Raif Badawi (bahasa Arab: رائف بدوي; kelahiran 13 Januari 1984, boleh juga dieja Raef
Badawi) adalah seorang penulis dan aktivis Arab Saudi dan pembuat situs web Free Saudi Liberals.
Badawi ditangkap pada tahun 2012 dengan tuduhan "menghina Islam melalui media elektronik" dan dibawa ke pengadilan atas beberapa tuduhan, termasuk kemurtadan. Pada 2013, dia dihukum atas beberapa tuduhan dan dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara dan 600 cambukan. Pada 2014 hukumannya ditambah menjadi 10 tahun penjara, 1000 cambukan dan denda. Pencambukan akan dilakukan selama 20 minggu. 50 cambukan pertama dilakukan pada 9 Januari 2015. Pencambukan kedua telah ditunda lebih dari dua belas kali. Alasan penundaan terakhir tidak diketahui, tetapi jadwal pencambukan sebelumnya tertunda karena kesehatan
Badawi yang buruk.
Badawi diketahui menderita hipertensi, dan kesehatannya memburuk sejak pencambukan dimulai.
Istrinya, Ensaf Haidar, yang mengungsi ke Kanada setelah nyawanya terancam di Arab Saudi mengatakan bahwa
Badawi tidak akan bisa terhindar dari pencambukan lebih lanjut. Ensaf Haidar telah memberikan serangkaian keterangan dalam wawancara televisi tentang nasib
Raif Badawi, termasuk pada KTT Jenewa 2016 untuk Hak Asasi Manusia dan Demokrasi.
Pusat Hak Asasi Manusia Raoul Wallenberg bertindak sebagai penasihat hukum internasional
Badawi. Organisasi ini telah memimpin kampanye advokasi publik maupun upaya diplomatik swasta untuk membantu mengamankan pembebasan
Badawi dari penjara.
Tidak diketahui secara pasti dimana lokasi sementara
Badawi. Berdasarkan laporan terkait,
Badawi saat ini ditahan di Penjara Pusat Dhahban.
Kehidupan awal
Raif Badawi lahir pada 13 Januari 1984 di Khobar, Arab Saudi. Ibunya bernama Najwa, seorang Kristen Lebanon; dan ayahnya bernama Muhammad
Badawi, seorang Muslim Saudi. Di masa remajanya, neneknya di Saudi pernah bercerita padanya bahwa masyarakat Saudi secara historis tidaklah seketat itu ; pria dan wanita dulu bekerja bersama-sama di ladang.
Ibu
Badawi meninggal muda di usia yang tidak diketahui. Dia dibesarkan oleh ayah yang berpenghasilan kecil dan neneknya.
Badawi bersekolah sampai usia tiga belas tahun ketika ayahnya melaporkan dia karena ketidakpatuhannya pada orang tua, yang mana hal ini dianggap sebagai kejahatan di Arab Saudi. Dia kemudian menghabiskan waktu selama enam bulan di tahanan pusat khusus remaja yang dipenuhi dengan intimidasi, indoktrinasi Wahhabi dan pencambukan, yang menyebabkan dia terluka sangat dalam.
Free Saudi Liberal
= Buku-buku yang menginspirasi dan Diwaniya
=
Badawi memulai forum online yang dikenal sebagai "Jaringan Liberal Saudi" pada 13 Agustus 2006 yang banyak mendapat pengaruh dari berbagai sumber.
Dia mendapat pengaruh dari buku-buku karya para penulis Arab yang menolak untuk melihat dunia dari sudut pandang agama murni, termasuk di antaranya Semesta Menilai Tuhan oleh Abdullah al-Qasemi, Budaya Arab di Zaman Globalisasi ' 'oleh Turki al-Hamad, dan' 'Tahanan 32' 'oleh Mohammed Saeed Tayeb, seorang penulis yang sangat dikagumi dan ditempatkan oleh
Raif di bawah sayapnya.
Selain itu ia juga dipengaruhi oleh Diwaniya, pertemuan malam tradisional para jurnalis, penyair, pemikir, filsuf, dan penulis; dan semuanya mendiskusikan cita-cita terwujudnya masyarakat yang lebih terbuka, toleran, sekuler, dan liberal di Arab Saudi.
Raif sering menghadiri pertemuan-pertemuan ini dan menyatakan keprihatinannya dalam pertemuan-pertemuan ini tentang perkembangan masyarakat sipil dan menolak penindasan atas nama agama. Dia ingin mengajarkan hak dan tanggung jawab pada warga negara Saudi dan meminta semua orang untuk menuntut hak-hak mereka.
= Berita utama, kemurtadan, kritik tidak langsung, dan Mutawwa
=
Blog
Badawi menjadi berita utama dalam waktu singkat, karena blog tersebut adalah ruang di mana orang-orang Saudi dapat berbicara secara terbuka tentang liberalisme di negara konservatif yang dikenal sebagai pemelihara Mekah dan Madinah, dua situs paling suci dalam agama Islam. Dia berkata dalam bahasa Arab, "Bagiku, liberalisme berarti hidup dan membiarkan hidup." Sangat sedikit orang Saudi yang berani berbicara di depan umum tentang liberalisme, karena itu merupakan kemurtadan, suatu bentuk kejahatan yang bisa dihukum mati; dimana
Raif percaya bahwa kebebasan itu sepadan dengan jalan pengorbanan semacam itu.
Badawi tidak pernah secara langsung mengkritik Mutawwa (polisi agama), yang ia protes; atau Pemerintah Saudi saat ia mengagumi dan bersikap patriotik kepada Raja Arab Saudi.
Badawi terutama menentang aturan yang ditetapkan dalam pos-posnya dan dalam contohnya, ia merenungkan mengapa perempuan membutuhkan wali laki-laki untuk berjalan di jalan raya dan mengapa sangat sulit bagi perempuan untuk mengakses pasar tenaga kerja dan pekerjaan.
Badawi juga menulis sebuah pertanyaan di blognya mengenai logika mengapa semua orang Saudi harus percaya pada Islam; dan meskipun beragama Islam, dia menyatakan bahwa Islam tidak bisa menjelaskan segalanya dan orang-orang harus bebas untuk percaya pada agama apa pun yang mereka pilih untuk diyakini. Dia menjelaskan kepada orang lain dalam pertemuan Diwaniya bahwa mereka adalah manusia dan bahwa mereka memiliki hak untuk mengekspresikan diri dan berpikir tentang apa yang mereka inginkan.
Pada akhir 2007, blog
Badawi memiliki setidaknya 2.000 anggota yang memperdebatkan metode tentang bagaimana mengelola Arab Saudi. Tulisan-tulisan
Badawi jauh ditolerir oleh Raja Abdullah yang liberal tetapi membuat marah para polisi agama - yang akhirnya menangkapnya pada akhir 2007.
Badawi diinterogasi selama berjam-jam mengenai kegiatannya dan akhirnya dibebaskan tanpa tuduhan yang diajukan padanya. Tidak puas dengan interogasi tersebut, polisi syariat tiba-tiba datang tanpa diundang di depan pintu rumah
Badawi beberapa hari kemudian untuk mencari buku-buku terlarang miliknya, tetapi akhirnya mereka pergi tanpa hasil. Polisi syariat mulai sering menginterogasi
Badawi- hal ini membuat istrinya ketakutan- dan
Badawi sering meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sikap
Badawi memberi kesan pada Haidar bahwa interogasi polisi itu ibarat sepotong kue dan merupakan sesuatu yang lumrah terjadi di halaman belakang rumahnya sendiri, dan polisi tidak memiliki masalah apapun dengan
Badawi.
Persidangan dan hukuman
= Penangkapan, persidangan dan hukuman pertama
=
Pada penahanan pertama atas tuduhan kemurtadan pada tahun 2008,
Badawi akhirnya dibebaskan setelah seharian diperiksa. Dia dilarang meninggalkan Arab Saudi, dan rekening bank miliknya dan istrinya dibekukan pada tahun 2009. Keluarga istri
Badawi kemudian mengajukan tuntutan ke pengadilan untuk menceraikan pasangan tersebut secara paksa dengan alasan dugaan kemurtadan
Badawi. Pada 17 Juni 2012,
Badawi ditangkap atas tuduhan "menghina Islam melalui media elektronik", dan pada bulan Desember dia juga dinyatakan bersalah karena kemurtadan, sebuah kejahatan yang dapat dijatuhi hukuman mati secara otomatis. Namun kemudian,
Badawi dikonfirmasikan telah kembali menjadi seorang Muslim setelah membaca Shahada di pengadilan, dan juga menyatakan bahwa orang harus memiliki hak untuk memilih keyakinan mereka. Human Rights Watch menyatakan bahwa situs internet
Badawi telah menjadi pusat material yang mengkritik "para tokoh agama senior".
Badawi juga menyatakan bahwa Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud telah berubah menjadi "sarang untuk para teroris."
Setelah penangkapan pada 2012, Amnesty International menunjuk
Badawi sebagai tahanan nurani, "ditahan semata-mata karena secara damai menggunakan haknya untuk kebebasan berekspresi", dan mengatakan: "Di Arab Saudi di mana penindasan oleh negara marak terjadi, hal itu sudah di luar batas untuk menjatuhkan hukuman mati bagi seorang aktivis dimana satu-satunya 'kejahatan' yang dilakukan adalah memfasilitasi debat sosial online". Dengan bertujuan meminta pemerintah untuk membatalkan dakwaan, Human Rights Watch menyatakan: "Tuduhan terhadap
Badawi yang hanya didasarkan pada keterlibatan
Badawi dalam mendirikan sebuah situs yang memfasilitasi diskusi damai tentang agama dan tokoh agama, telah melanggar haknya untuk dalam kebebasan berekspresi". Dengan adanya tuduhan atas "membuat situs internet yang merusak keamanan umum", "mengolok-olok tokoh agama Islam", dan "melampaui ranah kepatuhan",
Badawi akhirnya hadir di hadapan pengadilan distrik di Jeddah pada 17 Desember 2012. Hakim merujuk tuduhan kemurtadan ke pengadilan yang lebih tinggi, dengan mengatakan dia "tidak bisa memberikan putusan dalam kasus kemurtadan." Pada 22 Desember, Pengadilan Umum di Jeddah memutuskan untuk melanjutkan kasus kemurtadan tersebut. Pengadilan yang lebih tinggi menolak untuk menangani kasus tersebut dan merujuknya ke pengadilan yang lebih rendah.
Pada 30 Juli 2013, media Saudi melaporkan bahwa
Badawi telah dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara dan 600 cambuk karena mendirikan forum Internet yang "melanggar nilai-nilai Islam dan menyebarkan pemikiran liberal". Pengadilan juga memerintahkan situs tersebut ditutup.
= Hukuman bertambah
=
Pada 26 Desember 2013, istri
Badawi Ensaf Haidar mengatakan kepada CNN, seorang hakim memutuskan bahwa suaminya harus pergi ke pengadilan tinggi untuk tuduhan pemurtadan yang akan menjatuhkan hukuman mati jika terbukti bersalah. Pada 7 Mei 2014, hukuman
Badawi ditambah menjadi 1000 cambukan, 10 tahun penjara, dan denda 1 juta riyal (setara dengan sekitar $ 267.000), karena "menghina Islam". Pada pertengahan Januari 2015, kasus ini diteruskan ke Mahkamah Agung Saudi untuk ditinjau. Pada 1 Maret 2015, istri
Badawi mengatakan kepada wartawan bahwa hakim di pengadilan pidana Arab Saudi ingin mengadili dia kembali karena murtad, dan bahwa jika terbukti bersalah dia akan dijatuhi hukuman mati.
Ensaf Haidar mengungsi ke Kanada
Beberapa hari setelah sidang pengadilan, istri
Badawi, Ensaf Haidar mulai menerima ancaman pembunuhan misterius. Dia melarikan diri ke Sherbrooke-Quebec, Kanada, bersama-sama dengan tiga anak mereka. Pada 27 Januari 2015, politisi Kanada Marc Garneau mengumumkan dalam sebuah opini bahwa ia dan rekan politiknya Irwin Cotler akan "[membantu] istri
Badawi dalam upayanya menyelamatkan suaminya."
Dengan merujuk pada Dewan Hak Asasi Manusia PBB sebagai perwakilan dari Persatuan Kemanusiaan dan Etika Internasional (IHEU), Kacem El Ghazzali mengkritik Arab Saudi yang menjatuhkan hukuman 7 tahun penjara dan 600 cambukan pada
Badawi, menyebutnya sebagai "hukuman yang tidak beralasan dan keji".
Penuntutan dan penjatuhan hukuman penjara pengacara Raif Badawi
Pengacara
Badawi Waleed Abulkhair (juga ditranskripsikan sebagai Abu al-Khair) dipenjara setelah mendirikan Monitor Hak Asasi Manusia di Arab Saudi, sebuah organisasi hak asasi manusia Saudi. Dia dituduh "mendirikan organisasi tanpa izin" dan "melanggar kesetiaan pada penguasa". Permintaannya untuk melisensikan organisasinya ditolak. Pada 7 Juli 2014, Abulkhair dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, diikuti dengan larangan perjalanan 15 tahun. Pengadilan Kriminal Khusus di Jeddah menyatakan dia bersalah karena "merongrong rezim dan pejabat", "menghasut opini publik", dan "menghina pengadilan".
Abulkhair mengatakan kepada BBC bahwa
Badawi telah mengkonfirmasi di pengadilan bahwa ia adalah seorang Muslim dan mengatakan kepada hakim, "Setiap orang memiliki pilihan untuk percaya atau tidak percaya."
Hukuman Cambuk
Pada 9 Januari 2015,
Badawi menerima 50 cambukan pertama di hadapan ratusan orang di depan sebuah masjid di Jeddah dari total 1.000 cambukan yang akan dilaksanakan dalam waktu dua puluh minggu. Insiden itu dikutuk oleh Wakil Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Said Boumedouha: "Hukuman cambuk yang dijatuhkan pada
Raif Badawi adalah tindakan kejam yang dilarang di bawah hukum internasional. Dengan mengabaikan peringatan internasional untuk membatalkan hukuman cambuk, maka otoritas Arab Saudi telah menunjukkan ketidakpedulian yang besar terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia yang paling dasar." Pangeran Zeid bin Ra'ad dari Jordan berkata: “Hukuman semacam itu dilarang berdasarkan hukum hak asasi manusia internasional, khususnya konvensi yang menentang penyiksaan, yang telah diratifikasi oleh Arab Saudi. Saya memohon kepada raja Arab Saudi untuk menggunakan kekuasaannya menghentikan hukuman cambuk publik dengan mengampuni
Badawi, dan untuk segera mempertimbangkan kembali jenis hukuman yang sangat keras ini." Sebastian Usher, analis Timur Tengah untuk BBC menyatakan kecurigaanya akan ketidaksiapan para pemimpin Saudi dalam merespon protes berskala internasional terhadap hukuman cambuk.
Istri
Raif Badawi, Ensaf Haidar setelah mendengar tentang pencambukan tersebut mengatakan: “Apa yang saya rasakan tidak dapat digambarkan. Sebuah kesedihan dan rasa sakit yang tak terlukiskan ... Sangat mengerikan untuk membayangkan apa yang terjadi pada
Raif." Dia juga berkata, "Saya menghargai semua perhatian yang kami peroleh atas kasus
Raif. Saya berharap semua pemerintah di dunia akan mengintensifkan upaya mereka untuk menekan pihak berwenang untuk menghentikan apa yang ingin mereka lakukan terhadap suami saya. Saya percaya mereka bisa melakukannya, jika mereka berbicara langsung kepada pemerintah di Saudi." Hukuman cambuk selanjutnya ditunda karena luka-luka dari pencambukan yang pertama belum sembuh dan kondisi medis
Badawi juga buruk.
Badawi adalah seorang penderita diabetes dengan tubuh kurus. Dia harus menjalani hukuman cambuk sebanyak 50 cambukan setiap hari Jumat selama 20 minggu sampai hukuman selesai.
= Reaksi Internasional
=
Ada beberapa kampanye internasional untuk membebaskan
Badawi, yang terdiri dari protes jalanan, petisi, surat, dan aktivitas di media sosial. Hashtag "JeSuisRaif" , yang seolah menggemakan slogan Je suis Charlie , menjadi tren pada bulan Januari 2015. Kesiapan beberapa dokter Saudi yang melakukan pemeriksaan medis sebelum pencambukan telah dipertanyakan, dan digambarkan sebagai dokter yang turut berpartisipasi dalam tindakan penyiksaan. Sekretaris Luar Negeri Inggris, Philip Hammond mengangkat masalah ini dengan duta besar Saudi untuk Inggris, dan juru bicara Kantor Luar Negeri mengatakan: "Kami sangat prihatin dengan kasus
Raif Badawi. Inggris mengecam diberlakukannya hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat dalam segala situasi.
Delapan belas penerima Nobel menandatangani surat terbuka yang mendesak akademisi Saudi untuk mengutuk pencambukan
Badawi. The Independent berkomentar bahwa banyak ilmuwan barat terkemuka, tidak nyaman bekerja dengan akademisi Saudi karena situasi HAM yang “tidak dapat dimaafkan” di sana, dan mungkin menolak untuk bekerja dengan Saudi jika surat terbuka diabaikan.
Pada 22 Januari 2015, petisi Amnesty International untuk membebaskan
Badawi dari penjara telah memperoleh hampir 800.000 penandatangan.
Badawi lagi-lagi menjadi trending topik di Twitter seminggu kemudian dan istrinya mengatakan kepada BBC bahwa keluarganya menderita "kecemasan luar biasa". Disamping mendesak Perdana Menteri Kanada Stephen Harper untuk mengadakan campur tangan dengan otoritas Saudi, istri
Raif juga mengatakan kepada semua pihak sekelompok Anggota Parlemen Kanada bahwa "Kondisi kesehatan
Raif semakin buruk" menurut beberapa dokter yang telah memeriksa suaminya pada minggu sebelumnya, dan bahwa dia "sangat prihatin tentang
Raif. Tidak mungkin seorang manusia normal dapat menahan 50 cambukan setiap minggu."
Setelah pencambukan kedua ditunda untuk ketiga kalinya pada 30 Januari 2015 tanpa pemberian alasan, terbersit harapan bahwa
Badawi mungkin akan dibebaskan. Pada 5 Februari 2015, dilaporkan bahwa
Raif telah muncul di pengadilan sehari sebelum pencambukan yang dijadwalkan keesokan harinya. Amnesty International dan organisasi lainnya kembali menyatakan keprihatinannya. Di Québec, di mana keluarga
Badawi sekarang hidup sebagai pengungsi, dan dimana situasinya dipandang sebagai simbol dari perjuangan kebebasan berpendapat sedunia, masyarakat setempat telah mengangkat kasusnya dan merekapun menggelar protes di Sherbrooke dan tempat-tempat lainnya secara reguler. The flogging was postponed a fourth time, with the postponement announced close to the scheduled time, keeping
Badawi and those concerned about him in suspense. Pencambukan yang ditunda untuk keempat kalinya dan penundaan yang diumumkan saat mendekati waktu yang dijadwalkan, membuat
Badawi dan semua pihak yang mengkhawatirkannya berada dalam ketegangan. Minggu berikutnya, National Assembly of Quebec (Majelis Nasional Québec) dengan suara bulat mengeluarkan mosi mengecam hukuman cambuk
Badawi dan menyerukan kepada otoritas di Québec dan Kanada untuk melakukan segala hal yang memungkinkan untuk mengamankan kebebasannya. Pada akhir Februari, pencambukan berikutnya telah ditunda sebanyak tujuh kali.
67 anggota of the United States Congress mengirim surat bipartisan kepada King of Saudi Arabia pada tanggap 3 Maret 2015, menuntut pembebasan semua tahanan yang memperjuangkan kebebasan berpendapat, termasuk diantaranya
Raif Badawi dan Waleed Abu Al-Khair. Di hari yang sama, uskup agung Afrika Utara Desmond Tutu mengirim surat pada Raja Salman untuk menyatakan dukungannya pada
Badawi, dia mengatakan "Kita semua adalah umat beragama yang mengutamakan kebajikan and pengampunan." Pada 6 Maret, para pemimpin grup perhimpunan dagang Irlandia Utara berikut jurnalis Eamonn McCann dan Felicity McCall menerbitkan surat terbuka di media Belfast Telegraph menentang hukuman barbar
Raif Badawi dan menuntut pembebasannya. Jurnalis Jerman Constantin Schreiber mengumumkan bahwa buku pertama
Badawi akan diterbitkan di bulan April.
Pada awal Maret 2015, Ensaf Haidar membuat petisi untuk Sigmar Gabriel, menteri ekonomi Jerman, agar menggunakan pengaruhnya untuk membebaskan
Badawi selama kunjungannya ke Arab Saudi mendatang. Katrin Göring-Eckardt, ketua parlemen Jerman, juga menghendaki Gabriel untuk membicarakan kasus ini dalam kunjungannya. Saat keberangkatan Gabriel menuju Saudi Arabia pada 7 Maret, para pendemo yang telah berada di bandara menyerukan untuk mendukung
Badawi. Gabriel mengatakan dia berbuat untuk membahas permasalahan tentang
Raif Badawi dengan keluarga kerajaan. Di Riyadh, dia mengatakan pada para reporter, "Saya pikir ini cukup normal bila semua orang di dunia tertarik pada hal seperti ini. Dan hal itu tidak seharusnya mengejutkan siapapun disini." Dia juga menambahkan, “Kerasnya hukuman ini, yang terutama pada the corporal punishment, adalah sesuatu yang sulit dan tidak terbayangkan bagi kita, dan tentu saja hal ini juga berpengaruh pada hubungan bilateral kita dengan Arab Saudi." Pemerintah Arab Saudi kemudian meresponnya dengan cara menolak kritik atas rekam jejak pelanggaran HAM yang terjadi di Saudi dan and menegaskan bahwa " pihak Saudi tidak menerima intervensi dari luar dalam bentuk apapun atas urusan-urusan internal Saudi."
Menteri luar negeri Swedia, Margot Wallström, telah berbicara di depan publik mengenai kasus
Badawi dan masalah-masalah HAM lainnya di Arab Saudi. Pada bulan Maret 2015, Saudi Arabia memblokir pidato Wallström's pada rapat pertemuan anggota Liga Arab Arab League di Kairo dimana dia dipandang sebagai tahu kehormatan. Sweden then cancelled its longstanding arms agreement with Saudi Arabia. Majalah terkemuka Jerman, Der Spiegel melaporkan di bulan Maret bahwa
Badawi telah menulis dari penjara bahwa dia "bisa bertahan dari 50 cambukan secara ajaib, sementara dia dikelilingi kerumunan banyak orang mengumandangkan takbir 'Allahu Akbar' ('God is greatest')". Sementara itu, berbagai protes dan penjagaan di luar gedung Kedutaan Arab Saudi masih berlanjut.
Pada 6 Agustus 2018, Arab Saudi mengusir duta besar Kanada Dennis Horak, dan membekukan seluruh perjanjian dagang dengan Ottawa. Hal ini terjadi setelah duta besar Kanada Chrystia Freeland, mengungkapkan perhatiannya akan penahanan Samar
Badawi, seorang aktivis di Arab Saudi yang juga kakak perempuan dari
Raif Badawi, serta menuntut pembebasan Samar and
Raif.
Pada bulan Juli 2019, wakil presiden Amerika Serikat Mike Pence mendesak Arab Saudi agar membebaskan
Badawi.
= Pembaharuan ancaman hukum cambuk pada 2015
=
Mahkamah agung Arab Saudi mengangkat kasus
Badawi dan terjadi ketakutan dimana terdapat kemungkinan bahwa
Badawi bisa dihukum cambuk kembali setelah sholat Jumat pada 12 Juni 2015. Pelaksanaan hukuman ditunda lagi beberapa jam hours before it was due to be inflicted. Istri
Badawi meyakini bahwa kondisi fisik dan psikis suaminya sangat buruk, dan dia juga takut adanya kemungkinan suaminya dihukum dengan cara dibiarkan"mati perlahan-lahan" di penjara.
= Pembaharuan ancaman hukum cambuk 2016
=
The Independent melaporkan pada Oktober 2016 bahwa sumber-sumber yang dekat dengan keluarga
Badawi menyebutkan adanya ketakutan akan pengulangan hukuman cambuk dalam waktu dekat yang bisa terjadi setiap saat selama tahun tersebut. Pemerintah yang berkaitan dengan Arab Saudi kemudian didesak untuk membuat representasi mewakili
Badawi. Ensaf Haidar, istri
Badawi mengatakan, "Saya sangat terkejut dengan berita tersebut. Saya khawatir dan takut mereka akan membawanya dan mencambuknya. Saya sangat prihatin dengan kesehatan
Raif - yang tidak bagus - secara fisik dan mental. Saya sungguh berharap Arab Saudi tidak bertidak lebih lanjut dan melaksanakan hukuman. Saya sungguh berharap jika otoritas Arab Saudi melepas kewarganegaraannya dan mendeportasinya ke Kanada untuk tinggal bersama-sama dengan kita."
Badawi dilaporkan menderita kelaparan paling sedikit dia kali. Menteri luar negeri Kanada Stephane Dion mengatakan "Kita sedang mencoba untuk mendapatkan informasi paling akurat, karena apabila informasi tersebut adalah benaris, hal ini sungguh memalukan. Kanada menentang hukuman cambuk semacam ini."
Kehidupan pribadi
Raif Badawi bertemu istrinya, Ensaf Haidar secara tidak sengaja ketika
Badawi salah memencet nomor Haidar di ponselnya. Haidar menelepon balik, dia mengira bahwa itu adalah panggilan dari agen pekerjaan yang menawarkan dia posisi mengajar di Madrasah.
Badawi balas menelepon Haidar berulang kali karena terpesona akan "suaranya yang indah" yang memancing kemarahan Haidar. Akan tetapi Haidar berulang kali menolak panggilan telepon dari
Badawi karena takut akan kehormatan keluarga. Haidar akhirnya mulai berbicara dengan
Badawi secara rahasia, mendorong salah satu saudara laki-laki Haidar untuk mencuri ponselnya dan
Badawi untuk bepergian ke Jizan, kota kelahiran Haidar, dan memberinya ponsel lain secara rahasia dan bunga mawar. Ia menikah dengan Ensaf Haidar pada 2002 di Arab Saudi. Istri dan anak-anaknya mendapatkan suaka politik di Quebec, Kanada, pada 2013. Ia adalah ayah dari tiga anak: dua putri dan seorang putra.
Penghargaan, gelar penghormatan, dan nominasi
= Penghargaan
=
Günter Wallraff Prize for journalism 2019, shared with European Journalism Observatory (EJO).
International Laïcité Award 2018, by Comité Laïcité République shared with Ensaf Haidar.
Daniel Pearl Award 2018, by Los Angeles Press Club.
Montreal Press Club Freedom Award 2018.
Liberty Victoria "Empty Chair" award 2016.
Deschner Prize 2016, by the Giordano Bruno Foundation , shared with Ensaf Haidar
Salam Prize for Peace (Frankfurt) 2016.
Liberal International Prize for Freedom 2016.
Prix Voltaire 2016, from IPA Freedom to Publish committee.
Sakharov Prize 2015, from the European Parliament, for the defence of freedom of thought and human rights
Swiss Freethinker Prize 2015, shared with Ensaf Haidar and Waleed Abulkhair
Sir Karl Popper Prize 2015, from the Österreichischer Freidenkerbund
PEN Pinter Prize 2015, shared with British poet and literary critic James Fenton
Strasbourg Award Medal of Honor 2015
Franco-German Journalism Prize 2015
Thomas Dehler medal, from the Free Democratic Party, Germany
Press Freedom Prize 2015, from Reporters Without Borders, Sweden
Freedom of Speech Award 2015, from Deutsche Welle
Courage Award 2015, from the Geneva Summit for Human Rights and Democracy
Aikenhead Award 2015, from the Scottish Secular Society
One Humanity Award 2014, from PEN Canada
Netizen Prize 2014, from Reporters without Borders.
= Penghormatan
=
The honorary membership 2019, by The Cambridge Union shared with Ensaf Haidar.
Honorary Doctorate, from Université de Sherbrooke
Honorary citizenship Montreal
Université de Sherbrooke university honored him by giving the master's program in law and int'l politics 2017-18 "DIPIA" his name.
One of the Leading Global Thinkers of 2015, By Foreign Policy.
One Of The Boss List 2015, By AskMen.
Honorary citizenship, Sherbrooke, Quebec
Honorary Title for Freedom of Expression, bestowed by Brussels University Alliance (VUB and ULB), 2015.
Honorary membership, PEN Canada.
Honorary membership, PEN Denmark.
Honorary membership, PEN Germany.
Man Of The Year 2015, By The Fifth Column.
The honorary membership 2017, by Fédération professionnelle des journalistes du Québec.
= Nominasi
=
Nobel Peace Prize, 2015
Nobel Peace Prize, 2016
2014 Freedom Award, from Spain's Individual Freedom Party (P-LIB)
Freedom to Publish Prize 2014, from the International Publishers Association.
Referensi
Pranala luar
Situs web resmi