- Source: Rumah Wale
Rumah wale atau bale adalah rumah adat masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara yang berbentuk panggung. Secara etimologi, wale diartikan sebagai rumah atau tempat tinggal. Bagi orang Minahasa sebutan wale secara langsung menunjuk pada bangunan atau tempat tinggal. Untuk membangun rumah wale biasanya menggunakan tradisi mapalus, yaitu gotong royong dengan dilandasi rasa kebersamaan dan kekeluargaan.
Bentuk
Pada umumnya, rumah suku Minahasa bentuk bangunannya memanjang dan bertiang tinggi (bentuk panggung) dan rumah tersebut dihuni oleh lima sampai sembilan keluarga dengan dapur terpisah dan masing-masing keluarga memilikinya.
= Pondasi
=Pondasi menggunakan satu tangga berkaki dua pada bagian depan. Tangga tersebut ditanam sedalam mungkin. Di atasnya tersambung erat sebuah pilar terbuat dari kayu atau batu. Di antara balok kayu tersebut terus saling menyambung utuh tidak terputus. Ukuran balok kayu berdiameter sekitar 50 cm, berdiri kokoh menopang pancang rangka yang saling terikat. Di atasnya, hampir semua rangka pemberi bentuk saling terikat dupaya rumah berdiri dengan kokoh.
= Tangga
=Keluarga tertua memiliki ruangan paling besar dan tangga rumahnya terbuat dari batang kayu utuh dengan landasan untuk pijakan kaki. Tangga tersebut dipasang tidak permanen pada satu bagian rumah. Tapi, dipasang di tengah bangunan secara temporer, artinya tangga tersebut setelah tidak terpakai dapat diangkat dan dibawa masuk ke dalam rumah. Hal tersebut dilakukan supaya tidak ada serangan dari binatang buas atau musuh yang berniat jahat pada waktu malam hari.
= Kolong
=Sebelah bawah rumah terdapat kolong yang bermanfaat untuk menyimpan barang hasil panen yang bersifat awet untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan.
= Rarampon
=Rarampoan adalah istililah untuk dapur. Tempatnya tidak menyatu dengan rumah utama. Rarampoan menempel di bagian belakang rumah induk. Hal ini dilakukan supaya mencegah adanya kebakaran, karena semua bagian rumah terdiri dari bahan kayu yang mudah terbakar.
= Kamar
=Setelah melalui pintu masuk, ada lorong panjang yang berbentuk seperti membagi rumah menjadi dua sisi yang sama besar. Sisi kanan dan kiri dipakai untuk kamar tidur. Kamar paling depan yang terletak dekat dengan pintu masuk biasanya dihuni oleh anggota keluarga yang lebih tua atau orang tua. Semakin masuk ke dalam, ada lagi kamar yang harus dihuni oleh anggota keluarga yang lebih muda, misalnya anak.
Rumamba
Rumamba adalah upacara khusus yang dilaksanakan untuk mendapat keselamatan dalam memuulai menempati rumah baru. Ritual Rumamba dilakukan untuk melindungi rumah dari segala bentuk gangguan kejahatan roh halus maupun manusia kasatmata. Hal itu terjadi karena masyarakat Minahasa masih memercayai adanya kehidupan lain di luar kehidupan nyata. Mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib yang bisa digunakan untuk mencelakai atau menolong sekalipun. Tradisi ini berkaitan dengan perbedaan kegunaan dua tangga yang harus dipasang di rumah wale. Tangga sebelah kiri digunakan jalan masuk para tamu yang datang ke rumah . Setelah berkunjung, para tamu akan meninggalkan rumah melalui tangga sebelah kanan. Jika tamu tersebut turun melalui tangga sebelah kiri, itu merupakan pertanda tamu yang berkunjung tidak diharapkan oleh penghuni rumah. Bahkan, bisa juga berarti tidak diizinkan masuk oleh tuan rumah. Ketika ada orang berniat buruk, semisal pencuri, maka orang itu akan turun dari sisi tangga sebelah kiri.
Transformasi bentuk
Zaman dahulu, rumah adat Suku Minahasa tidak dibangun menggunakan fondasi, tetapi diikat dengan pohon yang berukuran besar. Tangga rumah pun hanya ada satu terubuat terbuat dari bambu. Tangga tersebut dibuat tidak permanen. Artinya, ketika semua anggota keluarga telah naik masuk ke dalam rumah, tangga akan ditarik ke atas. Rancangan tersebut dilakukan untuk menghindari gangguan binatang buas. Selain itu, rumah adat Minahasa hanya terdiri dari satu ruangan. Jika membutuhkan sekat ruangan akan menggunakan tali rotan atau ijuk. Rotan yang berbentuk talitersebut akan digantungi tikar. Namun, seiring kemajuan zaman rumah adat Minahasa tidak diikat pada pohon yang berukuran besar lagi. Sekarang, rumah didirikan di atas tanah. Begitu juga satu ruangan yang berukuran besar telah berubah jadi berkamar-kamar yang lebih kecil. Upaya tersebut dilakukan untuk membuat keadaan semakin aman dan nyaman bagi keluarga penghuni tetap rumah tersebut
Rujukan
Pranala luar
Tradisi bongkar pasang rumah adat wale Diarsipkan 2019-03-06 di Wayback Machine.
Kata Kunci Pencarian:
- Rumah Wale
- Museum Anti Narkoba
- Waruga
- Kerapatan Gereja Protestan Minahasa
- Daftar fam Minahasa
- Pukapuka
- Rumah Adat Woloan
- Tongkuno Selatan, Muna
- Sulawesi Utara
- Cap tikus
- Tagalog language
- Coastal Kadazan language
- National Intangible Cultural Heritage of Indonesia
- Noise Pop Festival