- Source: Sheriff: Narko Integriti
21 Jump Street (2012)
The Communion Girl (2023)
Pulp Fiction (1994)
Attack of the Meth Gator (2024)
Lone Star (1996)
Unforgiven (1992)
I Am Lisa (2020)
A Fistful of Dollars (1964)
No More Posts Available.
No more pages to load.
Sheriff: Narko Integriti atau Sheriff: Narcotics and Integrity di Indonesia, adalah sebuah film seru laga Malaysia tahun 2024 yang disutradarai dan diskenariokan oleh Syafiq Yusof berdasarkan cerita oleh ayahnya, Yusof Haslam yang juga memproduseri film tersebut dengan diproduksi dan didistribusikan bersama oleh Skop Productions dan Astro Shaw. Dibintangi Zul Ariffin sebagai karakter tituler bersama Syafiq Kyle, Aaron Aziz, Elizabeth Tan dan Azira Shafinaz.
Syuting film ini berlangsung selama 81 hari di sekitar Lembah Klang dari Februari hingga Mei 2023, tepat setelah perilisan Polis Evo 3 yang juga disutradarai oleh Syafiq. Film ini dirilis di bioskop Malaysia, Brunei, dan Singapura pada 18 April 2024, seminggu setelah Idul Fitri. Film ini mendapat ulasan positif yang sangat besar dari para kritikus dan pembuat film atas arahan, penulisan, casting, pergerakan kamera, dan alur cerita.
Sinopsis
Nazri, anggota polisi dari Badan Reserse Narkoba menilai permasalahan sindikat narkoba jenis sabu milik Tony Ifrit semakin meluas dan kerap lepas dari jeratan hukum saat menjalani proses peradilan. Nazri memutuskan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Sementara itu, Sheriff, seorang polisi dari Departemen Integritas diutus oleh IGP untuk menyelesaikan kasus 'Meth Killer'. Sheriff dan Nazri ditugaskan berada di bawah satu departemen. Ada kemungkinan Pembunuh Sabu ada di Narkotika sendiri.
Pemeran
Zul Ariffin sebagai DSP Sherifuddin Hussein, petugas dari Departemen Integritas (Departemen Integritas dan Kepatuhan Standar (ISCD) RMP di kehidupan nyata) yang menangkap polisi lainnya.
Mikael Noah sebagai Sheriff muda.
Syafiq Kyle sebagai Inspektur Nazri Mutalib, seorang polisi muda dari Departemen Narkoba dan saudara dari ASP Syazlin. Nazri juga dikenal sebagai Meth Killer.
Aaron Aziz sebagai Tony Ifrit, pengedar narkoba metamfetamin.
Elizabeth Tan sebagai ASP Jennifer Wong, unit Pasukan Khusus D1 dari RMP
Azira Shafinaz sebagai ASP Syazlin, seorang polisi wanita dari Departemen Narkotika dan saudara perempuan dari Inspektur Nazri
Amir Nafis sebagai Inspektur Farouk
Kodi Rasheed sebagai Firdaus bin Ishak, seorang veteran Angkatan Darat Malaysia yang memberikan informasi kepada Inspektur Nazri
Shaharuddin Thamby sebagai Inspektur Muhammad Malik bin Abdullah, Kepala Reserse Kriminal Departemen Narkotika
Esma Daniel sebagai Inspektur Roslan, kepala Departemen Integritas
Kamal Affandi Hashim sebagai DSP Hafsham, orang kedua di unit Malik dan komandan petahana
Natasya Mahyan sebagai Sub-inspektur Wani, tunangan Inspektur Nazri dan polisi Departemen Narkoba yang menyamar
Hazama Azmi sebagai Inspektur Amirul Asyraff (cameo), seorang petugas polisi yang melindungi aktivitas perjudian
Azri Iskandar Hussein Osman, ayah DSP Sheriff yang ditembak polisi pada tahun 80an (flashback)
Hasnul Rahmat sebagai Syed Abdul Rahman, Ketua Hakim Malaya yang korup yang menerima suap dari Tony Ifrit
Zen Ng sebagai Detektif Hong
Meynillen Thamil Selvan sebagai Detektif Nagarajah
Siraj Alsagoff sebagai Kopral Arkash, seorang petugas polisi di tahun 80an yang menembak ayah DSP Sheriff
Untuk karakter tambahan, Azalizan Azaman berperan sebagai Faizal, Mohd Khairulanuar Zulkifli sebagai Razak, Mohamad Fadhil Haniff sebagai Kapak, Hazly Hassan dan Nizam Bahar berperan sebagai Tony's Guard dan Joannes Anak Mosas, Akmal Asyraf dan Muhammad Azri Mokhtar sebagai Tony's Gang.
Faizal Noar, yang sebelumnya bekerja dengan Syafiq Yusof sebagai asisten sutradara dan Hassan Muthalib disebutkan dalam film tersebut untuk "pembuatan" film Hujan di Kuala Lumpur. Gelar tersebut dijadikan sebagai bukti dari Nazri atas perbuatannya pada malam itu.
Produksi
Sheriff: Narko Integriti merupakan film polisi ketiga yang disutradarai Syafiq Yusof setelah KL Special Force (2018) dan Polis Evo 3 (2023). Ini merupakan kolaborasi keempat antara Syafiq dan Zul Ariffin setelah Misteri Dilaila (2019), Penunggang Agama (2021), dan Penunggang Agama 2 (2021). Pemeran lain yang terlibat adalah Syafiq Kyle, Azira Shafinaz, Elizabeth Tan, Aaron Aziz, Shaharuddin Thamby, Kodi Rasheed, Esma Daniel, Hazama Azmi dan Azri Iskandar. Shaharuddin dan Esma sebelumnya berakting bersama di KL Special Force, sedangkan Elizabeth membintangi Misteri Dilaila (2019) dan Abang Long Fadil 3 (2022), keduanya disutradarai oleh Syafiq. Ini juga menjadi proyek film pertama Syafiq Kyle dan Azira Shafinaz setelah sebelumnya tampil di serial drama Married Tapi Benci (2016) dan One Cent Thief (2022). Tokoh Tony Ifrit awalnya ditujukan untuk Azhan Rani, namun digantikan oleh Aaron Aziz setelah dikeluarkan dari The Original Gangster (2024) karena adanya perselisihan antara Aaron dan Syamsul Yusof. Aaron mengungkapkan, Syamsul menyuruhnya menyuntik untuk menurunkan berat badan.
Syafiq menambahkan, ia tumbuh besar dengan menonton drama dan film polisi, tidak hanya Gerak Khas tapi juga film Hollywood seperti Lethal Weapon dan Die Hard.
"Sheriff didasarkan pada kisah-kisah nyata polisi di Barat serta Hong Kong dan di kampung halamannya. Saya memastikan bahwa kami mendapatkan pemeran yang bertabur bintang dengan nama-nama yang berbakat dan populer."
Ia juga mengungkapkan bahwa Syerif (Sheriff dalam bahasa Melayu) adalah judul kerja untuk produksi.
Syafiq mengaku ayahnya sangat menyukai film yang disutradarainya, namun tidak sempat memperlihatkan film tersebut kepada sang kakak, Syamsul Yusof.
Dalam trailer yang diunggahnya, beberapa orang sempat marah setelah memperlihatkan "keseluruhan" plot film tersebut, namun Syafiq kemudian membantahnya. Ia mengungkapkan bahwa ia memutuskan untuk mengungkap "Meth Killer" (diperankan oleh Syafiq Kyle) dengan menggunakan konsep terbalik "Whodunnit" atau "Howcatchem". Ia berharap dapat menarik penonton untuk menonton film tersebut karena ini merupakan eksperimen pertama Syafiq dengan konsep tersebut.
Rilis
= Peringkat
=Film ini awalnya diberi peringkat klasifikasi 13, namun dinaikkan satu level menjadi peringkat 16 baru dari LPF. Oleh karena itu Syafiq terpaksa menyetujui keputusan LPF. Ia menyatakan bahwa film tersebut tidak memiliki adegan ekstrim namun menurutnya karena topik yang dibuka itulah yang membuat film tersebut mengubah rating. LPF memberi lampu hijau pada film tersebut untuk dirilis di bioskop.
Trailer resmi film tersebut dirilis di saluran YouTube resmi Skop Productions dan Astro Shaw pada 22 Maret 2024, dan dijadwalkan tayang di bioskop Malaysia dan Singapura pada 18 April 2024, seminggu setelah Idul Fitri.
= Promosi
=Untuk mempromosikan film tersebut, Skop Productions bersama Secret Recipe membagikan 15 pasang gala night film berdasarkan kontes Snap & Win. Golden Screen Cinemas membagikan amplop dan voucher Raya di bioskop-bioskop terpilih mulai tanggal 2 April. TGV Cinemas akan menyelenggarakan open house Idul Fitri selama dua hari berisi film ini dan Badarawuhi di Desa Penari seharga RM75 dengan 2x MovieMoney. Astro Shaw juga membagikan amplop Raya di lokasi tertentu untuk mempromosikan filmnya.
Penerimaan
Meskipun meraih kesuksesan box office di Malaysia dengan meraup keuntungan sebesar RM63,2, Sheriff tidak mendapatkan penerimaan yang sukses di Indonesia. Syafiq Yusof, selaku sutradara dari film Sheriff, turut mengakui ke media massa bahwa Sheriff tidak mendapatkan sambutan di Indonesia sehingga film tersebut diturunkan dari layar bioskop secara drastis, lebih awal daripada yang diharapkan. Di pasar Indonesia sendiri, Sheriff ditayangkan melalui jaringan bioskop secara terbatas, di antaranya adalah warlaba bioskop milik CGV Indonesia, Cinepolis, dan Platinum.
Dailyscreen, melalui kanal YouTubenya, mengulas penerimaan film Sheriff dan menyampaikan beberapa pendapat mengenai akibat rendahnya jumlah penonton di Indonesia. Hal itu ditengarai terjadi akibat kurangnya promosi dan gimmick Sheriff di pasar Indonesia, dengan membandingkan How to Make Millions Before Grandma Dies yang sukses di Indonesia karena menggaet pemasaran interaktif di media sosial, serta menyarankan produser Sheriff untuk membuat promosi setidaknya sebulan sebelum rilis. Lalu, Dailyscreen juga berpendapat bahwa Sheriff belum memiliki mutu yang memenuhi standar Indonesia yang tinggi karena sinematografi yang medioker dan alur cerita yang serupa dengan film-film polisi asal Tiongkok. Kemudian, kegagalan Sheriff menurutnya bukan semata karena alasan sentimental, melainkan karena industri film merupakan pasar bebas yang subjektif dan tak bisa dipaksakan, serta mengingat bahwa film dalam negeri Indonesia sendiri sudah sangat kompetitif dan tidak semuanya laris.
Kontroversi
= Kegagalan di bioskop Indonesia dan perdebatan dunia maya antara warganet Malaysia dan Indonesia
=Film Sheriff menuai kontroversi berupa perdebatan dunia maya di Malaysia dan Indonesia. Pada tanggal 2 Juni, Thaqib Shaker, seorang selebritas internet TikTok asal Malaysia mengunggah sebuah video yang viral di Indonesia, ia mengeluhkan betapa sulitnya karya Malaysia masuk ke dalam pasar Indonesia ketika karya Indonesia justru sukses mengisi pasar hiburan di Malaysia. Dalam videonya, Shaker menganggap bahwa kegagalan Sheriff untuk memperoleh kesuksesan box office di Indonesia disebabkan oleh semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang tinggi, mengasumsikan bahwa Indonesia menganggap Malaysia sebagai "saingan yang sengit" yang tidak menyukai Malaysia dan tidak memberi ruang bagi Malaysia dalam pasar hiburan Indonesia. Selain itu, seorang anggota parlemen Malaysia, Syerleena Abdul Rashid, juga mengunggah video viral yang serupa pada tanggal 3 Juni. Syerleena mengatakan bahwa peristiwa kegagalan Sheriff dan industri kreatif Malaysia dalam memasuki Indonesia "tidak adil" ketika menimbang budaya Indonesia yang berjaya dalam mendominasi pasar hiburan di Malaysia, serta berjanji untuk membawa pembahasan ke dewan perwakilan di Malaysia untuk membatasi masuknya media buatan asing, khususnya Indonesia.
Perdebatan ini awalnya muncul dari media sosial X (sebelumnya Twitter). Pada tanggal 31 Mei dan 1 Juni, Syafiq Yusof membuat serangkaian kiriman di X yang memberitakan bahwa Sheriff tidak mendapat sambutan di Indonesia, mengungkapkan bahwa tayangannya telah diturunkan lebih awal dari layar bioskop, dan menyampaikan terima kasih kepada CGV Cinemas Indonesia atas kesempatannya dalam menayangkan film buatan Malaysia. Di postingan Syafiq itu, warganet Malaysia membanjiri kolom komentar dan menduga-duga alasan dibalik kegagalan Sheriff di Indonesia tersebut, seperti anggapan bahwa rakyat Indonesia memiliki nasionalisme tinggi dan tidak suka terhadap Malaysia dan produk budayanya. Kolom komentar kiriman tersebut menjadi kontroversi ketika warganet Malaysia mendehumanisasi rakyat Indonesia dengan ujaran kebencian bernada SARA, seperti indon/indog, IQ 78/IQ gorilla (merujuk pada nilai rata-rata kecerdasan intelektual Indonesia), konoha (istilah peyoratif untuk Indonesia), babu, bibik (pekerja rumah tangga), dan kuli Jawa/muka Jawa. Syafiq menghapus postingan blundernya akibat insiden tersebut. Pada tanggal 1 Juni, Syafiq merilis postingan di X, mengungkapkan bahwa dirinya terpaksa menghapus kirimannya yang menuai bahaya dan mengharap warganet agar saling menjaga keselamatan.
Insiden tersebut menjadi viral di dunia maya Indonesia ketika sebuah forum film mendiskusikan hujatan dari kalangan warganet Malaysia tentang kegagalan Sheriff di Indonesia. Warganet Indonesia meluapkan kemarahan dan kekecewaan ketika mengetahui warganet Malaysia memberikan tudingan tidak berdasar, yakni bahwa Indonesia dianggap bersikap ultranasionalis dan menyalahkan beberapa sebab yang dianggap publik Indonesia sebagai hal yang konyol, rasis, provokatif, dan tidak masuk akal, seperti tuduhan bahwa rakyat Indonesia membenci Malaysia, warisan sentimen Konfrontasi Indonesia–Malaysia karena Soekarno, lalu menyalahkan suku Jawa, kelompok etnis terbesar di Indonesia, tanpa dasar apapun. Publik Indonesia juga murka ketika mendapati bahwa warganet Malaysia melontarkan ujaran kebencian bernada rasis dan diskriminatif terhadap orang Indonesia dan orang Jawa. Warganet Malaysia juga diketahui melayangkan beberapa hujatan yang merendahkan industri film Indonesia.
Warganet Indonesia menyampaikan bahwa produser film Sheriff sendiri tidak membuat strategi pemasaran untuk mempromosikan filmnya melalui media massa dan sosial di Indonesia yang membuat film tersebut tidak dikenal. Publik juga mengeluhkan bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui keberadaan film tersebut, hanya setelah insiden tersebut meledak di media sosial, yang menyebabkan publik bingung mengapa rakyat Indonesia menjadi sasaran fitnah yang muncul begitu saja dari warganet Malaysia ketika filmya sendiri tidak diketahui.
Publik Indonesia membantah tudingan warganet Malaysia, mengatakan bahwa rakyat Indonesia selalu mendukung perfilman Malaysia sejak dahulu, seperti Upin & Ipin dan BoBoiBoy yang laris di Indonesia sejak awal terbit. Publik juga geram terhadap tuduhan bahwa Indonesia bersikap ultranasionalis dan xenofobik ketika penerimaan Indonesia terhadap media asing sendiri justru lebih merdeka dan bebas dibandingkan masyarakat Malaysia yang tertutup akibat budaya Islam konservatif dan pernah mencekal beberapa film Indonesia, seperti The Raid 2: Berandal. Hal ini membuat publik menduga bahwa Malaysia hanya sedang memproyeksikan mentalitas rasisme dalam negeri yang mengakar kuat akibat politik supremasi rasial Ketuanan Melayu terhadap bangsa Indonesia yang dianggap lebih "rendah". Publik menerangkan bahwa tudingan patriotisme berlebih itu tidak benar dengan memberikan bukti bahwa sebuah film Thailand yang tayang di waktu berdekatan dengan Sheriff, How to Make Millions Before Grandma Dies, meraup keuntungan besar di Indonesia sampai sutradaranya secara langsung menyampaikan terima kasih pada publik Indonesia. Publik Indonesia kemudian menyarankan rakyat Malaysia untuk bersikap dewasa dan mewawas diri untuk menyusul industri film Indonesia yang sudah berjaya di kancah internasional, dengan membandingkan The Raid, film laga dengan premis sama yang rilis lebih dahulu tahun 2011 silam, dan film-film laga Indonesia lain yang menerima pengakuan global. Kepada Syafiq, publik menyarankan bahwa produser Sheriff seharusnya membaca pasar Indonesia terlebih dahulu dan memilih tanggal rilis yang tepat, karena pada saat itu pasar bioskop Indonesia sedang menaruh perhatian pada Vina: Sebelum 7 Hari yang mengangkat kisah nyata. Publik juga menyampaikan bahwa rakyat Indonesia tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi tuntutan Malaysia karena film adalah industri hiburan bebas yang didasari oleh selera dan tidak bisa dipaksakan.
Setelah kekacauan tersebut, pada tanggal 5 Juni, Syafiq merilis permintaan maaf melalui akun X pribadinya dalam bentuk kiriman utas untuk menanggapi kirimannya yang menjadi blunder. Dalam utas dengan tiga kiriman tersebut, Syafiq bertanggung jawab atas insiden tersebut dengan mengatakan bahwa tudingan sentimen Indonesia yang dilayangkan warganet Malaysia tidak benar dan ia mengakui bahwa kesalahan tersebut disebabkan olehnya sendiri. Syafiq mengatakan bahwa rakyat Indonesia berhak memilih film untuk ditonton secara bebas dan mengakui bahwa Sheriff belum memenuhi standar kualitas perfilman Indonesia yang lebih tinggi daripada Malaysia, serta menyatakan bahwa kegagalan Sheriff bukan salah rakyat Indonesia, tetapi pembuat filmnya. Di kiriman akhir, ia menyatakan bahwa ia bertanggung jawab atas kegagalan box office di Indonesia, berjanji untuk memperbaiki kualitas filmnya di masa depan, dan berterima kasih atas kesempatan untuk menayangkan Sheriff di Indonesia.
Referensi
External links
Sheriff: Narko Integriti di IMDb (dalam bahasa Inggris)