Silence adalah sebuah film drama periode sejarah tahun 2016 yang disutradarai oleh Martin Scorsese dan ditulis oleh Jay Cocks dan Scorsese, berdasarkan pada novel tahun 1966 berjudul sama karya Shūsaku Endō. Berlatar belakang Nagasaki, Jepang, film tersebut seluruhnya dibuat di sekitaran Taipei, Taiwan. Film tersebut dibintangi oleh Andrew Garfield, Adam Driver, Liam Neeson, Tadanobu Asano dan Ciarán Hinds. Alurnya berkisah tentang dua imam Yesuit abad ke-17 yang berkunjung dari Portugal ke Jepang zaman Edo untuk menemukan mentor mereka yang hilang dan menyebarkan agama Kristen Katolik. Ceritanya berlatar belakang pada masa saat umat Kristen bersembunyi dari penindasan setelah penekanan umat Katolik Roma Jepang pada masa Pemberontakan Shimabara (1637–1638) melawan keshogunan Tokugawa.
Fase pra-produksi dari pembuatan film untuk
Silence berjalan selama lebih dari dua dasawarsa untuk pembuatan ulang dan peninjauan ulang. Setelah memfilmkan The Wolf of Wall Street pada Januari 2013, Scorsese menolak untuk menyusulkannya dengan film manapun selain
Silence. Pada 19 April 2013, Scorsese menyatakan bahwa ia akan memulai produksi
Silence pada 2014. Irwin Winkler kemudian diumumkan menjadi produsernya, sementara Randall Emmett dan George Furla akan menyediakan dana melalui perusahaan mereka, Emmett/Furla Films. Setelah itu, film tersebut direncanakan dibuat di Taiwan.
Sebagai sebuah proyek jangka panjang yang diminati oleh Scorsese, yang ia telah kembangkan selama lebih dari 25 tahun, film tersebut tayang perdana di Roma pada 29 November 2016, dan dirilis di Amerika Serikat pada 23 Desember 2016. American Film Institute memilih
Silence sebagai salah satu dari seluruh Film Tahun Ini-nya. Film tersebut juga meraih nominasi Oscar untuk Sinematografi Terbaik di Academy Awards ke-89.
Silence merupakan film ketiga dari tiga film buatan Scorsese tentang figur-figur keagamaan yang berjuang dengan tantangan-tantangan iman, setelah The Last Temptation of Christ dan Kundun. Film tersebut dianggap menjadi salah satu film terbesar sepanjang kariernya.
Alur
Film tersebut dimulai dengan prolog dari seorang imam Yesuit Portugis muda Cristóvão Ferreira yang menyaksikan penyiksaan orang-orang Jepang yang berpindah agama saat ia berusaha untuk membawa iman Kristen. Imam tersebut tampak tak tertolong saat otoritas Jepang mengadakan penyiksaan terhadap orang-orang yang ia pindah agamakan dengan cara apapun.
Beberapa hari kemudian, di Kolese Santo Paulus, Makau, seorang imam Yesuit Italia, Alessandro Valignano, mendapatkan kabar bahwa Ferreira menyangkal imannya (murtad) di Jepang setelah disiksa. Tidak percaya, murid-murid Portugis Ferreira, imam Yesuit Sebastião Rodrigues dan Francisco Garupe, memutuskan untuk mencarinya. Kichijiro, seorang nelayan pemabuk yang kabur dari Jepang untuk menyelamatkan dirinya sendiri, sepakat untuk memandu mereka.
Datang ke Jepang di desa Tomogi, para imam tersebut memutuskan untuk mencari para penduduk Kristen lokal yang bergerak secara sembunyi-sembunyi. Kedua imam tersebut kemudian terkejut saat seorang samurai yang mencari-cari orang-orang yang dituduh Kristen, yang para penduduk desa sebut sebagai "Inkuisitor", mengikat beberapa warga desa pada salib kayu di pantai samudera, dimana ombak kemudian menenggelamkan mereka. Jasad-jasad mereka kemudian dikremasi pada sebuah pyre pemakaman yang para imam pahami dilakukan untuk menghindari pemakaman Kristen.
Garupe pergi ke Pulau Hirado, meyakini bahwa keberadaan mereka memaksa keshogunan untuk menteror desa tersebut. Rodrigues pergi ke Pulau Gotō, tempat dimana Ferreira diketahui keberadaannya, dan menemukannya dalam keadaan hancur. Mengembara di sekitaran Gotō, ia kemudian berpikir bahwa apakah ia tetap menolak untuk menyerah saat itu akan berujung pada penderitaan orang lain. Ia kemudian bertemu lagi dengan Kichijiro, yang mengkhianatinya dan menyerahkannya kepada samurai. Seorang samurai tua, yang sebelumnya menyertai seorang "Inkuisitor" ke Tomogi, berkata kepada Rodrigues bahwa umat Kristen yang tertangkap lainnya akan diselamatkan saat ia menyangkal imannya.
Rodrigues datang ke Nagasaki, dimana ia ditahan bersama dengan beberapa orang Jepang yang berpindah agama. Di pengadilan, ia berkata bahwa doktrin Katolik adalah anatema untuk Jepang. Rodrigues dituntut untuk menghadap gubernur Inoue Masashige, yang ia ketahui, dalam keadaan cemas, adalah pria tua yang duduk di sebelahnya saat pengadilan tersebut. Rodrigues kembali ditahan, dan Kichijiro kemudian juga ditahan. Ia menjelaskan kepada Rodrigues bahwa para pejabat pengadilan yang mengancamnya memerintahkan agar ia mengkhianati Rodrigues. Kichijiro kemudian ia berkata bahwa adalah orang Kristen dan menyatakan bahwa pengkhianatannya dapat terhapuskan melalui pengampunan, yang Rodrigues tolak untuk memberikannya. Ia kemudian dibebaskan setelah bersedia untuk menginjak sebuah fumi-e (sebuah pahatan crucifix), sebuah tindakan yang melambangkan penolakan iman. Kemudian, Rodrigues dibawa di bawah kawalan ke garis pantai untuk menyaksikan beberapa orang. Di kejauhan, ia menyaksikan Garupe yang sebelumnya menemaninya dan tiga tahanan lainnya dipandu ke garis pantai di bawah kawalan terpisah. Masih di kejauhan, tiga tahanan lainnya di bawah ke lepas pantai pada sebuah perahu kecil dan kemudian ditenggelamkan satu per satu dari perahu agar Garupe menyangkal imannya. Rodrigues dicekal oleh para pengawal di pantai saat ia menyaksikan Garupe menolak untuk murtad. Ia kemudian menyaksikan Garupe ditenggelamkan juga seperti tiga tahanan lainnya saat ia berusaha untuk berenang di lepas pantai dalam rangka berupaya untuk menyelamatkan tahanan terakhir yang ditenggelamkan.
Setelah beberapa saat, Rodrigues kemudian dibawa untuk menemui Ferreira. Ferreira berkata bahwa ia memutuskan untuk murtad saat disiksa, dan menyatakan bahwa setelah 15 tahun di negara tersebut dan setahun di kuil, ia meyakini bahwa Kekristenan adalah kesia-siaan di Jepang. Rodrigues tak mempercayainya, namun Ferreira bersikeras. Pada malam tersebut di sel tahanannya, Rodrigues mendengar bahwa lima orang Kristen disiksa. Ferreira menyatakan kepadanya bahwa mereka siap murtad; kemurtadannya adalah tuntutan Jepang. Saat Rodrigues dihadapkan ke sebuah fumi-e, ia mendengar suara Yesus yang memberikannya ijin untuk menginjaknya, dan ia melakukannya.
Bertahun-tahun kemudian, setelah Ferreira wafat, Kichijiro membujuk Rodrigues untuk melayaninya lagi, namun Rodrigues menolak, berkata bahwa ia bukan lagi seorang imam. Kichijiro kemudian memberikan sebuah kantung yang ia klaim dimenangkan saat berjudi yang berisi sebuah jimat relijius yang ia klaim sebagai miliknya sendiri. Ia pergi menjauh dan tak pernah terdengar lagi. Beberapa tahun kemudian, Rodrigues meninggal. Ia ditempatkan dalam sebuah peti mati kayu bundar besar, dan jasadnya dikremasi. Di tangannya terpegang sebuah crucifix ukiran yang diberikan kepadanya saat ia pertama kali datang ke Jepang.
Pemeran
Andrew Garfield sebagai Sebastião Rodrigues (berdasarkan pada Giuseppe Chiara, yang kemudian dalam film tersebut disebut dengan nama Okada San'emon). Dalam wawancara, Garfield berkata bahwa ia melakukan persiapan selama setahun khusus untuk peran tersebut dengan James Martin, seorang imam Yesuit yang berpraktik di New York. Garfield menjelaskan bahwa persiapan dengan Martin meliputi riset dan penerapan khusus dalam kehidupan dan wadah berpikir Yesuit yang terasa khas pada keakuratan film tersebut yang dibuat oleh para produsernya. Garfield, yang mengalami wadah media tersebut, mengabarkan bahwa menurunkan 40 pound untuk memainkan peran tersebut setelah pengaturan pantangan yang diberikan kepadanya oleh Martin.
Adam Driver sebagai Francisco Garupe. Baik Driver maupun Garfield sama-sama menjalani doa tenang Yesuit selama 7 hari dengan bantuan sarjana Yesuit Martin untuk mempersiapkan peran mereka dalam film tersebut. Garfield, dalam sebuah wawancara dengan Stephen Colbert, menyatakan bahwa kedua aktor tersebut merasakan kekhasan dalam mempersiapkan peran mereka dan Driver menurunkan hampir 50 pound untuk mempersiapkan perannya dalam film tersebut.
Shinya Tsukamoto sebagai Mokichi. Tsukamoto merasakan bahwa hubungan karakternya dengan Rodriguez adalah pengaruh utama pada konten tematik dari film tersebut. Ia mengadopsi gaya hidup berpuasa dan pantangan dari interaksi sosial sepanjang produksi film tersebut. Ia mengabarkan bahwa ia dan Garfield berusaha untuk merasuki peran dari karakter masing-masing pada saat pengambilan gambar.
Liam Neeson sebagai Yesuit Cristóvão Ferreira (yang kemudian dalam film tersebut disebut dengan nama Sawano Chūan)
Tadanobu Asano sebagai Seorang Penerjemah
Ciarán Hinds sebagai Yesuit Alessandro Valignano
Issey Ogata sebagai Inoue Masashige (berdasarkan pada Konselor Besar abad ke-17 (ōmetsuke))
Yoshi Oida sebagai Ichizo
Yōsuke Kubozuka sebagai Kichijiro
Nana Komatsu sebagai Mónica (Haru)
Ryo Kase sebagai João (Chokichi)
Béla Baptiste sebagai Dieter Albrecht
Produksi
= Pengembangan
=
Dalam sebuah wawancara dengan America Magazine pada Desember 2016, Scorsese menyatakan bahwa ia, kali pertama, membaca novel Shūsaku Endō pada 1989 saat diundang oleh Akira Kurosawa ke Jepang untuk berakting sebagai peran utama dari salah satu cuplikan dalam film Kurosawa Dreams. Scorsese menjelaskan dalam wawancara tersebut tentang bagaimana ia membaca novel tersebut saat dalam perjalanan antara bandara dan hotel di Jepang dimana ia berperan sebagai Vincent Van Gogh dalam film Kurosawa.
Silence dianggap merupakan sebuah "proyek yang disenangi" dari Scorsese dan telah dikembangkan sejak 1990, dua tahun setelah perilisan film paling kontroversial Scorsese, The Last Temptation of Christ, yang juga sangat bertemakan keagamaan. Scorsese pertama kali membaca novel tersebut pada 1989 dan mengambil hak film tersebut pada masa setelahnya. Saat ditanya kenapa ia masih meminati proyek tersebut selama lebih dari 26 tahun, Scorses menyatakan: "Saat kau makin tua, gagasan datang dan pergi. Pertanyaan, jawaban, kehilangan jawaban lagi dan pertanyaan lain, dan ini yang benar-benar aku pahami. Ya, perfilman dan orang-orang dalam hidupku dan keluargaku adalah yang paling berpengaruh, namun tetap saja aku makin tua, terdapat hal lain...
Silence tetap menjadi suatu hal yang aku gambarkan dalam cara ini. Ini menjadi sebuah obsesi, ini telah dilakukan... ini adalah sebuah kisah nyata yang menakjubkan dan kuat, sebuah cerita seru dalam sebuah cara, namun ini sejalan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut."
Pada 2009, dengan dimulainya produksi, Scorsese dan kru produksi datang ke Nagasaki, Jepang, mengunjungi tempat-tempat asli yang tersaji sebagai latar belakang novel Endō. Penjelajahan lokasi tambahan dilakukan di Kanada. Namun,
Silence memasuki keadaan neraka pengembangan tak lama setelahnya, dan Scorsese memutuskan untuk lebih dulu mengerjakan Shutter Island dan Hugo. Pada Desember 2011, Scorsese menyatakan bahwa
Silence akan menjadi film berikutnya. Pada bulan Maret, meskipun ia awalnya menundanya dan kemudian mengurungkannya, Scorsese kembali befokus pada film The Wolf of Wall Street dan juga memutuskan untuk segera menyutradarai
Silence. Namun, pada waktu itu, publisit Scorsese menyatakan bahwa
Silence akan muncul lebih dulu. Pada bulan Mei, film tersebut diambil produser lainnya dalam Cecchi Gori Pictures yang baru bangkit, yang menempatkan proyek tersebut mula-mula pada daftar film mendatangnya. Cecchi Gori terlibat dalam pra-produksi untuk
Silence, namun tahun-tahun persengketaan hukum tak terkait telah mengganggu keterlibatannya dengan film tersebut.
Setelah pemfilman The Wolf of Wall Street dilakukan pada Januari 2013, Scorsese menolak untuk menyusulnya dengan film apapun selain
Silence. Pada 19 April 2013, Scorsese mengumumkan bahwa ia akan memulai produksi
Silence pada 2014, setelah 23 tahun tertunda. Irwin Winkler diumumkan sebagai produser pada hari yang sama, sementara Randall Emmett dan George Furla akan membiayai produksinya melalui perusahaan mereka Emmett/Furla Films. Corsan Films milik Paul Breuls juga dikabarkan mendanai produk tersebut. Selain itu, film tersebut diumumkan akan mengambil gambar di Taiwan.
Produser Irwin Winkler menyatakan bahwa pilihan pemfilman di Taiwan adalah karena berbiaya rendah. "[Film tersebut] sangat, sangat menghabiskan biaya, dan ini memerlukan biaya, karena ini terjadi pada tahun 1670 di Jepang. Kami beruntung dan mengetahui soal Taipei, dan di dalam dan di sekitaran Taipei dan Taiwan, kami menemukan lokasi-lokasi besar. Harganya sangat murah, dan kami bisa membuatnya untuk sebuah harga." Winkler menyatakan bahwa biaya ramping tersebut memaksa beberapa pemeran dan kru, termasuk dirinya sendiri, untuk berkarya dengan biaya yang minimum: "Dan semua aktor, Liam Neeson, Adam Driver, setiap orang berkarya berskala. Marty berkarya berskala, Aku berkarya di bawah skala. Kami memberikan uang kembali." James Martin, seorang imam Yesuit dan sarjana Katolik terpublikasi, bekerja sama dengan para pembuat film untuk mewujudkan penggambaran akurat dari Yesuit.
= Klaim hukum
=
Komitmen pembuatan film kompleks Scorsese terhadap berbagai proyek film menimbulkan tantangan hukum awal sebelum pemfilman
Silence diinisiasikan. Pada Agustus 2012, Cecchi Gori Pictures menggugat Scorsese atas tuduhan pelanggaran perjanjian kontrak terkait
Silence. Menurut perusahaan tersebut, pada 1990 Scorsese menandatangani sebuah perjanjian tertulis untuk menyutradarai
Silence. Scorsese berjanji membuat film tersebut setelah Kundun pada tahun 1997, dan Cecchi Gori Pictures tampaknya berinvestasi lebih dari $750,000 untuk keperluan ini. Namun, Scorsese memilih untuk lebih dulu membuat Bringing Out the Dead, Gangs of New York, dan The Aviator.
Pada 2004, Scorsese dikatakan menandatangani kesepakatan untuk menunda film tersebut lebih lanjut dalam rangka menyutradarai The Departed dan Shutter Island. Pada 2011, Scorsese kembali menyepakati perjanjian lainnya, menunda
Silence untuk menyutradarai Hugo. Cecchi Gori Pictures menyatakan bahwa Scorsese sepakat untuk membayar "kompensasi substansial dan biaya-biaya berharga lainnya" dalam rangka menyutradarai The Departed, Shutter Island, dan Hugo lebih dulu. Perusahaan tersebut berkata bahwa dendanya sejumlah "$1 juta sampai $1.5 juta ditambah 20 persen kompensasi balik Scorsese." Komplain tersebut terpusat pada tuduhan perusahaan tersebut bahwa Scorsese gagal untuk membayar denda atas kesepakatan untuk Hugo, dan bahwa ia melanggar masa kontrak dengan memfilmkan The Wolf of Wall Street lebih dulu dari
Silence. Scorsese, melalui para perwakilannya, menanggapi, "Klaim-klaim yang dimajukan seluruhnya berseberangan, tak sejalan, dan berlawanan dengan hal-hal yang tercantum dari sebuah perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak tersebut pada tahun terakhir." Ia juga mengeluarkan gugatan hukum atas dakwaan "penggantian media" dan "tindakan tak menenangkan". Gugatan hukum tersebut dimajukan pada 17 Januari 2014. Pencantuman pemajuan tersebut ditangguhkan.
= Penulisan
=
Film tersebut menandai adaptasi kedua dari novel Shūsaku Endō, yang sebelumnya diadaptasi oleh Masahiro Shinoda ke dalam film tahun 1971 bernama sama. Scorsese menulis skenario awal pada 1991 dengan penulis dan kolaborator jangka panjang Jay Cocks. Namun, mereka tak senang dengan naskah tersebut dan memutuskan untuk menulis ulang pada 15 tahun berikutnya. Kemudian, penerjemah resmi Endō, Van C. Gessel, yang telah menerjemahkan delapan novel buatannya, membantu sebagai konsultan pada film tersebut. Skenarionya akhirnya difilmkan dalam ulasan kritis sebagai penggambaran akurat dari novel tersebut seperti yang ditulis oleh Endo. Sejarawan keagamaan Haruko Nawata Ward menyatakan bahwa pencantuman crucifix kecil di tangan almarhum imam pada akhir film tersebut adalah sebuah keputusan auteur yang dibuat oleh Scorsese yang tak tercantum dalam buku asli Endo.
= Pemeranan
=
Bermula dari 2009 sampai 2010, Daniel Day-Lewis, Benicio del Toro, dan Gael García Bernal menegosiasikan para pemerannya. Pada 2011, film tersebut resmi kehilangan keterlibatan Day-Lewis, del Toro, dan García Bernal. Pada Mei 2013, Andrew Garfield dan Ken Watanabe bergabung dalam pemeranan dengan Watanabe sebagai penerjemah para imam digantikan oleh Tadanobu Asano pada Januari 2015 karena jadwal yang berbenturan. Pada Januari 2014, Adam Driver dan Liam Neeson bergabung dengan film tersebut, dengan Driver sebagai Francisco Garupe, imam Yesuit kedua, dan Neeson sebagai mentor para imam tersebut, Cristóvão Ferreira.
= Pemfilman
=
Pada Januari 2012, Scorsese mendiskusikan kemungkinan pemakaian 3D, yang kemudian direkondisikan pada masa berikutnya. Pada Februari 2014, Scorsese telah memulai pengambilan gambar di Taiwan, dengan memfilmkannya pada musim panas, dan kemudian menggenjotnya kembali sampai awal tahun 2015. Fotografi prinsipal dilakukan di Taiwan dari 20 Januari – 15 Mei 2015.
Pada 28 Januari 2015, produksinya mengalami sebuah kecelakaan di CMPC Studios, Taiwan. Menurut jurubicara film tersebut, sebuah insiden tragis terjadi dalam salah satu tempat produksi saat sebuah langit-langit ambruk yang mengakibatkan seorang karyawan tewas dan dua orang luka-luka.
= Musik
=
Musik untuk film tersebut dikomposisikan oleh Kim Allen Kluge, mantan direktur musik di Quad City Symphony Orchestra, dan Kathryn Kluge. Sebagian besar soundtrack meliputi suara samudra dan nokturnal ambien yang diulang-ulang pada beberapa rekaman. Sebuah soundtrack 51 menit dari 25 rekaman dirilis pada 17 Februari 2017 oleh studio rekaman untuk Rhino Warner Classics di bawah nomor rilis ASIN B01N7S3IB9. Sebuah rekaman khusus berjangka 12 menit berjudul "Meditation" dicantumkan sebagai rekaman utama pada perilisan soundtrack tersebut.
Perilisan
Scorsese menawarkan beberapa kesepakatan distribusi saat ia menghadiri Festival Film Cannes tahun 2013. Pada Juli 2014, Paramount Pictures mengambil hak distribusi untuk Amerika Serikat dan secara optimis merencanakan perilisannya pada akhir 2015. Membicarakan film tersebut pada Maret 2016, Winkler menyatakan bahwa film tersebut sedang dalam proses penyuntingan dan film tersebut akan dirilis "pada akhir tahun", mengkonfirmasikan tanggal perilisan tahun 2016. Pada Agustus 2016, Scorsese menyatakan bahwa film tersebut akan selesai pada Oktober, dan perilisan tahun 2016 dari film tersebut tergantung pada Paramount. Paramount Pictures merilis trailer pertama untuk film tersebut pada 22 November 2016.
Penayangan perdana dunia dari film tersebut dilakukan di Pontifical Oriental Institute di Roma pada 29 November, disusul oleh penayangan khusus pada keesokan harinya di Vatican City. Film tersebut meraih perilisan terbatas (di empat bioskop) pada 23 Desember 2016 dalam rangka dikualifikasikan untuk nominasi Oscar tahun 2017, yang diperluas ke 1580 bioskop pada 20 Januari.
= Media rumah
=
Perilisan DVD dari film tersebut direncanakan pada 28 Maret 2017, dengan tanggal perilisan dibuat lebih awal pada 14 Maret 2017 dalam bentuk rekaman digital dari film tersebut.
Sambutan
= Box office
=
Silence meraih keuntungan sejumlah $7.1 juta di Amerika Serikat dan Kanada dan $16.6 juta di kawasan lainnya dengan total seluruh dunia sejumlah $23.7 juta, berbanding dengan biaya produksinya yang sejumlah $50 juta.
Di Amerika Utara, film tersebut ditayangkan bersamaan dengan penayangan Monster Trucks, The Bye Bye Man dan Sleepless, serta ekspansi besar dari Live by Night dan Patriots Day, dan meraih keuntungan sejumlah $4–6 juta dari 747 bioskop pada akhir pekan pembukaan MLK selama empat hari. Film tersebut mengakhiri debutnya dengan $1.9 juta (total empat hari sejumlah $2.3 juta), meraih peringkat ke-15 di box office. Deadline.com menyatakan bahwa pembukaan film tersebut rendah dan nominasi penghargaan besarnya kurang.
Secara serupa, The Hollywood Reporter menyatakan bahwa, tak seperti beberapa film lainnya yang dirilis,
Silence tampil rendah di bioskop-bioskop dan dirilis pada saat pasaran "terlalu banyak drama keluarga" dan "kurangnya peminatan dalam materi subyek tersebut".
= Tanggapan kritis
=
Pada situs web agregator ulasan Rotten Tomatoes, film tersebut meraih rating persetujuan sebanyak 85% berdasarkan pada 220 ulasan, dan rating rata-rata 7.6/10. Konsensus kritis dari situsnya menyatakan bahwa, "
Silence mengakhiri karya kreatif berdekade-dekade Martin Scorsese dengan resonan emosional dan terpikirkan yang tampak dalam spiritualitas dan alam manusia yang berdiri di antara karya-karya bagus buatan sutradara tersebut." Pada Metacritic, yang memberikan rating ternormalisasi, film tersebut meraih skor 79 dari 100, berdasarkan pada 48 kritikus, yang mengidikasikan bahwa "banyak ulasan yang menyukainya".
Matt Zoller Seitz dari RogerEbert.com memberikan film tersebut empat dari empat bintang, menyatakan bahwa, "
Silence adalah sebuah karya monumental, dan menekankannya. Ini menempatkanmu ke neraka dengan tanpa janji pencerahan, hanya serangkaian pertanyaan dan proposisi, sensasi dan pengalaman... Ini bukanlah sebuah bentuk dari film yang kau 'sukai' atau 'tak disukai.' Ini adalah sebuah film yang kau akami dan kemudian tinggal dengannya." Richard Roeper menganugerahi film tersebut empat dari empat bintang, berkata, "Saat Ferreira akhirnya muncul dan kita mengetahui kebenaran tentang dimana ia berada sepanjang masa ini, ini makin menyajikan tema utama Scorsese tentang konflik antara mengikuti janji-janji keramat seseorang dan keyakinan tradisional dan melakukan hal yang baik, hal yang bijak, hal bermoral, pada tingkat paling pragmatik."
Beberapa pengulas seperti Justin Chang dan Mark Kermode menyoroti kolaborasi Scorsese dengan kru produksinya dan dengan para pemerannya karena berkontribusi pada kualitas film tersebut. Menulis untuk Los Angeles Times, Justin Chang menyebut film tersebut sebagai sebuah "adikarya yang menyedihkan" bagi Scorsese dengan menyatakan: "Berkarya dengan para kolaborator berpendirian dari masa lampau seperti penyunting Thelma Schoonmaker, perancang produksi Dante Ferretti dan sinematografer Rodrigo Prieto, Scorsese telah melakukan melebihi pembangkitan suatu penglihatan dari Jepang heodal...
Silence terasa kurang seperti suasana adaptasi ketimbang adegan perwakilan artistik". Mark Kermode yang menulis untuk The Guardian menyinggung penampilan khusus dari serangkaian pemeran pendukung Jepang dengan berkata: "Namun, para bintang sebenarnya adalah pemeran Jepang, dari kekuatan enigmatik Yōsuke Kubozuka, Kichijiro... sampai kakak Ichizo yang saleh Yoshi Oida, sampai desa dimana para imam bawakan keselamatan sekaligus penderitaan. Sebagai seorang penerjemah bergigi perak dan murah senyum, Tadanobu Asano adalah sebuah penutup kebebalan dari inkuisitor, Inoue, bermain dengan mimik beterbangan dari Issey Ogata".
Selain kualitas naratif dari film tersebut, pembuatan film juga dipuji untuk kedalaman dan pemikiran dari isi tematiknya. Peter Travers dari Rolling Stone, yang memberikan film tersebut 3½ bintang dari empat, menyatakan bahwa
Silence "menawarkan secara frustasi beberapa jawaban namun semuanya adalah hak pertanyaan" dan berpendapat bahwa film tersebut adalah salah satu "film paling menggerakkan spiritualitas sampai sekarang" karya sutradara tersebut. Dalam Slant, Jesse Cataldo berkata, "Peletakan dalam kolam kesamaran dan ketidakjelasan yang besar yang menimbulkan wadah dari sebuah kekakuan, kepercayaan budiman, Scorsese merajut sebuah karya multifaset, serba guna yang memajukan refleksi dan kontemplasi serius." Alissa Wilkinson dari Vox menyatakan bahwa
Silence "adalah salah satu film kagamaan paling indah, tak tersetting dan termurni yang pernah dibuat". John Ehrett dari The Federalist sangat memuji film tersebut, dengan berkata, "
Silence adalah sebuah adikarya tentang paradoks iman yang paling banyak dilihat." Ehrett kemudian berkata, "Kompleksnya membangkitkan,
Silence mengeksplor pengartian dan dilema iman Kristen, dan secara berkeputusan menyajikan sebuah markah baru untuk film-film keagamaan."
Beberapa pengulas mengutip aspek-aspek warisan dari film tersebut bagi Scorsese dan membandingan Scorsese dengan para sutradara tersohor seperti Ingmar Bergman. Ty Burr dari The Boston Globe berkata, "Film tersebut dipromosikan sebagai karya ketiga dalam trilogi iman tak resmi karya sutradara tersebut, setelah The Last Temptation of Christ (1988) dan Kundun (1997), dan ini terasa seperti sebuah adikarya yang mawas diri, sebuah penjelasan dari seorang pembuat film yang, pada usia 74 tahun, memikirkan warisannya." Joshua Rothkopf dari Time Out London memberikan film tersebut lima bintang dari lima, dengan berkata, "Scorsese telah mengenai ketinggian langka dari para pembuat film seperti Ingmar Bergman dan Carl Theodor Dreyer, para artis yang memandang agama sebagai medan tempor yang bahkan meninggalkan hal terkuat dalam permasalahan, kompromi dan perpecahan." Emma Green dari The Atlantic memberikan pujian yang tinggi kepada film tersebut dengan berkata, "Ini adalah apa yang membuat film Scorsese sangat radikal dan sangat tak seperti beberapa film tentang agama: Ini benar-benar seni." Robbie Collin dari The Telegraph memberikan film tersebut lima bintang dari lima, dengan berkata, "epik spiritual brutal Scorsese akan mengguncang dan membolak-balikan jiwamu." Collin kemudian menambahkan, "Ini adalah jenis dari karya seorang pembuat film besar yang hanya dapat ditekan dengan kehandalan mutlak sepanjang masa di baliknya".
Film meraih kritikan. Menulis untuk Variety, Peter Debruge menemukan masalah-masalah besar dalam film tersebut dengan berkata, "Meskipun secara tak terbantahkan menegangkan, film tersebut terlalu lama, terlalu membosankan, dan terlalu tak mengena pada beberapa momen paling kritisnya. Ini terlalu terisi dengan ketakutan-ketakutan Scorsese, terlalu keras bagi kebanyakan orang polos, dan terlalu rancu bagi beberapa penikmat film yang membuang-buang harapan untuk mendapatkan hal-hal yang semacam itu." John Patterson dari The Guardian mernyatakan dalam ulasannya, "Aku khawatir bahwa
Silence memberikan kejenuhan karena jangka waktunya yang lama. Ini adalah karya yang tampak indah, namun terasa hambar, kurang menghibur dan terlalu polos (untuk dikatakan tak ada yang terlalu panjang, adaptasi tahun 1971 buatan Masahiro Shinoda dari novel tahun 1966 buatan Shūsako Endō berbanding kurang dari 30 menit ketimbang Scorsese). Mungkin agar melompati kesalehan yang diperlukan tuntuk menyelamatkannya secara utuh–dan Aku menyadari bahwa aku tak dapat menemukannya."
Perilisan DVD mendatangkan rating audien yang tinggi atas ulasan-ulasan perilisan teater yang meraih 4 dari 5 bintang rating persetujuan dari situs evaluasi DVD dunia maya.
= Sambutan industri
=
Silence meraih sebuah nominasi Oscar untuk Sinematografi Terbaik di Academy Awards ke-89. Selain penghargaan kompetitif lainnya dimana film tersebut meraih penghargaan, American Film Institute memilih
Silence sebagai salah satu dari sepuluh Film Tahun Ini-nya.
Analisis
Scorsese telah menyatakan dalam wawancara-wawancara bahwa beberapa aspek tersulit dari film tersebut untuk diwakilkan adalah tema-tema spiritual yang dihadirkan dalam buku asli Endo yang dipakai untuk film tersebut. Versi pertama dari naskahnya yang ia upayakan untuk tulis dengan salah satu penulisnya Jay Cocks hanya diputuskan untuk mengambil jalan tengah melalui material tersebut, sebelum menyesampingkan set karena kesensitifan tak tertolong pada aspek-aspek spiritual dari buku tersebut. Scorsese dikatakan memakan beberapa tahun untuk menjalankan sebuah cara untuk mewujudkan sebuah keakuratan dan menginformasikan pemfilman dari adegan-adegannya, yang melibatkan peralihan spiritual di antara para pemeran dalam film tersebut.
Caesar A. Montevecchio dari Universitas Notre Dame menerbitkan sebuah pernyataan teologi dari tema-tema spiritual dalam film yang terkonsentrasi pada tindakan pencabutan imam yang ditampilkan menjelang akhir dengan berkata: "Adegan klimatik saat Rodrigues menginjak fumie membuat jelas bahwa
Silence benar-benar berkisah tentang objek iman Kristen sebagai pengalaman iman tersebut. Sebuah suara ambien dan langsung menguras semuanya, Rodrigues mendengar suara Yesus berkata kepadanya untuk menginjak, bahwa itu adalah agar Yesus datang ke dunia. Objek iman menjadi seorang Yesus yang menjadi pahlawan rasa malu, yang mengambil kesadaran dan menyelamatkan umat manusia saat Ia disalib, ketimbang seorang pahlawan yang dielu-elukan. Yesus dari
Silence adalah salah satu perwujudan kenosis (pengosongan diri), dan suatu hal yang dalam jasa bahwa kenosis secara radikal bersimpati dengan kesadaran, dan kerapuhan, dari manusia, bahkan orang-orang seperti Yudas dan Kichijiro."
Aaron Baker dalam bukunya A Companion to Martin Scorsese menyinggung aspek-aspek tema teologi dalam film tersebut dengan berkata bahwa: "Menurut sebuah analisis dari film tersebut oleh teolog Jepang-Amerika Fumitaka Masuoka, hal penting pada gagasan tersebut adalah bahwa kesunyian (
Silence) Allah adalah pesan sebenarnya dari Allah, bukannya kesunyian nihil, atau 'ketiadaan', namun lebih kepada '"penyertaan" bagi kelupaan dan penderitaan', dan kesunyian yang dialami umat Kristen sangat diharapkan untuk keselamatan. Implisit disini adalah bahwa Matsuoka mengistilahkan 'sebuah unsur tak tentu', sebuah kemungkinan bahwa nihil dari kekosongan, ketiadaan arti, dan ketiadaan harapan kemudian akan lenyap. Ketidaktentuan tentang nasib jiwa (atau diri sendiri, bagi sekuleris) terbentang di hati pengalaman manusia, menginjeksi beberapa pikir dengan ketakutan, tantangan dan kesakitan menjelang wafat yang dituliskan Søren Kierkegaard."
Lihat pula
Silence (film 1971), sebuah adaptasi film Jepang dari novel Shūsaku Endō, yang disutradarai oleh Masahiro Shinoda.
Referensi
Pranala luar
Silence di IMDb (dalam bahasa Inggris)
(Inggris)
Silence di Box Office Mojo
(Inggris)
Silence di Metacritic
Silence di Rotten Tomatoes (dalam bahasa Inggris)