Percobaan pada hewan (bahasa Inggris: animal testing) merupakan kegiatan yang melibatkan
hewan sebagai objek dari
Percobaan. Beberapa istilah yang berkaitan dengan uji coba
hewan antara lain eksperimen
pada hewan, penelitian
pada hewan, uji coba in-vivo dan vivisection. Uji coba
hewan dilakukan
pada penelitian dasar dan terapan (biomedis), pengujian obat-obatan, pengujian zat-zat biologis, serta bertujuan sebagai sarana pendidikan.
hewan yang dapat dijadikan sebagai objek pengujian adalah
hewan yang bebas dari mikroorganisme patogen, memiliki reaksi imunitas yang baik, kepekaan
pada suatu penyakit, dan performa atau anatomi tubuh
hewan Percobaan dikaitkan dengan sistem genetiknya.
hewan yang banyak digunakan
pada Percobaan ialah mencit (Mus musculus) sekitar 40%, tikus putih (Rattus norvegicus), kelinci (Oryclolagus cunucilus), hamster, dan primata.
Terdapat konsep 3Rs yaitu replacement (penggantian), reduction (pengurangan), dan refinement (perbaikan) sebagai parameter penggunaan
hewan dalam penelitian. Uji coba
pada hewan perlu dilakukan sesuai etik antara lain cara memperoleh
hewan Percobaan, transportasi, perkandangan, kondisi lingkungan, makanan, perawatan, pengawasan oleh dokter
hewan, dan teknik pelaksanaan uji coba dengan anastesi agar tidak menimbulkan rasa nyeri.
Tujuan
Berikut ini adalah beberapa tujuan dari dilakukannya animal testing yaitu sebagai berikut:
Memastikan bahwa bahan baku yang digunakan dalam suatu produk benar-benar aman.
Memastikan bahwa senyawa-senyawa yang digunakan dalam suatu produk tidak mempunyai efek fisiologis yang negatif terhadap jaringan tubuh manusia.
Memastikan keamanan produk kosmetik yang digunakan.
Mengetahui fototoksisitas (iritasi yang berhubungan dengan cahaya, biasanya terjadi setelah kulit dikenai cukup cahaya) bahan baku maupun produk terhadap kulit.
Mengetahui potensi iritasi bahan baku atau produk terhadap kulit dan mata.
Mengetahui komedogenitas kemampuan untuk merangsang tumbuhnya jerawat dan gangguan lain)
pada kulit.
Teknis
Biasanya
hewan yang digunakan
pada animal testing merupakan
hewan utuh atau hanya bagian tertentu dari tubuh
hewan tersebut. Namun demikian, tidak jarang juga
hewan hidup sehat digunakan sebagai objek penderita. Berikut ini adalah salah satu contoh langkah-langkah animal testing untuk mengetahui potensi bahan atau produk dalam menimbulkan komedo/jerawat (comedogemity):
hewan yang digunakan dalam pengujian tersebut yaitu kelinci.
Bahan atau produk yang akan diteliti diaplikasikan
pada salah satu telinga kelinci sebanyak setengah mililiter. Sedangkan telinga lainnya sebagai kontrol.
Uji coba ini dilakukan selama 5 hari dalam 1 minggu dan dilakukan selama 2 minggu berturut-turut.
Setelah itu dilakukan observasi berdasarkan gejala yang muncul
pada objek penelitian.
Larangan pengadaan
Meskipun uji coba
hewan ini memiliki tujuan yang baik berupa memastikan bahwa produk yang diproduksi dari suatu industri aman bagi kulit, tetapi beberapa negara melarang hal tersebut. Animal testing dianggap menjadi salah satu metode pengujian yang bertentangan dengan bioetika. Mereka mendorong supaya lembaga-lembaga penelitian menemukan metode pengujian yang lebih ramah dan beretika.
Pihak yang banyak menentang uji coba
hewan yaitu Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan hidup dan kelompok pecinta satwa. Seperti dimaklumi, uji coba
hewan menggunakan
hewan sebagai objek penderitanya.Tak jarang
hewan yang digunakan dalam penelitian tersebut dibunuh guna menghindari interaksi terhadap
hewan lainnya.
hewan-
hewan yang biasanya digunakan dalam animal testing yaitu
hewan-
hewan pengerat seperti tikus, kelinci, dan marmut.
hewan-
hewan tersebut diperoleh dari pembiakan atau penangkaran. Selain
hewan pengerat,
hewan-
hewan dari kelompok karnivora dan primata juga sering digunakan dalam animal testing.
hewan golongan ini
pada umumny amasih banyak yang diperoleh dari alam liar.
Ada beberapa alasan para penggiat LSM lingkungan hidup dan kelompok pecinta satwa melarang uji coba
hewan untuk menguji keamanan produk:
hewan-
hewan yang tidak bersalah harus menanggung efek samping penggunaan dosis bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kosmetik
pada animall testing.
hewan-
hewan yang digunakan
pada animal testing terkadang diperlakukan secara tidak layak. Bahkan tidak jarang juga kebutuhan nutrisi mereka diabaikan atau kurang diperhatikan.
Bahan-bahan yang dinyatakan lolos melalui uji coba ini terkadang memberikan efek yang berbeda apabila diaplikasikan kepada manusia. Jadi, bahan yang dinyatakan aman
pada saat animal testing belum tentu aman digunakan
pada manusia, begitu pula sebaliknya.
Referensi