- Source: Sam Pek Eng Tay
Sam Pek Eng Tay adalah sebuah film tahun 1931 yang disutradarai dan diproduseri The Teng Chun dan dirilis di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Film ini diadaptasi dari cerita Sampek Engtay yang mengisahkan tragedi cinta antara seorang gadis kaya dan laki-laki jelata. Film ini sukses di pasaran dan menginspirasi The Teng Chun untuk menyutradarai beberapa film lagi yang diadaptasi dari cerita rakyat Tionghoa.
Alur
Giok Eng Tay, putri keluarga kaya, jatuh cinta dengan Nio Sam Pek, putra keluarga jelata. Untuk menjamin keberlangsungan keluarganya, ayah Eng Tay menuntut agar putrinya menikahi Ma Bun Cai, putra seorang bupati. Agar keinginannya terpenuhi, Eng Tay dikunci di kamarnya, sementara ayahnya mengutus orang untuk menyerang Sam Pek yang kemudian meninggal akibat luka-lukanya. Setelah pernikahan disiapkan, Giok Eng Tay dan prosesinya melewati makam Sam Pek. Badai hujan tiba-tiba muncul dan makam Sam Pek terbuka. Eng Tay, yang ingin bersama kekasihnya, berlari ke makam tersebut dan melompat ke dalamnya. Makam tersebut kemudian menutup dan badai pun menghilang.
Produksi
Sam Pek Eng Tay disutradarai dan diproduseri The Teng Chun, putra pedagang Tionghoa-Indonesia yang belajar film di Los Angeles, Amerika Serikat. Ia memulai karier sutradaranya pada film Boenga Roos dari Tjikembang, sesaat sebelum memproduksi Sam Pek Eng Tay. Dengan kesuksesan yang lumayan, film ini memberikan masukan dana yang cukup untuk memperbarui peralatan kameranya: Boenga Roos dari Tjikembang dikritik karena kualitas suaranya buruk. Akan tetapi, tidak seperti film sebelumnya – yang diadaptasi dari novel laris karya Kwee Tek Hoay – Sam Pek Eng Tay diadaptasi dari sebuah legenda Cina berjudul Sampek Engtay yang pada masa itu sering dijadikan tema drama panggung. Kisahnya disesuaikan dengan latar Hindia Belanda. Pemeran film ini tidak tercatat.
Rilis dan tanggapan
Sam Pek Eng Tay dirilis pada tahun 1931 oleh Cino Motion Picture milik The Teng Chun. Film ini sukses di pasaran, terutama di kalangan penonton Tionghoa. The Teng Chun kelak merilis beberapa film yang didasarkan pada legenda Tionghoa, termasuk Pat Bie To (Delapan Wanita Cantik; 1932), Pat Kiam Hiap (Delapan Prajurit; 1933), dan Ouw Phe Tjoa (Ular Hitam dan Putih; 1934). Film-film tersebut menekankan silat yang lebih dapat diterima masyarakat dan memungkinkan The Teng Chun mendominasi industri perfilman sampai dirilisnya Terang Boelan karya Albert Balink pada tahun 1937.
Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya. Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.
Catatan kaki
Rujukan
Kata Kunci Pencarian:
- Sam Pek Eng Tay
- The Teng Chun
- Handaka Vijjananda
- Tarida Gloria
- Cak Sidik
- Wayang Potehi
- Ouw Peh Tjoa
- Boenga Roos dari Tjikembang (film)
- Daftar film Hindia Belanda
- Daftar Kapitan Cina
- Sam Pek Eng Tay
- The Teng Chun
- List of films of the Dutch East Indies
- Oh Iboe
- Oey Kim Tiang
- Boenga Roos dari Tjikembang (film)
- Ouw Peh Tjoa
- List of Kapitan Cina
- List of Chinese diaspora people
- Singlish vocabulary