- Source: Penyakit parvovirus anjing
Penyakit parvovirus anjing adalah penyakit menular pada anjing yang disebabkan oleh Canine parvovirus (disingkat CPV atau CPV-2). Penyakit ini bersifat mematikan, terutama pada anjing yang berusia kurang dari enam bulan.
Spesies rentan
Baik anjing domestik maupun anjing liar seperti anjing semak, anjing rakun, dan koyote dapat terinfeksi. Antibodi terhadap CPV juga dilaporkan pada serigala abu-abu, rubah beruban, rubah pemakan kepiting, dan serigala bersurai di Brasil, rubah kelabu amerika selatan dan culpeo di Chili, serta anjing liar afrika di Kenya.
Tanda klinis
Infeksi CPV dapat termanifestasi dalam dua bentuk penyakit, yaitu bentuk pencernaan dan miokarditis. Tanda klinis yang terlihat pada bentuk pencernaan umumnya muncul setelah masa inkubasi selama 5–7 hari, meskipun masa inkubasi juga dapat memiliki kisaran 2–14 hari. Demam, lemas, mukosa hidung kering, muntah, serta diare yang berbau amis dan biasanya mengandung darah merupakan tanda klinis yang biasa dijumpai. Anjing dapat mengalami dehidrasi dan kematian dapat terjadi dalam 72 jam. Pada bentuk miokarditis, sesak napas, muntah, aritmia jantung dan edema paru dapat ditunjukkan oleh anjing. Kematian mendadak tanpa tanda klinis juga bisa terjadi.
Penyebab
= Virologi
=Canine parvovirus tipe 2 (CPV-2), penyebab penyakit parvovirus anjing, pertama kali didentifikasi pada akhir dasawarsa 1970-an pada anjing dengan enteritis berdarah. Beberapa tahun kemudian, tipe CPV-2 yang asli digantikan oleh virus dengan dua variasi antigenik yang disebut CPV-2a dan CPV-2b. Pada tahun 2000, varian antigenik ketiga yang disebut CPV-2c muncul di Italia dan menyebar ke negara-negara lain.
Jenis parvovirus lain yang menginfeksi anjing adalah Carnivore bocaparvovirus 1 yang sebelumnya disingkat CPV-1. Sementara itu, infeksi parvovirus pada kucing disebabkan oleh Feline panleukopenia virus yang berkerabat erat dengan CPV-2.
= Faktor risiko
=Anjing berusia muda (enam pekan hingga enam bulan), anjing yang belum divaksin atau vaksinasinya belum lengkap lebih berpeluang menderita penyakit parvovirus. Selain itu, beberapa trah anjing seperti Rottweiler, Doberman Pinscher, American Pit Bull Terrier, English Springer Spaniel, dan anjing gembala Jerman memiliki risiko terinfeksi yang lebih besar.
= Cara penularan
=Tinja dan bahan muntahan anjing terinfeksi merupakan sumber virus. Anjing terinfeksi mulai meluruhkan virus dalam tinjanya sejak 4–5 hari setelah terpapar CPV (bahkan sebelum tanda klinis muncul) sampai dengan sekitar 10 hari setelah pulih secara klinis. Anjing sehat dapat tertular melalui kontak langsung (baik melalui rute oral dan nasal) dengan tinja yang mengandung virus dan secara tidak langsung melalui konsumsi pakan dan minum yang terkontaminasi virus. Selain itu, CPV juga dapat bertahan lama di lingkungan dan terbawa oleh benda-benda mati, seperti kandang dan peralatan.
Diagnosis
Penyakit parvovirus anjing dapat didiagnosis dengan tes diagnostik cepat untuk mendeteksi antigen virus dalam tinja. Reaksi berantai polimerase, isolasi virus, dan uji hemaglutinasi juga dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini. Hasil uji negatif palsu dapat terjadi pada periode awal penyakit akibat konsentrasi virus yang rendah pada tinja cair bervolume tinggi atau pada periode akhir penyakit saat peluruhan virus menurun dengan cepat pada 10 hingga 12 hari pascainfeksi (3 hingga 4 hari setelah tanda klinis berkembang). Pada pemeriksaan darah, leukopenia sedang hingga berat yang dicirikan oleh limfopenia dan neutropenia dialami oleh mayoritas anjing yang terinfeksi parvovirus.
Pencegahan
Penyakit parvovirus anjing bisa dicegah dengan vaksinasi. World Small Animal Veterinary Association (WSAVA) merekomendasikan parvovirus anjing sebagai penyakit yang termasuk dalam program vaksinasi inti pada anjing. Vaksin CPV-2—dalam bentuk virus hidup yang dilemahkan—diberikan secara parenteral pada usia 6–8 pekan, lalu setiap 2–4 pekan hingga berusia 16 pekan. Anjing dewasa yang baru akan divaksin perlu diberikan dua dosis vaksin dengan jarak 2–4 pekan, tetapi satu dosis vaksin hidup yang dilemahkan atau vaksin distemper rekombinan dianggap protektif. Sementara itu, vaksinasi penguat diberikan pada anjing usia 6 bulan atau 1 tahun, lalu tidak lebih sering dari setiap 3 tahun.
Penanganan
Anjing yang didiagnosis menderita penyakit parvovirus perlu diisolasi dan dipisahkan dengan anjing lain untuk mencegah penularan penyakit. Tidak ada obat antivirus khusus yang digunakan untuk menangani penyakit ini. Penanganan yang biasanya diberikan adalah terapi suportif dengan infus untuk mencegah atau menghilangkan dehidrasi dan memulihkan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, pemberian obat antimuntah (seperti metoklopramid, klorpromazin, maropitan, dan ondansetron) dan antibiotika spektrum luas untuk mengatasi infeksi sekunder (seperti beta-laktam dan aminoglikosida; aminoglikosida hanya bisa diberikan setelah dehidrasi selesai ditangani).
Catatan kaki
Daftar pustaka
Direktorat Kesehatan Hewan (2014). Manual Penyakit Hewan Mamalia (PDF). Jakarta: Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Kata Kunci Pencarian:
- Penyakit parvovirus anjing
- Anjing
- Canine parvovirus
- Distemper anjing
- Parvoviridae
- Carnivore protoparvovirus 1
- Daftar penyakit hewan
- Vaksinasi hewan
- Virus
- Influenza