mangan dipanggil yang Kuasa.
PRJ 1968 atau DF 68 berlangsung mulus dan boleh dikatakan sukses. Mega perhelatan ini mampu menyedot pengunjung tidak kurang dari 1,4 juta orang. Kala itu digelar pemilihan Ratu Waria. Yang ikut 151 peserta dan dapat dikatakan cukup banyak kala itu.
PRH 1969 atau DF 69 "memecahkan" rekor penyelenggaran PRJ terlama karena memakan waktu penyelenggaraan 71 hari. PRJ pada umumnya berlangsung 30 - 35 hari. Bahkan Presiden AS pada waktu itu Richard Nixon datang ke Indonesia, sempat mampir ke DF 69. Ia berhenti disebuah stan dekat Syamsuddin Mangan Plaza, sempat melambai-lambaikan tangannya ke pengunjung dan karyawan DF 69.
Penyelenggaraan PRJ atau
Jakarta Fair ini, dari tahun ke tahun mulai mengalami perkembangan pengunjung dan pesertanya bertambah dan bertambah. Dari sekadar pasar malam, "bermutasi" menjadi ajang pameran Modern yang menampilkan berbagai produk. Areal yang dipakai juga bertambah. Dari hanya tujuh hektare di Kawasan Monas kini semenjak tahun 1992 dipindah ke Kawasan Kemayoran
Jakarta Pusat yang menempati area seluas 44 hektare.
Pekan Raya Jakarta menampilkan produk dalam negeri, baik berskala besar, menengah, kecil dan koperasi dari seluruh Indonesia.
Secara garis besar panitia mengharapkan event ini menjadi pembangkit semangat promosi produk dalam negeri, selanjutnya meningkatkan lapangan kerja dan secara tidak langsung meningkatkan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Shuttle Bus secara gratis disediakan selama masa buka pameran dari Parkir IRTI Monas (seberang Kantor Gubernur DKI
Jakarta) diperkirakan berangkat setiap 30 menit sekali.
Wisata dan belanja merupakan gabungan yang bisa dilakukan bagi jutaan pengunjung baik dari Jabodetabek, dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, maupun pengunjung dari mancanegara, sehingga acara ini diharapkan bisa menjadi wahana belanja sekaligus wisata.
Berbagai produk unggulan dalam negeri serta hasil produksi industri kecil, UKM, dan koperasi dipamerkan dalam acara pameran terbesar di Asia Tenggara ini. Ada produk furniture, interior, building material, otomotif, handycraft, garment, sport & health, telekomunikasi, banking, stationary, komputer & elektronik, property, kosmetik, food & drink, handphone, mainan anak-anak, sepatu, branded fashion, leather, branded product, multi-product, jasa dan produk BUMN, produk kreatif, dan berbagai produk unggulan lainnya.
Tabel penyelenggaraan
Lihat juga
Pekan Raya Indonesia
Referensi
Pranala luar
Pekan Raya Diarsipkan 2016-08-09 di Wayback Machine.