Perang proksi /
Perang fraksi (Bahasa Inggris: proxy war) adalah
Perang antar dua negara atau aktor non-negara yang terjadi karena dorongan atau mewakili pihak lain yang tidak terlibat langsung di pertempuran.Agar sebuah konflik dapat dikategorikan sebagai
Perang proksi, pihak yang berkonflik harus memiliki hubungan langsung yang sifatnya jangka panjang dengan faktor eksternal. Hubungan ini bisa berbentuk pendanaan, pelatihan militer, penyediaan senjata, serta bentuk dukungan lainnya yang dibutuhkan untuk membantu upaya
Perang. Aktor yang bertikai dalam sebuah
Perang proksi tidak hanya berupa pemerintahan sebuah negara, melainkan juga bisa aktor kekerasan non-negara seperti milisi, tentara bayaran, dan pihak ketiga lainnya.
Perang proksi tidak hanya berperang menggunakan kekuatan militer, tetapi juga melalui berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum.
Perang proksi biasanya melibatkan konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung karena konflik secara langsung antar kedua kekuatan tersebut akan berisiko kehancuran yang jauh lebih besar.
Perang ini sering terjadi pada saat
Perang Dingin, dimana masing-masing Blok Barat dan Timur beradu pengaruh dan kepentingan secara tidak langsung lewat konflik di negara-negara berkembang yang ada di Afrika, Asia, atau Amerika Selatan. Dalam
Perang Dingin,
Perang proksi menjadi metode yang marak digunakan karena konflik terbuka antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dapat berujung pada
Perang nuklir yang memiliki dampak kerusakan masif.
Referensi
Bernd Greiner / Christian Müller / Dierk Walter (Ed.): Heiße Kriege im Kalten Krieg. Hamburg 2006, ISBN 3-936096-61-9 (Review by H. Hoff, Review by I. Küpeli Diarsipkan 2013-04-26 di Wayback Machine.)
Scott L. Bills: The world deployed: US and Soviet military intervention and proxy wars in the Third World since 1945. From: Robert W. Clawson (Ed.): East West rivalry in the Third World. Wilmington 1986, p. 77-101.
Chris Loveman: Assessing the Phenomeon of Proxy Intervention. From Journal of Conflict, Security and Development, edition 2.3, Routledge 2002, pp 30–48.