- Source: Ptolemaios I Epigonos
Ptolemaios I Epigonos (bahasa Yunani: Πτολεμαίος ὁ ἐπίγονος Ptolemaios Epigonos, Epigonos yakni Pewaris, 299/298 SM–Februari 240 SM) adalah seorang Pangeran Yunani dari Asia Kecil, keturunan Makedonia dan Thessalia.
Latar belakang keluarga
Ptolemaios I adalah putra pertama dari Lysimakhos dan Arsinoe II, memiliki dua orang adik yakni Lysimakhos (putra Lysimakhos) dan Filipus (putra Lysimakhos).
Ayahnya, Lysimakhos sebagai salah satu Diadokhoi Aleksander Agung, Raja Trakia, Asia Kecil dan Makedonia. Kakek dari pihak ayahnya (ayah Lysimakhos) adalah Agathokles (bahasa Yunani: Ἀγαθοκλῆς), seorang bangsawan Yunani yang seangkatan dengan Filipus II dan Nenek dari pihak ayahnya (ibu Lysimakhos) adalah seorang wanita yang tidak diketahui namanya, namun diperkirakan bernama Arsinoe. Dari pernikahan Lysimakhos sebelumnya dengan selir Odrisia, Ptolemaios I memiliki dua orang kakak tiri laki-laki yakni Agathokles (putra Lysimakhos) dan Alexandros (putra Lysimakhos) serta dua orang kakak tiri perempuan bernama Eurydike, Arsinoe I dan mungkin kakak perempuan lain yang tidak diketahui namanya, diperkirakan istri dari Ptolemaios Keraunos.
Ibu Ptolemaios I, Arsinoe II adalah seorang Putri Ptolemaik yang menikah dengan suami pertamanya dan sebagai istri ketiga Lysimakhos. Ia adalah putri kandung Ptolemaios I Soter dengan Berenike I dan Kakak dari Firaun Ptolemaios II. Ptolemaios I Soter juga sebagai salah satu Diadokhoi yang kelak mendirikan Dinasti Ptolemaik di Mesir Kuno dan Berenike I adalah keponakan dari seorang penguasa wilayah yang sangat berpengaruh, Antipatros. Ptolemaios adalah nama Kakek dari pihak ibu dan merupakan cucu pertama yang lahir dari Ptolemaios I Soter dan istrinya Berenike I.
Kehidupan awal
Ptolemaios I lahir dan dibesarkan di Efesos, kelak kota ini pindah ke pemukiman baru berjarak sekitar dua kilometer dari tempat asalnya, karena wabah penyakit Malaria. Kemudian nama kota berganti menjadi Arsinoe (bahasa Yunani Kuno: Ἀρσινόη atau Ἀρσινόεια atau Ἀρσινοΐα) yang dinamai dari Arsinoe II, ibu Ptolemaios I. Pada tahun 282 SM, Arsinoe II menuduh kakak tirinya Agathokles (putra Lysimakhos) melakukan pengkhianatan dan di eksekusi atas perintah Lysimakhos. Kemudian istrinya Lysandra beserta anak-anaknya melarikan diri ke Babilon menemui Seleukos I. Lalu Seleukos I memanfaatkan perseteruan pahit suksesi Dinasti ini sebagai kesempatan untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 281 SM, Seleukos I berhasil mengalahkan Lysimakhos dalam Pertempuran Kurupedion, lalu memasukkan Asia kecil dan Trakia kedalam wilayah Kerajaannya.
Ibunya hanya memegang kendali atas wilayah Aegea, bagian dari wilayah Kerajaan ayahnya. Setelah kematian Lysimakhos, Arsinoe II dan putranya melarikan diri ke Kassandreia, kemudian menikah dengan kakak tirinya Ptolemaios Keraunos dalam upayanya untuk melindungi kedaulatan Ptolemaios I atas Kerajaan ayahnya. Ptolemaios Keraunos tinggal dalam wilayah Kerajaan Lysimakhos sebagai orang dalam pengasingan politik dan sebelum menikah dengan Arsinoe II, ia membunuh Seleukos I untuk mendapatkan kekuasaan atas bekas pelindungnya tersebut. Kemudian ia bergegas ke Lismakeia (Trakia), di mana ia dinyatakan sebagai Raja oleh sebagian besar tentara Makedonia.
Persatuan antara Arsinoe II dengan Ptolemaios Keraunos adalah murni karena alasan politis sebagaimana mereka berdua mengklaim atas takhta Makedonia, Trakia dan pada saat kematian ayah Ptolemaios I, wilayah kekuasaannya meluas hingga ke Yunani selatan. Pernikahan Arsinoe II dengan kakak tirinya bukanlah pernikahan yang bahagia. Melalui pernikahannya dengan Arsinoe II, posisi politik Ptolemaios Keraunos menjadi semakin kuat sehingga Arsinoe II melakukan konspirasi dengan putra-putranya untuk melawannya. Ptolemaios Keraunos dengan cepat membalas sikap tersebut dengan merebut Kassandreia dan membunuh kedua adik Ptolemaios I, Lysimakhos (putra Lysimakhos) dan Filipus (putra Lysimakhos), namun Arsinoe II dan Ptolemaios I berhasil melarikan diri.
Upaya klaim takhta Makedonia
Arsinoe II melarikan diri menemui adiknya Ptolemaios II di Mesir untuk meminta perlindungan dari Ptolemaios Keraunos. Pemerintahan singkat Ptolemaios Keraunos berakhir pada tahun 279 SM, saat ia ditangkap dan dibunuh dalam invasi Galia ke Balkan yang dipimpin oleh Bolgios yang melakukan serangkaian serangan massal ke daratan Yunani. Pada saat itu Ptolemaios I adalah putra tertua Lysimakhos dan satu-satunya yang masih hidup. Sebagai putra kandung dan pewaris Lysimakhos yang agung, sepertinya ia ditakdirkan untuk menjadi lebih dari sekedar anggota keluarga Kerajaan biasa, setelah pembunuhan kakak tirinya Agathokles (putra Lysimakhos). Posisi barunya sebagai pewaris yang terlihat sebagai salah satu Kerajaan terbesar pada awal periode Helenistik tidaklah bertahan lama setelah kematian ayahnya Lysimakhos dan paman yang juga ayah tirinya Ptolemaios Keraunos yang membuat Kerajaannya secata total dibubarkan.
Sebagai dampak dari kematian Ptolemaios Keraunos, terjadi kekacauan di daratan Yunani. Dalam periode 279-277 SM, Ptolemaios I melarikan diri ke Illiria. Dengan dukungan dan bantuan Rajanya Monunius I, Upaya Ptolemaios I dalam memulihkan Makedonia tidak membuahkan hasil dan upaya kedua yang diperkirakan pada tahun 278 SM juga tidak berhasil. Ia disebut sebagai salah satu penuntut dalam periode anarki setelah pemerintahan Sostenes. Kekacauan tersebut berlangsung hingga Antigonos II berhasil mengalahkan Galia dalam pertempuran Lismakeia dekat Lismakeia, Trakia pada tahun 277 SM. Setelah kemenangannya, Antigonos II diakui sebagai Raja Makedonia dan kekuasaannya meluas hingga ke Yunani bagian selatan.
Wakil penguasa Kerajaan Ptolemaik
Setelah kegagalan atas upayanya dalam memulihkan Kerajaan Makedonia, Ptolemaios I akhirnya pergi ke Kerajaan Ptolemaik untuk tinggal dengan kerabatnya. Ptolemaios II lalu menikah dengan Arsinoe I dan memiliki dua orang putra, yakni Ptolemaios III dan Lysimakhos serta seorang putri Berenike. Pada tanggal yang tidak diketahui antara tahun 279-274/3 SM, Arsinoe II tiba di Mesir, lalu kemungkinan membuat hasutan kepada adik iparnya Arsinoe I atas tuduhan persekongkolan untuk membunuh Ptolemaios II. Arsinoe I dinyatakan bersalah oleh Ptolemaios II atas tuduhan persekongkolan tersebut. Kemudian Ptolemaios II menceraikan Arsinoe I dan mengasingkannya ke Qift di selatan Mesir.
Ibu Ptolemaios I, Arsinoe II lalu menikah dengan adiknya Ptolemaios II. Arsinoe II meninggal pada tanggal yang tidak diketahui antara bulan Juli 270-260 SM. Dalam beberapa hal setelah kematian Arsinoe II, Ptolemaios II secara legal menyatakan anak-anak Arsinoe II adalah anak-anak Ptolemaios II.
Sejak upayanya untuk memulihkan dan memperoleh kembali takhta Makedonia hingga meninggalnya Arsinoe II, Ptolemaios I menghilang dari catatan sejarah. Berdasarkan gambar-gambar, tulisan, koin dan Papirus, Ptolemaios I dijadikan sebagai wakil penguasa Kerajaan Ptolemaik oleh Ptolemaios II. Mungkin terdapat beberapa alasan terkait penunjukkan Ptolemaios I sebagai wakil penguasa yakni untuk membebaskannya dalam tugas-tugasnya, memiliki anak yang masih hidup dari Arsinoe II sebagai bantuan dalam mendukung Perang Kremonides yang dimulai saat penunjukkannya sebagai wakil penguasa.
Tanggal paling awal yang terbukti atas penunjukkannya sebagai wakil penguasa bersama paman dan ayah angkatnya tersebut, dari catatan pada papirus tertanggal sejak bulan November 267 SM. sementara tanggal terakhir dari rujukannya sebagai wakil penguasa, tertanggal 10 September 259 SM. Terdapat kemungkinan bahwa Ptolemaios I bertunangan dengan kakak angkatnya Berenike. Ptolemaios I ditampilkan sebagai orang dewasa dalam prasasti "The Great Mendes Stela" tertanggal 264/3 SM, di mana ia digambarkan mengenakan mahkota perang Firaun, yang menunjukkan bahwa ia berperan aktif dalam kehidupan istana dan kelak dalam urusan militer. Pemakaian mahkota tersebut mengungkapkan dan memberikan pernyataan yang signifikan, karena digunakan sebagai simbol penobatan dan penerus Firaun yang sah. Menurut bukti-bukti yang ada, Ptolemaios I dimaksudkan sebagai pewaris dan penerus Ptolemaios II.
Pemberontakan dan kekuasaan atas Telmessos
Pada tahun 262/261 SM, Ptolemaios II mengutus Ptolemaios I ke kota Miletos di Asia Kecil, untuk mewakili Firaun dalam melaporkan situasi politik di kota tersebut kepada Ptolemaios II. Pemimpin kota tersebut seorang zalim bernama Timarkhos. Atas suatu alasan yang tidak diketahui, Ptolemaios I dan Timarkhos memimpin pemberontakan terhadap Ptolemaios II pada tahun 259/258 SM. Terdapat kemungkinan bahwa Ptolemaios I memberontak, karena Ptolemaios II ingin Ptolemaios I menyerahkan kekuasaannya di Asia Kecil kepadanya. Pemberontakan Ptolemaios I dan Timarkhos tidak membantu perencanaan strategis Ptolemaios II di Asia Kecil, karena pada tahun 258 SM, Timarkhos terbunuh oleh Raja Seleukia Antiokhos II dalam perang Suriah kedua antara Kerajaan Ptolemaik dengan Kekaisaran Seleukia berakhir dengan kekalahan Ptolemaik termasuk penaklukan kota Miletos oleh Antiokhos II.
Setelah pemberontakan berakhir pada tahun 258 SM, Ptolemaios II mungkin saja berdamai dengan Ptolemaios I dan mungkin juga dapat memaafkannya karena kekhawatirannya akan kekuasaan Kekaisaran Seleukia yang semakin besar. Ptolemaios II mengakhiri pemerintahannya bersama Ptolemaios I dan melepaskan klaim apa pun yang dia miliki atas takhta Mesir. Setelah kejadian ini, Ptolemaios II memberikan Ptolemaios I sebuah kota di Asia Kecil bernama Telmessos di Likia untuk memerintah dengan haknya dan mendirikan Dinastinya sendiri. Sebelum di bawah kekuasaan Kerajaan Ptolemaik, Kota Telmessos berada di bawah kekuasaan mendiang ayah Ptolemaios I, Lysimakhos. Dengan demikian Ptolemaios I akan menjadi Raja pengekor dan memiliki Kerajaan pengekor atau Kerajaan klien untuk memerintah di bawah Kerajaan Ptolemaik. Sebuah prasasti yang masih ada tertanggal 258 SM, mengungkap kesepakatan yang dicapai oleh Ptolemaios I dengan pemerintah Mesir dan menandakan bahwa Ptoleaios II menjadikan Ptolemaios I pejabat Ptolemaik di wilayah tersebut dan diberikan tanah yang luas oleh Firaun. Ptolemaios I memerintah sebagai Raja klien Ptolemaik di Telmessos, sejak akhir 258 SM hingga kematiannya bulan Februari 240 SM.
Dalam pemerintahannya bersama dengan Ptolemaios II, terutama pemerintahannya di Telmessos, Ptolemaios I membangun kembali dan melanjutkan pemerintahan Dinasti Lysimakhos yang juga diketahui sebagai Ptolemaik/Lysimakhos di Likia. Bukti-bukti sebagai berikut mengungkap bahwa Ptolemaios I berada dalam posisi semi otonom sebagaimana Kekaisaran Helenistik:
Ia tetap setia menjadi bawahan Ptolemaios II dan Ptolemaios III.
Ia merekomendasikan seorang philos atau teman sebagai kehormatan dan mengubah beban pajak Telmessos.
Ia sepertinya yang menyebabkan bangsa Telmessos menerbitkan mata uang logam dengan jenis yang dipinjam dari koin ayahnya, Lysimakhos dan monogram (ΠΤ) yang mewakili namanya sendiri serta membuat dispensasi internal dalam lembaga-lembaga di Telmessos tanpa rujukan yang jelas bagi Raja Ptolemaiknya. Ia menjadikan satu Arkhon sebagai kepala pemerintahan kota, di mana sebelumnya kepala pemerintahan kota ini dipimpin oleh tiga Arkhon. Ia menjadikan seorang Imam sebagai eponim pejabat kehakiman (pengadilan), di mana posisi ini sebelumnya di pegang oleh Arkhon.
Setelah ia meninggal, Ptolemaios I memiliki keturunan yang memerintah Telmessos.
Ptolemaios I memiliki tingkat otonomi yang luar biasa dengan kelonggaran otoritas di bawah Firaun Ptolemaik II. Ptolemaios I telah meraih pengaruh yang besar di Telmessos dan kota-kota sekitarnya di wilayah tersebut, hingga namanya disebut dalam suatu pernyataan resmi, menghormati seorang Leimon putra Antipatros yang dikatakan sebagai seorang philos atau teman dari Ptolemaios, yang disebut sebagai salah satu faktor penyebab atas pernyataan resmi tersebut.
Ptolemaios I mengubah pembayaran menjadi satu per sepuluh apomeira atau retribusi dari hasil produksi atas balok-balok, gandum, biji-bijian, wijen, kacang-kacangan, tepung dan tanaman lainnya di Telmessos. Ia juga memungut retribusi atas kebun buah-buahan dan pemanfaatan lahan padang rumput, perpajakan yang secara umum dijalankan oleh Ptolemaik di Mesir. Tidak diketahui secara pasti berapa lama retribusi pertanian ini dijalankan dan melalui reformasi perpajakan ini, Ptolemaios I di hormati dalam suatu pernyataan resmi. Reformasi perpajakan untuk Telmessos merupakan hal yang luar biasa bagi warga kota dan suatu perubahan besar dari rumitnya sistem perpajakan dan sewa, yang di berlakukan oleh Ptolemaios I juga dikenal di wilayah lain di Asia Kecil.
Sebelum ia meninggal pada tahun 240 SM, Ptolemaios III menghormati Ptolemaios I dalam suatu pernyataan resmi di kota dan memastikan bahwa kota tersebut masih diakui oleh otoritas Raja di Iskandariyah atas penanganan yang baik Ptolemaios I atas kota tersebut. Ketika Ptolemaios I meninggal, sebuah prasasti kehormatan di dedikasikan untuknya tertulis Ptolemy son of Ptolemy and Arsinoe the Theoi Philadelphoi (saudara kandung penyayang Dewa). Pada saat kematian Ptolemaios I, ia adalah putra terakhir dari Diadokhoi Lysimakhos. Pada tanggal yang tidak diketahui, mungkin selama masa pemerintahan bersamanya dengan Ptolemaios II atau dalam masa pemerintahannya di Telmessos, Ptolemaios I menikah dengan seorang wanita aristoktrat Yunani dan memiliki dua orang putra yang bernama Lysimakhos yang kelak menggantikan kedudukannya sebagai penguasa klien kedua Ptolemaik yang memerintah Telmessos dan adiknya Epigonos.
Identitas
Identitas Ptolemaios I mungkin yang paling kontroversial dan membingungkan dari silsilah Ptolemaik. Ptolemaios I juga di ketahui sebagai berikut:
Ptolemaios Epigonos, juga dikenal sebagai Ptolemaios Epigon, Epigone (Epigonos) yakni pewaris, yang diketahui dari sebuah prasasti di Telmessos. Anak-anak dari Diadokhoi Aleksander Agung yang secara luas merujuk kepada Epigonoi atau sang pewaris. Hal tersebut juga mengungkap status suksesi dan hubungannya dengan Kerajaan Ptolemaik, Kerajaan dari mendiang ayahnya dan menjadi pewaris singkat Kerajaan dari ibunya dan pamannya Ptolemaios Keraunos.
Ptolemaios Nios atau Ptolemaios "sang putra", yang diketahui selama masa pemerintahan bersamanya dengan Ptolemaios II sebagaimana ia menjadi putra angkat dan di maksudkan sebagai pewaris atau penerus Ptolemaios II.
Ptolemaios "sang Kakak", merujuk kepada hubungannya dengan Ptolemaios III.
Ptolemaios dari Telmessos, nama ini adalah gelarnya selama memerintah Telmessos.
Ptolemaios Lysimakhos, singkatnya Ptolemaios, putra Lysimakhos.
Lihat pula
Aristander
Referensi
Daftar pustaka
Lysimachus’ article at Livius.org Diarsipkan 2014-04-23 di Wayback Machine.
Berenice I's article at Livius.org Diarsipkan 2016-03-17 di Wayback Machine.
Arsinoe II’s article at Livius.org Diarsipkan 2016-04-20 di Wayback Machine.
Christopher Bennett, Ptolemaic Genealogy (2001-2013)
Tunny, Jennifer Ann (2000). "Ptolemy 'the Son' Reconsidered_ Are there too many Ptolemies?" (PDF). Zeitschrift für Papyrologie und Epigraphik. 131: 83–92.
Bagnall, R.S. (1976). The administration of the Ptolemaic possessions outside Egypt. Brill.
Bengtson, H. (1977). Griechische Geschichte von den Anfängen bis in die römische Kaiserzeit. C.H.Beck.
Billows, R.A. (1995). Kings and colonists: aspects of Macedonian imperialism. Brill.
Hölbl, G. (2001). A History of the Ptolemaic Empire. Routledge.
Kata Kunci Pencarian:
- Ptolemaios I Soter
- Ptolemaios I Epigonos
- Berenike (putri Ptolemaios II dari Telmessos)
- Kleopatra
- Ptolemaios X Alexandros I
- Ptolemaios II Philadelphos
- Ptolemaios IV Philopator
- Ptolemaios IX Lathyros
- Ptolemaios Apion
- Ptolemaios XI Alexandros II
- Ptolemy Epigonos
- Ptolemy I Soter
- Ptolemy XIV Philopator
- Ptolemy III Euergetes
- Ptolemy Ceraunus
- Ptolemy Philadelphus (son of Cleopatra)
- Ptolemy V Epiphanes
- Ptolemy XI Alexander II
- Ptolemy II Philadelphus
- Ptolemy II of Telmessos