- Source: Sedau, Singkawang Selatan, Singkawang
- Kota Singkawang
- Sedau, Singkawang Selatan, Singkawang
- Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Singkawang
- Singkawang Selatan, Singkawang
- Sagatani, Singkawang Selatan, Singkawang
- Pangmilang, Singkawang Selatan, Singkawang
- Sijangkung, Singkawang Selatan, Singkawang
- Daftar kecamatan dan kelurahan di Kalimantan Barat
- Sinka Island Park
- Daftar sungai di Kalimantan Barat
- Singkawang
Sedau adalah nama kelurahan yang berada di kecamatan singkawang" target="_blank">Singkawang Selatan, kota singkawang" target="_blank">Singkawang, provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Pada tahun 2021, kelurahan ini terdiri dari 10 Rukun Warga (RW) yang mempunyai penduduk sebanyak 36.053 jiwa, dengan komposisi Laki-laki sebanyak 18.711 Jiwa dan Perempuan 17.342 Jiwa. Luas wilayah 86,11 km² dan kepadatan penduduknya adalah 418 jiwa/km².
Demografi
Kota singkawang" target="_blank">Singkawang termasuk sebagai kota yang memiliki beragam Suku, Agama, Ras dan Adat istiadat (SARA) di Indonesia, demikian juga halnya di kelurahan ini. Keberagaman etnis atau suku di singkawang" target="_blank">Singkawang diwakili tiga suku mayoritas, yaitu Tionghoa (disebut juga dengan "Cina"), Dayak, dan Melayu, sehingga ada muncul julukan CiDaYu (Cina, Dayak, Melayu). Kota singkawang" target="_blank">Singkawang merupakan kota yang mayoritas penduduknya berasal dari etnis Tionghoa dan ini adalah komunitas Tionghoa terbesar di Indonesia. Ada suku pendatang lain seperti Jawa, Madura, Bugis, Batak, Sunda dan Banjar. Sementara di singkawang" target="_blank">Singkawang Tengah, mayoritas berasal dari suku Melayu, Jawa, serta Bugis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kota singkawang" target="_blank">Singkawang tahun 2020 mencatat, bahwa pemeluk agama di kelurahan ini yakni Budha 52,28%, kemudian Islam 42,08%, Kristen 4,75% (Protestan 2,71% dan Katolik 2,04%), Konghucu 0,84% dan Hindu 0,05%. Etnis Tionghoa di singkawang" target="_blank">Singkawang mayoritas beragama Budha dan Konghucu, sementara warga etnis Dayak umumnya beragama Kristen, dan etnis Melayu, Jawa, Madura, dan Bugis mayoritas beragama Islam. Bahasa yang digunakan pada umumnya adalah bahasa Indonesia, Melayu, Dayak dan bahasa Mandarin.
Pekerjaan
Berdasarkan data BPS Kota singkawang" target="_blank">Singkawang tahun 2020, pekerjaan warga kelurahan ini terdiri dari pekerja buruh, pegawai swasta, pekerja mandiri, pedagang, Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani, wiraswasta, Polisi/TNI dan pensiunan.
Sejarah Kelurahan Sedau
Kelurahan Sedau awalnya merupakan suatu wilayah yang berbentuk Kampung yang hingga saat ini masih belum terlacak kapan kiranya awal mula kampung ini terbentuk. Desa Sedau secara Administrasi baru diakui keberadaannya pada tahun 1936. Nama "Sedau" kemungkinan berasal dari nama alat yang digunakan untuk memetik buah kelapa, dimana kampung Sedau dahulu banyak ditumbuhi tanaman kelapa yang dimanfaatkan oleh warganya dalam kehidupan sehari-hari.
Sekitar tahun 1967 Kampung Sedau didatangi pengungsi Tionghoa ketika terjadi konflik sosial di Kabupaten Sambas yang kemudian Kampung Sedau dijadikan sebagai pangkalan Pengungsi yang terletak di wilayah sekitar Kopisan dan Kaliasin. Pada tahun 1971 di Sedau tercatat pernah mengalami bencana Banjir Besar dengan ketinggian air mencapai ± 2 Meter.
Pada masa lampau, Sedau memiliki 6 Perkampungan yang penamaanya diambil dari bahasa Tionghoa. Nama-nama perkampungan tersebut antara lain :
Beberapa waktu kemudian nama Perkampungan di atas diganti dan disempurnakan menjadi Dusun. Nama-nama Dusun tersebut antara lain :
Pada Tanggal 23 Maret 1982 di Sedau, diresmikan Program Listrik Masuk Desa yang diresmikan oleh MENTERI PERHUBUNGAN pada masa itu yaitu Bapak RUSMIN NURYADIN. Program Listrik Masuk Desa memperoleh dukungan dari Masyarakat Sedau. Program tersebut sangat berguna bagi warga dan Pembangunan Desa Sedau dapat berjalan dengan lancar.
Tahun 1997-1999 Desa Sedau kembali di datangi ribuan pengungsi akibat konflik social dari wilayah Kabupaten Sambas dan sekitarnya. Pengungsi tersebut sebagian besar adalah warga suku Madura yang terusir dari kampung halaman mereka akibat kerusuhan antar etnis. Sebagian besar pengungsi tersebut menempati wilayah Pasir Panjang tepatnya di daerah sekita Marhaban dan Bumakong hingga saat ini.
Pada tahun 1999, terjadi pemekaran wilayah di Kabupaten Sambas. Desa Sedau pada awal berdirinya memang berada di Wilayah Kabupaten Sambas dalam lingkup Kecamatan Tujuh Belas.
Pemekaran Wilayah Kabupaten Sambas dilakukan dengan membagi Kabupaten Sambas menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Sambas dan Kabupaten Bengkayang. Ibukota Kabupaten Sambas yang semula berada di Kotif singkawang" target="_blank">Singkawang kemudian pindah ke Sambas. Sedangkan Kabupaten Bengkayang memilih Daerah Bengkayang (Kec. Bengkayang ) sebagai Ibukota kabupaten.
Desa Sedau akibat Pemekaran Wilayah tersebut akhirnya berada dalam wilayah Kabupaten Bengkayang. Pemekaran tersebut membuat kekosongan kekuasaan di Kotif singkawang" target="_blank">Singkawang. Dan sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah,maka istilah Kotif dihapus. Penghapusan tersebut dikarenakan Kotif tidak sesuai dengan jiwa dan semangat Otonomi Daerah. Maka Kelompok-kelompok yang ada di singkawang" target="_blank">Singkawang berjuang agar Kotif singkawang" target="_blank">Singkawang tidak lenyap begitu saja. Perjuangan mereka membuahkan hasil. Pada tahun 2001, Kota singkawang" target="_blank">Singkawang resmi terbentuk.
Dengan terbentuknya Kota singkawang" target="_blank">Singkawang, maka terjadi lagi pembagian Wilayah di Kabupaten Bengkayang. Tiga Kecamatan bergabung dalam Pemerintah Kota singkawang" target="_blank">Singkawang. Tiga kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Pasiran, Kecamatan Roban, dan Kecamatan Tujuh Belas.
Sesuai dengan Perda Nomor 1 tahun 2003 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan di Kota singkawang" target="_blank">Singkawang, maka secara otomatis Desa Sedau berubah status menjadi Kelurahan Sedau. Perubahan tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan. Dalam proses perubahan Status tersebut, timbul gejolak dari sebagian warga. Namun hal tersebut dapat diatasi dan semuanya berjalan dengan lancar.
Pada tanggal 20 Maret 2005, Sedau secara resmi berubah status dari Desa menjadi Kelurahan Sedau. Pada tanggal 24 Juni 2005, Kantor Kelurahan Sedau diresmikan oleh Walikota singkawang" target="_blank">Singkawang Drs. Awang Ishak, M.Si. Dengan Status Kelurahan ini, diharapkan pembangunan di Sedau dapat ditingkatkan baik dari segi fisik maupun nonfisik.
Kepala Desa Sedau dari Masa ke Masa
Keadaan Geografis
= Letak dan luas wilayah
=Kelurahan Sedau terletak di bagian selatan Kota singkawang" target="_blank">singkawang Jarak tempuh antara Kelurahan Sedau dengan Pusat Pemerintahan adalah sebagai berikut;
Pusat Pemerintahan Kecamatan ± 4 km;
Pusat Pemerintahan Kota singkawang" target="_blank">Singkawang ± 12 km;
Pusat Pemerintahan Propinsi ± 133 km;
= Luas Wilayah
=Luas wilayah Kelurahan Sedau ± 7.390 Ha, sebagian besar merupakan daerah daratan rendah (0 – 12 m) dari permukaan laut dan sebagian merupakan dataran tinggi (12 – 20 m) dari permukaan laut, dan terbentang sungai (dari Timur ke Barat) yang merupakan wilayah perairan Kelurahan Sedau, titik tertinggi di kelurahan Sedau berada di Gunung Besar, dengan ketinggian ± 368 m dpl.
= Batas Wilayah
=Berikut adalah batas wilayah kelurahan Sedau;
Referensi
Pranala luar
(Indonesia) Halaman di situs Pemko singkawang" target="_blank">Singkawang