Prasasti Kañcana (Gedangan) ditemukan di Desa Gedangan, Sidoarjo,Jawa Timur sehingga dikenal dengan
Prasasti Gedangan. Sekarang menjadi koleksi Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden, Belanda, aksara dan bahasanya Jawa Kuna, dikeluarkan pada tahun 782 Saka (=860 Masehi) oleh raja Medang Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan Raja Majapahit Hayam Wuruk tahun 1289 Saka (=1367 Masehi)
Prasasti tersebut disalin kembali untuk menguatkan hak daerah Bungur sebagai sīma yang telah diberikan raja Rakai Kayuwangi (tinulad).
Bagian awalnya (
Prasasti Kañcana, Bungur A, atau Gedangan) menyebutkan bahwa pada 13 paro terang bulan 782 Śaka (= 31 Oktober 860), Śrī Mahārāja Śrī Bhuwaneśwara Wisnusakalatmakadigwijaya Parakramottunggadewa Lokapālalañcana (Rakai Kayuwangi menganugerahkan sīma kepada daerah Bungur karena berkewajiban memelihara bangunan suci Kañcana. Mulai lempeng 12 (
Prasasti Bungur B, Gedangan B) dapat diketahui bahwa Pāduka Bhatāra Śrī Rājasanagara Dyah Hayam Wuruk mengakui kembali hak tersebut pada tanggal 13 paro gelap bulan Asuji tahun 1289 (= 22 Oktober 1367).
Referensi
1. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/tinulad/