Selamat Ginting (22 April 1922 – 22 April 1994) adalah gerilyawan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Semasa revolusi fisik,
Selamat Ginting memimpin pasukan gerilya sektor III meliputi Dairi, Karo, Aceh Tenggara, dan Langkat. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno,
Selamat Ginting dikenal sebagai bankir dan ketua umum PERBANAS (1963-1967).
Pendidikan
Selamat Ginting berperan dalam pergerakan nasional ketika masih berusia remaja, ketika menempuh pendidikan menengah di zaman kolonial (HIS). Setelah menamatkan pendidikan dari HIS,
Selamat Ginting meneruskan pendidikan di Sekolah Ekonomi Kayutanam, Sumatera Barat.
Perjuangan Militer
Setelah menamatkan pendidikan di Sekolah Ekonomi Kayutanam,
Selamat Ginting pulang ke Tanah Karo. Tak lama berselang, Perang Pasifik meletus dan Jepang menginvasi Indonesia. Hal itu menandai berakhirnya era penjajahan Kolonial Belanda dan dimulainya masa pendudukan Jepang di nusantara, termasuk di Tanah Karo.
Selamat Ginting memutuskan untuk berjuang menghadapi penjajahan Jepang dengan bergabung ke partai yang dibentuk oleh Mohammad Hatta, yaitu Partai Pendidikan Nasional Indonesia.
Pemerintah Jepang melarang segala kegiatan berbau politik dan membubarkan Partai Pendidikan Nasional Indonesia.
Selamat Ginting membentuk Pusat Ekonomi Rakyat (Pusra) untuk membantu menggerakkan perekonomian rakyat pada masa itu.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Indonesia masih terus menghadapi fase perang kemerdekaan, ketika Belanda kembali berusaha menduduki nusantara termasuk Tanah Karo. Disini
Selamat Ginting kembali terpanggil untuk berjuang demi kemerdekaan penuh Republik Indonesia. Dia kemudian masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekaligus diangkat menjadi Komandan Sektor III Sub Teritorium VII Komando Sumatera yang meliputi wilayah Dairi, Tanah Karo, Aceh Tenggara dan Langkat.
Semasa era revolusi, pasukan
Selamat dijuluki dengan sebutan ”pasukan halilitar” yang dikenal garang dalam setiap pertempuran melawan Belanda. Pasukan
Selamat juga dikenal tidak pernah kompromi dengan musuh karena
Selamat memiliki prinsip daripada mundur, lebih baik maju mengejar musuh.
Pengabdian Politik
Setelah perang kemerdekaan selesai,
Selamat Ginting akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari dunia militer, dan memilih berkecimpung di dunia politik melalui partai yang dibentuk Soekarno pada masa kolonial, Partai Nasional Indonesia (PNI). Melalui partai ini,
Selamat pernah menduduki jabatan tertinggi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Utara pada tahun 1950.
Kiprah politiknya yang cemerlang di daerah mendatangkan keinginan dari pengurus pusat untuk menarik
Selamat ke Jakarta. Di Jakarta,
Selamat akhirnya diberikan amanat untuk menjabat Ketua Departeman Organisasi DPP PNI pada tahun 1955. Saat Pemilihan Umum pada tahun yang sama,
Selamat Ginting juga berhasil meraih satu kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) mewakili PNI sejak tahun 1956.
Pengabdian Ekonomi
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno,
Selamat Ginting dikenal sebagai bankir dan ketua umum PERBANAS (1963-1967).
Berbekal pendidikan dari Sekolah Ekonomi Kayutanam, Sumatera Barat,
Selamat Ginting mendirikan Pusat Ekonomi Rakyat (PUSRA). Ia mendirikan bank kerajinan rakyat.
Keluarga
Selamat Ginting menikah pada tahun 1944 dengan Piah Malem Rondangena br. Karokaro Manik. Dari hasil perkawinan ini terlahir seorang anak bernama Riah Magdalena
Ginting dan Tampak Kita Tuah
Ginting.
Referensi