Perdamaian Kartago adalah "
Perdamaian" sangat brutal yang diwujudkan dengan melenyapkan musuh sepenuhnya. Istilah ini berasal dari bentuk
Perdamaian yang diwujudkan Romawi di
Kartago. Usai Perang Punisia Kedua,
Kartago kehilangan semua koloninya, dipaksa membubarkan militernya, membayar upeti rutin ke Romawi, dan hanya bisa berperang atas seizin Romawi. Pada pengujung Perang Punisia Ketiga, Romawi membumihanguskan
Kartago dan memperbudak penduduknya.
Asal mula
Istilah ini berasal dari hasil rentetan perang antara Romawi dan kota
Kartago di Punisia, biasa disebut Peperangan Punisia. Kedua kekaisaran ini terlibat dalam tiga perang yang berbeda melawan satu sama lain sejak 264 SM hingga 146 SM.
Pada akhir Perang Punisia Ketiga, Romawi mengepung
Kartago. Setelah kota berhasil direbut, mereka membantai sebagian besar penduduknya, memperbudak sisanya, dan menghancurkan seluruh kota. Tidak ada bukti fisik yang memperkuat pandangan modern bahwa Romawi menggarami tanah di sana.
Lantas,
Perdamaian Kartago bisa mengacu kepada perjanjian damai brutal yang menuntut pihak yang kalah untuk tunduk total.
Modern
Pada era modern, istilah ini dipakai untuk segala bentuk perjanjian damai yang terlalu memberatkan dan sengaja dirancang untuk menonjolkan kelemahan pihak yang kalah. Setelah Perang Dunia I, banyak orang (termasuk ekonom John Maynard Keynes) menyebut Perjanjian Versailles sebagai "
Perdamaian Kartago".
Rencana Morgenthau yang diusulkan usai Perang Dunia II juga dicap "
Perdamaian Kartago" karena mendorong deindustrialisasi Jerman. Rencana ini bertujuan memangkas pengaruh kekuasaan Jerman di Eropa dan mencegah remiliterisasinya yang sebelumnya pernah terjadi usai Perang Dunia I (remiliterisasi Rhineland). Rencana Morgenthau digantikan oleh Rencana Marshall (1948–1952) yang mendorong pemulihan infrastruktur Eropa Barat, khususnya Jerman Barat.
Jenderal Lucius D. Clay, wakil jenderal Dwight D. Eisenhower sekaligus Gubernur Militer Zona Pendudukan Amerika Serikat di Jerman (1945), pernah berkata, "JCS 1067 jelas-jelas mempertimbangkan
Perdamaian Kartago yang sempat memengaruhi operasi kami pada bulan-bulan pertama pendudukan di Jerman, padahal AS waktu itu masih menerapkan Rencana Morgenthau." Clay kelak menggantikan Eisenhower sebagai gubernur dan panglima di Eropa. Rencana Marshall dipilih karena kebangkitan ekonomi Jerman Barat dinilai perlu demi memulihkan ekonomi seluruh Eropa. Jerman Barat dipandang sebagai pesaing utama Blok Timur.
Lihat pula
Debellatio
Bumi hangus
Keadilan pemenang
Carthago delenda est
Referensi
Daftar pustaka
L.Loreto, L’inesistente pace cartaginese, in M. Cagnetta ed., La pace dei vinti, Roma 1997, 79 ff.