Penyelesaian masalah atau pemecahan
masalah adalah usaha mencari penjelasan dan jawaban dari setiap
masalah yang dihadapi. Upaya
Penyelesaian masalah melalui pemilihan dari beberapa alternatif atau opsi yang mendekati kebenaran atau dianggap benar untuk suatu tujuan tertentu.
Pemecahan
masalah merupakan bagian dari proses berpikir. Sesuai dengan pernyataan Marzano dkk. mengungkapkan bahwa pemecahan
masalah adalah salah satu bagian dari proses berpikir yang berupa kemampuan untuk memecahkan persoalan. Terminologi
Penyelesaian masalah digunakan secara ekstensif dalam psikologi kognitif yakni bertujuan untuk mendeskripsikan "semua bentuk dari kesadaran, pengertian, atau kognisi". Kemampuan
Penyelesaian masalah ering dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan. Pemecahan
masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan dasar. Proses ini terjadi jika suatu makhluk hidup atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bertindak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju. Kemampuan pemecahan
masalah dapat pula diartikan sebagai kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga berdampak pada pengembangan diri peserta didik.
Keterampilan pemecahan
masalah bisa diajarkan kepada orang yang mengidap cedera otak menggunakan langkah-langkah berpikir atau bernalar, tetapi membutuhkan penanganan dan metode khusus. Hal ini tentunya harus disertai dengan motivasi pasien. Dengan demikian, kemampuan dalam menyelesaikan
masalah dapat dikembangkan secara sistematis dan bertahap untuk membentuk kemampuan hingga mencapai target yang diharapkan.
Definisi dan penyebab timbulnya masalah
masalah adalah suatu situasi stimulus yang didapati seseorang ketika mereka tidak siap menghadapinya, sehingga mereka tidak bisa merespons situasi tersebut dengan cepat. Sementara itu, para ahli mendefinisikan
masalah sebagai situasi yang tidak biasa ditemui.
masalah juga dapat didefinisikan sebagai situasi di mana terdapat perbedaan antara keadaan awal dan keadaan tujuan sehingga tidak ada solusi instan yang dapat digunakan langsung untuk menyelesaikan hal tersebut. Adapun
masalah ditentukan oleh berbagai faktor penyebab.
Faktor terjadinya
masalah adalah sebagai berikut.
1. Faktor Ekonomi
masalah sosial yang berkaitan dengan
masalah ekonomi yang biasanya berupa pengangguran, kemiskinan, dan yang lainnya. Kemiskinan dan pengangguran yang disebabkan kurangnya lapangan pekerjaan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Faktor ekonomi juga dapat dijadikan sebagai acuan maju atau tidaknya suatu negara, serta faktor ekonomi dapat memengaruhi
masalah sosial politik pada aspek psikologis dan biologis masyarakat.
2. Faktor Budaya
Budaya yang semakin berkembang dalam masyarakat memiliki peran penting dalam kehidupan. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya
masalah sosial. Salah satu contohnya, seperti pada pernikahan usia dini, kawin cerai, dan masih banyak yang lainnya.
masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya dipicu karena adanya ketidaksesuaian pelaksanaan norma, nilai, dan kepentingan sosial akibat adanya proses perubahan sosial dan pola masyarakat yang heterogen atau multikultural.
3. Faktor Biologis
Faktor ini bisa menyebabkan timbulnya sebuah
masalah sosial misalnya seperti kurang gizi, penyakit menular, dan lain sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya fasilitas kesehatan yang layak sehingga kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan tidak terpenuhi. Selain itu, faktor biologis juga bisa terjadi karena kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih rendah sehingga mempengaruhi kesehatan fisiologis dan biologisnya.
4. Faktor Psikologis
Faktor ini berhubungan dengan
masalah pola pikir suatu masyarakat atau pribadi tertentu yang bersinggungan dengan tatanan kehidupan sosial yang ada.
masalah seperti ini bisa muncul apabila psikologis sebuah masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis juga bisa muncul apabila adanya beban hidup yang sangat berat. Hal ini cenderung dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Banyaknya pekerjaan yang menumpuk dapat menimbulkan stress sehingga dapat menimbulkan luapan emosi hingga mampu memicu sebuah konflik di antara anggota masyarakat.
= Psikologi
=
Pemecahan
masalah dalam psikologi mengacu pada proses menemukan solusi untuk
masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Keefektifan
Penyelesaian masalah dapat dikembangkan melalui restukturisasi kognitif dan pelatihan dalam kemampuan bersosial. Para ahli profesional kesehatan mental mempelajari proses pemecahan
masalah manusia menggunakan metode seperti introspeksi, behaviorisme, simulasi, pemodelan komputer, dan eksperimen. Psikolog sosial melihat ke dalam aspek hubungan orang-lingkungan dari
masalah dan metode pemecahan
masalah yang independen dan saling bergantung. Pemecahan
masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi dan fungsi intelektual yang membutuhkan modulasi dan kontrol keterampilan yang lebih sederhana atau mendasar.
Pemecahan
masalah memiliki dua domain utama: pemecahan
masalah matematis dan pemecahan
masalah pribadi. Keduanya dilihat dari beberapa kesulitan atau hambatan yang dihadapi. Penelitian empiris menunjukkan terdapat banyak strategi dan faktor yang berbeda dalam memengaruhi pemecahan
masalah sehari-hari. Istilah pemecahan
masalah sosial mengacu pada proses pemecahan
masalah seperti yang terjadi di lingkungan alam atau "dunia nyata". Oleh karena itu, studi tentang pemecahan
masalah sosial berkaitan dengan semua jenis
masalah yang mungkin memengaruhi fungsi seseorang, termasuk
masalah impersonal (misalnya, kekurangan finansial atau menjadi korban pencurian),
masalah pribadi atau intrapersonal (emosional, perilaku, kognitif, atau
masalah kesehatan),
masalah interpersonal (misalnya, konflik perkawinan atau perselisihan keluarga), serta
masalah masyarakat sekitar hingga yang lebih luas (misalnya, kejahatan atau diskriminasi rasial).
= Ilmu kognitif
=
Dalam ilmu kognitif, pemecahan
masalah dipahami sebagai kegiatan mencari penjelasan yang diarahkan pada tujuan pada berbagai kemungkinan solusi yang dirasakan dalam domain tertentu yang disebut "ruang
masalah." Pemikiran akan ruang
masalah seperti itu dianggap dapat dilakukan dalam simulasi upaya pemecahan
masalah bagi pemula, di mana mereka masih memiliki sedikit pengalaman dalam mencoba memecahkan
masalah baru. Namun, hal ini tidak dapat digunakan secara sederhana dalam menjelaskan bagaimana para ahli seperti master catur, fisikawan atau desainer, yang memiliki pengetahuan menyeluruh dan pemahaman sistematis dapat memecahkan
masalah sulit di bidang keahlian mereka.
Banyak ahli mendeskripsikan pemecahan
masalah dan proses pembentukan pemikiran sebagai kemampuan struktur dan proses mental yang kompleks, biasanya yang istimewa untuk
masalah tertentu dan tidak mudah digeneralisasi dari satu domain
masalah ke domain lainnya. Hal ini berarti bahwa pemecahan
masalah biasanya spesifik untuk
masalah tententu.
Namun, pengalaman dalam memecahkan
masalah terdahulu dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan
masalah lainnya yang serupa. Hal ini karena proses kognitif yang mendasari
Penyelesaian masalah teoritis di dalam laboratorium dapat mewakili proses kognitif pada pemecahan
masalah yang "nyata". Oleh karena itu,
masalah teoritis digunakan agar lebih mudah dipahami dan dianggap dapat menyederhanakan
masalah yang lebih kompleks. Walau kemudian disadari jika
masalah teoretis tersebut tidak dapat digunakan untuk menyederhanakan
masalah pada keadaan sesungguhnya yang lebih kompleks.
= Ilmu komputer
=
Ilmu komputer adalah studi tentang
masalah, pemecahan
masalah, dan solusi yang dipilih melalui proses pemecahan
masalah. Ketika terdapat
masalah, ilmuwan komputer berusaha untuk mengembangkan algoritme, yakni prosedur berupa langkah-langkah untuk memecahkan setiap
masalah yang mungkin muncul. Algoritme adalah proses bertahap yang jika diikuti akan menyelesaikan
masalah, dapat disebut juga sebuah solusi.
Penting untuk disebutkan bahwa komputer itu sendiri tidak dapat memecahkan
masalah. Petunjuk langkah demi langkah yang tepat harus diberikan untuk memecahkan
masalah. Dengan demikian, keberhasilan komputer dalam memecahkan
masalah tergantung pada seberapa benar dan tepat para ahli komputer mendefinisikan
masalah, merancang solusi (algoritme) dan mengimplementasikan solusi (program) menggunakan bahasa pemrograman. Jadi, pemecahan
masalah dalam ilmu komputer adalah proses mengidentifikasi
masalah, mengembangkan algoritme untuk
masalah yang diidentifikasi dan akhirnya menerapkan algoritme untuk mengembangkan program komputer.
Dalam menyelesaikan
masalah, terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan, Adapun menurut J.Dewey tahapan
Penyelesaian masalah tersebut antara lain:
=
Tahap pertama yang dilakukan untuk menyelesaikan
masalah adalah untuk mengidentifikasi
masalah. Tahapan identifikasi
masalah ini dapat dilakukan menggunakan kegiatan brain storming. Adapun kemampuan yang diperlukan pada tahap ini adalah mengetahui dan merumuskan
masalah secara jelas. Tahap ini merupakan hal yang penting karena seseorang cenderung tidak menyadari
masalah utama yang mereka hadapi. Hal ini terkadang dapat berpengaruh pada tahap selanjutnya yang tidak maksimal.
=
Setelah mengetahui dan merumuskan
masalah, tahap selanjutnya adalah menelaah atau mendiagnosis
masalah. Pada tahap ini pengetahuan yang dimiliki sangat diperlukan untuk dapat memerinci dan menganalisa
masalah dari berbagai sudut pandang.
= Merumuskan hipotesis
=
Tahapan selanjutnya adalah merumuskan hipotesis atau alternatif strategi
Penyelesaian masalah. Pada tahap ini, seseorang dituntut untuk berpikir secara kreatif, divergen, menghayati setiap ruang lingkup dan sebab akibat untuk menemukan berbagai alternatif
Penyelesaian.
= Mengumpulkan data
=
Dalam mengumpulkan data dibutuhkan kecakapan mencari dan menyusun data, kemudian menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, atau tabel. Hal ini dapat memudahkan untuk mengelompokkan dan menggunakan data pada tahap selanjutnya.
= Membuktikan hipotesis
=
Tahapan berikutnya adalah membuktikan hipotesis menggunakan data yang sudah dikumpulkan. Kemampuan yang diperlukan pada tahap ini adalah menelaag dan membahas data. Selanjutnya menghubungkan serta mengambil keputusan hingga merumuskan kesimpulan adalah kemampuan yang diperlukan.
=
Pada tahap akhir dari proses
Penyelesaian masalah adalah menentukan pilihan
Penyelesaian. Pilihan
Penyelesaian ini berdasarkan alternatif pilihan yang telah dirumuskan dan didukung dengan hasil dari pembuktian hipotesis yang telah dilakukan. Pada tahap ini dibutuhkan kecakapan dalam membuat alternatif
Penyelesaian dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan. Tahap selanjutnya seteleh menentukan
Penyelesaian adalah mengimplementasikan pemikiran menjadi sebuah aksi nyata.
Keseluruhan tahapan ini disebut sebagai sebuah siklus yang berulang. Di mana ketika sudah sampai tahap menentukan pilihan kemudian diimplementasikan dan dilihat kembali solusi tersebut apakah berfungsi atau tidak. Apabila hasilnya tidak maksimal dan
masalah tidak terselesaikan dengan baik, maka harus diperhatikan kembali pada tahap 1 yakni identifikasi
masalah. Dengan demikian siklus kembali berlanjut hingga sampai pada solusi yang diharapkan dapat menyelesaikan
masalah.
Pada proses pencarian alternatif solusi terkadang diperlukan wawasan sebagai sudut pandang dalam menentukan jawaban. Wawasan atau insight adalah solusi tiba-tiba untuk
masalah lama, pengenalan ide baru yang muncul tiba-tiba, atau pemahaman yang tiba-tiba tentang situasi yang kompleks. Hal tersebut disebut pula sebagai momen Aha!. Solusi yang ditemukan melalui wawasan seringkali lebih akurat daripada yang ditemukan melalui analisis langkah demi langkah. Untuk memecahkan lebih banyak
masalah pada tingkat yang lebih cepat, wawasan diperlukan untuk memilih langkah-langkah produktif pada berbagai tahap siklus pemecahan
masalah. Strategi pemecahan
masalah ini berkaitan secara khusus dengan
masalah yang disebut sebagai
masalah wawasan.
Pemecahan
masalah kompleks (CPS) dapat dibedakan dari pemecahan
masalah sederhana (SPS). Ketika berhadapan dengan SPS akan ditemui satu kendala sederhana yang terdapat di antara keadaan awal dan tujuan ingin dicapai. Namun, CPS dapat terdiri dari satu atau lebih kendala pada suatu waktu, berupa hambatan yang kompleksitas dan berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Dalam contoh kehidupan nyata, seorang ahli bedah di tempat kerja memiliki
masalah yang jauh lebih kompleks daripada seorang individu yang memutuskan sepatu apa yang akan dipakai. Dengan demikian dalam kehidupan, sangat mungkin ditemui
Penyelesaian masalah sederhana maupun kompleks.
Penyelesaian masalah merupakan salah satu keterampilan intelektual yang lebih tinggi dari keterampilan lainnya. Hal ini karena apabila dilihat dari aspek kognitifnya dalam memecahkan
masalah tentunya diperlukan kemampuan atau keterampilan dasar tertentu. Kemampuan
Penyelesaian masalah ini bukan hanya sekedar pengetahuan dan pemahaman, akan tetapi sudah mencapai tingkatan analisis.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
Penyelesaian masalah, diantaranya:
= Faktor Internal
=
Faktor internal adalah faktor yang memengaruhi proses
Penyelesaian masalah dam berasal dari dalam diri seseorang.
Motivasi
Motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian seseorang sehingga mereka tidak fokus akan
masalah yang dihadapinya. Sementara motivasi yang tinggi akan membatasi fleksibilitas seseorang. Jika seseorang memfokuskan perhatiannya pada beragam
masalah, maka tindakan menceburkan diri ke dalam
masalah itu merupakan salah satu sebab membesarnya
masalah. Melibatkan diri ke dalam
masalah-
masalah orang lain itu lebih buruk hasilnya dari yang diharapkan.
Kepercayaan dan sikap yang salah
Asumsi yang salah dapat menyesatkan seseorang, selanjutnya rujukan yang tidak cermat dapat menghambat efektivitas
Penyelesaian masalah. Sikap yang defensif, (misalnya, kurang kepercayaan pada diri sendiri), akan cenderung menolak informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan, dan mempersukar
Penyelesaian.
Kebiasaan
Kebiasaan dapat mendorong kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu sehingga hanya melihat
masalah hanya dari satu sisi. Kebiasaan ini cenderung dibentuk berdasarkan aktivitas harian yang berulang dilakukan. Dengan demikian, mencari wawasan dan pengetahuan baru dapat mengembangkan pola pikir yang dapat membantu memandang
masalah dari berbagai sudut pandang.
Emosi
Emosi dapat mewarnai cara berpikir seseorang sebagai manusia. Namun, ketika emosi sudah mencapai intesitas tinggi akan menyebabkan stress sehingga kesulitan untuk berpikir secara efisien. Emosi juga akan mengurangi kemampuan mengantarkan kepada ketidakmampuan untuk bertindak dalam kondisi yang berbeda-beda, serta tidak mampu untuk menghadapi
masalah-masalahnya atau berpikir jernih dalam mencari solusinya.
= Faktor Eksternal
=
Faktor eksternal siswa adalah faktor yang berasal dari luar siswa, yang meliputi lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
Faktor lingkungan sosial adalah faktor yang meliputi keberadaan orang lain yang mendukung pembentukan proses
Penyelesaian masalah, misalnya para guru, staf administrasi, teman-teman, rekan kerja, keluarga, dan lainnya. Faktor nonsosial adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang telah dirancang dan turut menentukan tingkat keberhasilan dalam belajar meliputi keberadaan gedung sekolah, tempat tinggal, alat-alat praktikum, perpustakaan, sarana prasarana dan lain-lain. Selain itu, khusus bagi siswa, model atau metode pembelajaran yang digunakan, lingkungan belajar yang diciptakan dan pemberian motivasi dari guru.
Referensi