- Source: Putabangun, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Kabupaten Kepulauan Selayar
- Putabangun, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Bontobangun, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Kahu-Kahu, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Bontoborusu, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Bontolebang, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Bontosunggu, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Kalepadang, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Bontotangnga, Bontoharu, Kepulauan Selayar
- Selayar Islands Regency
Putabangun adalah kelurahan yang berada di kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Sejarah
Putabangun dahulu adalah ibu kota Kesultanan Selayar. Dalam silsilah raja Putabangun yang terdapat atau tertulis di "lontara jangangjangang" raja pertama Putabangun adalah Tenri Dio, seorang wanita putri dari Sawerigading, Tenri Dio ini mempunyai gaukang (lambang kerajaan) Gong Nekara atau gong besar, masyarakat sekitar menyebutnya Opu Gelemoni (raja tetapi tak bicara) yang letak kerajaannya di Bontobonto. Setelah sepeninggalan Tenri Dio (Opu pertama Putabangun) gong besar ini menjadi gaukang kerajaan putabangun turun temurun, gong ini sempat disembunyikan atau ditanam atas perintah Opu Putabangun ketika akan terjadi perang dengan Mataram, entah kerajaan Putabangun mengalami kekalahan atau akibat perang yang berkepanjangan, Gong Nekara(gaukang) yang ditanam tersebut terlupakan lokasi penanamannya, kemudian ditemukan kembali oleh seorang petani yang bernama Pao di Papalohea cangkulnya mengenai satu katak dari gong tersebut hingga patah, penemuan kembali gong besar oleh pemerintah Belanda ditempatkan di daerah Bontobangun (Mattalalang) agar mencegah berdirinya kembali kerajaan Putabangun dengan gaukangnya. Ketika ditemukan kembali gong besar(gaukang Putabangun) kerajaan Putabangun telah lama berakhir karena perlawanan dan kegigihannya melawan pemerintah Belanda, kerajaan ini diceraiberaikan hingga garis benang merah dari Tenri dio (raja pertama) sampai Laddeng dg. Maruttung (raja terakhir) selesai.