Pertempuran Calais merupakan sebuah
Pertempuran pada tahun 1350 di
Calais, Prancis, dalam rangkaian Perang Seratus Tahun. Dalam pertermpuran ini, pasukan Inggris mengalahkan pasukan Prancis yang berupaya mengambil alih kota tersebut. Meskipun saat itu gencatan senjata sedang berlaku, panglima Prancis Geoffroi de Charny telah berencana untuk merebut kota tersebut secara diam-diam, dan menyuap Amerigo da Pavia, seorang kesatria Italia di pihak Inggris, untuk membuka gerbang bagi pasukan Prancis. Namun, rencana tersebut berhasil diketahui oleh Raja Inggris, Edward III, yang kemudian memimpin sendiri sepasukan kesatria pribadinya beserta garnisun
Calais dalam serangan kejutan. Meski kekuatan pihak Inggris lebih kecil, mereka berhasil menghalau pasukan Prancis. Pihak Prancis menderita banyak kehilangan, dan seluruh pemimpin pasukan mereka tertangkap atau terbunuh dalam
Pertempuran.
Di penghujung hari yang sama, Edward III menjamu tawanan-tawanannya dengan keramah-tamahan kerajaan, kecuali Charny, yang dicelanya karena mengesampingkan asas-asas kekesatriaan dengan menyerang dalam keadaan gencatan senjata dan berusaha untuk membeli kemenangan atas
Calais alih-alih melalui
Pertempuran. Karena Charny pada masanya dianggap sebagai teladan dalam sifat-sifat kesatria, tuduhan Edward III kepadanya merupakan pukulan yang telak. Tuduhan ini sering kali diulang-ulang dalam propaganda Inggris di kemudian hari, sebab Charny sendiri menulis beberapa karya mengenai prinsip kekesatriaan.
Dua tahun kemudian, setelah ditebus dari tawanan, Charny ditempatkan sebagai pemimpin bagi sepasukan tentara Prancis di
Calais. Ia memanfaatkannya untuk menyerbu perbentengan kecil di bawah pimpinan Amerigo, yang kemudian ditawan dan dibawa ke Saint-Omer untuk disiksa hingga gugur.
Latar belakang
Semenjak Penaklukan Norman 1066, raja-raja Inggris berhak atas gelar dan tanah di beberapa daerah Prancis. Kepemilikan raja-raja Inggris atas gelar dan tanah ini menjadikan mereka vasal bagi raja-raja Prancis. Setelah serangkaian perselisihan antara Philippe VI dari Prancis (m. 1328–1350) dan Edward III dari England (m. 1327–1377), pada 24 Mei 1337 Dewan Diraja Philippe VI di Paris menyepakati bahwa wilayah-wilayah Prancis yang dikuasai oleh Edward III mesti dikembalikan kepada raja Prancis, dengan alasan bahwa Edward III telah melanggar keawjibannya sebagai vasal. Kejadian ini menandai awal mula Perang Seratus Tahun, yang baru akan berakhir 116 tahun setelahnya.
Setelah sembilan tahun berperang tanpa hasil yang menentu dan menghabiskan dana yang banyak, Edward III berlabuh bersama pasukannya di Normandia pada Juli 1346. Ia lalu melakukan serangan besar-besaran di sepanjang Normandia, termasuk di antaranya merebut dan menjarah Caen, sebelum kemudian beranjak menuju gerbang Paris. Pasukan Inggris sempat mundur untuk menghindari pasukan besar yang dipimpin oleh Philippe VI, sebelum kemudian mereka beralih ke Crécy dan memenangkan
Pertempuran di sana, sementara pihak Prancis mengalami kerugian yang besar. Edward III membutuhkan pelabuhan yang terlindung sebagai tempat untuk mengumpulkan kembali pasukannya dan menerima pasokan dari laut. Kota bandar
Calais di tepi Selat Inggris memenuhi tujuan ini.
Calais memiliki pertahanan yang amat kuat: kota ini dikelilingi oleh dua baris parit; dinding yang kokoh; serta memiliki sebuah kastil di ujung timur lautnya, dengan parit dan sistem pertahanannya sendiri.
Calais cocok digunakan sebagai bandar persinggahan tentara Inggris untuk menuju ke Prancis; kota ini dapat menerima pasokan dari laut dan dipertahankan dari darat.
Pasukan Edward mengepung
Calais pada September 1346. Akibat keadaan keuangan yang kurang baik dan moral yang surut setelah kekalahan di Crécy, pasukan Philippe VI gagal membebaskan kota tersebut dari pengepungan, dan pasukan di benteng menyerah pada 3 Agustus 1347.
Calais merupakan satu-satunya kota besar yang berpindah tangan selama tiga puluh tahun pertama Perang Seratus Tahun.
Karena pergerakan militer selama empat minggu berikutnya tidak banyak mengubah keadaan, ditambah dengan keadaan keuangan masing-masing pihak yang semakin memburuk, kedua belah pihak bersepakat untuk duduk bersama utusan dari Paus Klemens VI dan berunding. Perundingan dimulai pada awal September dan diakhrii pada tanggal 28 bulan yang sama dengan kesepakatan gencatan senjata, yang diharapkan dapat menghentikan perang untuk sementara. Kesepakatan ini memberikan keuntungan yang besar bagi Inggris, sebab mereka dapat mempertahankan wialyah yang telah ditaklukkan sejak perang bermula. Gencatan senjata ini awalnya hanya berlaku hingga 7 Juli 1348, tetapi diperpanjang berkali-kali hingga penghentian resminya pada 1355. Kesepakatan ini tidak menghentikan bentrokan di laut antar kedua negara, dan juga tidak menghentikan
Pertempuran kecil-kecilan di Gascogne dan Bretagne.
= Amerigo da Pavia
=
Calais memegang peran penting bagi Inggris selama perang, sebab pasukan besar hampir tidak mungkin berlabuh ke daratan Prancis kecuali pada bandar-bandar yang bersahabat. Keberhasilan Edward pada tahun 1346 disebabkan oleh kombinasi dari beberapa keadaan yang menguntungkan. Sebelumnya, pada tahun 1340, pasukan Edward mesti bertempur melawan armada Prancis yang lebih besar agar dapat berlabuh di bandar Sluys untuk menurunkan tentaranya. Direbutnya
Calais juga memungkinkan penghimpunan pasokan dan perlengkapan sebelum mengadakan kampanye militer. Kota tersebut memiliki garnisun yang tergolong kecil, yaitu sejumlah 1,200 orang, dibawah komando seorang panglima. Ia memiliki beberapa wakil dan bawahan dengan tugas-tugas khusus. Termasuk di antaranya adalah Amerigo da Pavia, yang dipekerjakan oleh empu galai di
Calais sejak April 1348. Ia ditugasi untuk memimpin pasukan di pucuk menara yang menghadap pelabuhan
Calais. Di sana pula terdapat gerbang yang menghubungkan bagian dalam benteng kota dengan pelabuhan.
Geoffroi de Charny merupakan seorang kesatria Bourgogne senior yang mengabdi pada Prancis. Pada 1346, setelah ia kembali dari perang salib di timur, ia membantu putra sang raja dalam sebuah kampanye militer di barat daya Prancis. Pada tahun 1347, ketika tentara Prancis menghampiri
Calais untuk memecahkan pengepungan, pasukan Inggris bertahan dengan gigih sehingga setiap upaya serangan terhadap mereka sia-sia saja. Charny merupakan salah seorang kesatria senior yang diutus oleh Philippe VI untuk secara resmi menantang Edward III membawa pasukannya untuk bertempur di tanah lapang. Namun, pasukan Prancis berhasil dikalahkan dan harus mundur dengan menanggung malu. Keesokan harinya
Calais menyerah kepada Inggris. Pada Juli 1348, sebagai anggota Dewan Diraja, Charny dijadikan panglima bagi seluruh tentara Prancis di timur laut. Dengan berakhirnya gencatan senjata, pasukannya mengusik orang-orang Inggris, tetapi tidak mendapatkan hasil yang berarti. Raja dari kedua pihak pun merasa putus asa dengan peperangan yang sia-sia ini, sehingga mereka memperbarui gencatan senjata.
Amerigo memiliki riwayat kerja sama dengan Prancis sebelum ia bekerja untuk Inggris. Charny pun mendekatinya dengan menawarkan suap agar ia mau mengkhianati
Calais. Gencatan senjata yang sedang berlangsung mempermudah kontak antara keduanya, dan Charny memperkirakan bahwa Amerigo, dengan statusnya yang rendah dan bukan orang Inggris, akan lebih mudah dirayu dengan imbalan, serta tidak akan terlalu keberatan untuk berkhianat. Pada pertengahan 1349 Charny dan Amerigo bertemu secara langsung dan sepakat untuk bekerjasama. Amerigo ditugaskan untuk membuka gerbang di bawah kendalinya sehingga tentara Prancis dapat merebut
Calais. Untuk itu, ia diberi bayaran sebesar 20.000 écu (setara dengan £3.700.000 pada tahun 2021). Penulis tawarikh Inggris dan Prancis semasa, yang lazimnya memuji-muji Charny, menyindir kejadian ini dengan menuliskan bahwa ia "menawar" (marchander) untuk membeli
Calais.
Menurut sebagian besar riwayat, Edward III mengetahui persekongkolan ini dari orang lain. Meski begitu, ia sepakat untuk tidak menghukum Amerigo dengan hukuman yang lazim diberikan bagi pengkhianat (digantung hingga sekarat, dikebiri, dikeluarkan isi perutnya, dipenggal, dan dipotong menjadi empat bagian), dengan syarat bahwa Amerigo mau menuruti rencana balasan darinya. Menurut salah satu dari tiga versi tawarikh dari abad ke-14 yang disusun oleh Jean Froissart, Amerigo mengkhianati Charny secara sukarela. Sumber-sumber semasa sepakat bahwa Edward pertama kali mendengar tentang rencana ini pada 24 Desember atau tidak lama setelahnya, dan bahwa ia menginterogasi Amerigo di Havering, dekat London, pada 24 Desember. Edward dengan cepat bergerak untuk menanggapi rencana ini. Ia mengumpulkan 900 prajurit – 300 pasukan berkuda dengan persenjataan lengkap dan 600 pemanah – dan menyeberang menuju
Calais dengan Amerigo. Untuk menjaga kerahasiaan, ekspedisi ini dilaksanakan atas perintah tituler dari Sir Walter Manny, yang sebelumnya menjadi panglima
Calais pertama. Saudara Amerigo ditahan di Inggris untuk memastikan bahwa Amerigo mau bekerjasama.
= Persiapan Prancis
=
Pada saat itu, Charny telah mengumpulkan sekitar 5.500 orang di Saint-Omer, sekitar 25 mil (40 km) dari
Calais. Rincinya, pasukan ini terdiri dari 1.500 pasukan berkuda dengan persenjataan lengkap, termasuk sebagian besar tokoh militer senior dari timur laut Prancis, serta 4.000 infantri. Lawan mereka adalah 1.200 orang prajurit yang menjadi garnisun
Calais, beserta beberapa ratus penduduk Inggris yang dapat dipanggil untuk mengangkat senjata dalam keadaan darurat. Charny membutuhkan pasukan yang besar agar ia tidak langsung terpukul mundur saat menghadapi garnisun yang kuat tersebut. Hanya saja, walaupun gerbang yang dikendalikan Amerigo memberikan jalan yang mudah menuju pelabuhan untuk para awak kapal, gerbang ini terlalu sulit untuk didekati pasukan sebesar itu. Parahnya lagi, gerbang ini hanya dapat didekati dengan berjalan kaki pada saat laut surut di tepi pantai sempit yang diapit oleh dinding benteng dan pelabuhan. Bahkan untuk mencapai gerbang Amerigo saja akan sulit bagi pasukan Prancis, sebab
Calais dikelilingi oleh wilayah rawa-rawa diselingi aliran sungai, dan sejumlah kecil jalan yang ada diawasi oleh pos-pos Inggris.
Pasukan Prancis berencana untuk menyerang pada malam tahun baru, ketika langit sedang gelap-gelapnya karena matahari mendekati posisi titik baliknya, ditambah dengan surutnya air laut sebelum subuh, sementara prajurit penjaga dan garnisun Inggris mungkin saja sedang melakukan perayaan atau sudah terlelap. Mereka akan mengambil jalan memutar untuk menghindari pos-pos Inggris dan mencapai
Calais sebelum subuh. Sebagian besar pasukan Prancis akan menunggu tidak jauh dari kota, sementara sepasukan kecil yang terdiri dari 112 prajurit akan memasuki gerbang Amerigo malam itu. Sebagian dari pasukan yang menyusup tersebut akan mengamankan menara, sementara sisanya menyusuri kota secara diam-diam menuju Gerbang Boulogne, salah satu gerbang utama di selatan. Mereka bertugas membuka gerbang tersebut dari dalam untuk memberikan jalan bagi pasukan besar di bawah pimpinan Charny yang akan masuk dan mengejutkan garnisun dengan kekuatan mereka.
Pasukan yang menuju gerbang Amerigo dipandu oleh Oudart de Renti, seorang kesatria Prancis yang pernah diusir dan bergabung dengan Inggris sebagai pemimpin bagi 20.000 orang Flandria yang mendukung Edward III dalam pengepungan
Calais. Pada tahun 1347 ia diberi ampunan oleh Philippe VI dan menyeberang kembali ke pihak Prancis. Charny menunjuknya sebagai penuntun jalan karena pengetahuannya yang merinci mengenai kawasan di sekitar
Calais, sekaligus sebagai kesempatan untuk memulihkan nama baiknya kembali.
Pasukan Charny bergerak menuju
Calais pada petang 31 Desember 1349. Pasukan ini mengambil jalan memutar untuk menghindari pos-pos Inggris dan berkumpul kembali di dekat
Calais. Beberapa saat sebelum subuh, pasukan ini mendekati menara dan gerbang Amerigo. Gerbang tersebut dibuka, dan Amerigo muncul untuk menyambut mereka. Ia lalu menukar putranya sebagai jaminan, dan menerima sejumlah uang sebagai angsuran pertama dari keseluruhan sogokan yang dijanjikan, dan memandu sekelompok kecil kesatria Prancis ke dalam gerbang. Tak lama setelah panji Prancis dikibarkan di puncak menara gerbang tersebut, semakin banyak prajurit Prancis yang menyeberangi jembatan angkat yang melalui parit di sekitar benteng. Tiba-tiba saja jembatan itu terangkat kembali, pintu jeruji besi diturunkan untuk menutup jalan pulang pasukan Prancis, dan enam puluh prajurit Inggris mengelilingi mereka. Seluruh prajurit Prancis yang terperangkap di dalam gerbang tertawan.
Begitu terompet perang dibunyikan, Gerbang Boulogne dibuka. Edward III, dengan zirah polos beserta panji Walter Manny, memandu kesatria pribadinya dengan dukungan sekelompok pemanah untuk menyerang pasukan Prancis. Disertai dengan teriakan "Pengkhianatan! Pengkhianatan!" sebagian besar pasukan Charny lari tunggang-langgang. Charny buru-buru menyusun kembali prajuritnya yang tersisa dan berusaha menahan serangan permulaan Inggris dengan gigih. Putra sulung Edward, sang Pangeran Hitam, memimpin pasukan pribadinya keluar dari Gerbang Water di utara, menyusuri pantai menuju menara benteng, dan mengambil posisi di samping pasukan Prancis yang tidak terlindung. Begitu Edward dan Charny mulai bertempur, anggota garnisun
Calais, yang sudah diberitahu mengenai rencana tersebut, dengan cepat mempersenjatai diri mereka dan membantu pasukan Edward III yang ditekan dengan kuat oleh Prancis. Tidak diketahui berapa banyak jumlah garnisun yang membantu 900 prajurit pimpinan Edward dan Pangeran Hitam hingga
Pertempuran berakhir.
Pasukan Charny masih memiliki keuntungan dalam hal jumlah, tetapi barisannya mulai pecah ketika Pangeran Hitam mulai menyerang. Lebih dari 200 prajurit berkuda Prancis terbunuh dalam
Pertempuran ini, sementara 30 kesatrianya ditawan. Sebagaimana lazimnya pada masa itu, jumlah korban di kalangan infantri yang lebih rendah status sosialnya tidak dicatat. Dalam
Pertempuran zaman itu, tawanan yang bukan kesatria biasanya langsung dibunuh di tempat, sebagiannya karena rasa jijik kalangan ningrat terhadap mereka, dan sebagiannya lagi karena ketidakmauan mereka untuk mengurus tawanan yang tidak akan ditebus. Sebagian prajurit yang jumlahnya tidak diketahui tenggelam selagi mereka melarikan diri melalui rawa-rawa di sekitar benteng. Total korban di pihak Prancis sulit ditentukan; sejarawan Yuval Noah Harari memperkirakan bahwa jumlahnya mencapai "beberapa ratus". Sementara, menurut catatan, tidak ada satupun orang di pihak Inggris yang gugur. Sang Raja dan putranya terlibat di garis depan
Pertempuran ini. Di antara bangsawan Inggris yang terlibat adalah Earl of Suffolk, Lord Stafford, Lord Montagu, Lord Beauchamp, Lord Berkeley, dan Lord de la Warr. Di antara kesatria Prancis yang tertawan adalah Charny, yang menderita luka serius di kepala, Eustace de Ribemont dan Oudart de Renti – tiga orang panglima utama Prancis di Picardie; sementara Pépin de Wierre terbunuh.
Keterangan dan rujukan
= Keterangan
=
= Sitiran
=
= Daftar pustaka
=