Spektroskopi emisi atom plasma gandeng induktif (bahasa Inggris: Inductively coupled
plasma atomic emission spectroscopy, ICP-AES), juga dikenal sebagai spektrometri
emisi optik
plasma gandeng induktif (ICP-OES), adalah teknik analisis instrumen yang digunakan untuk menganalisis unsur kimia. Instrumen ini adalah
Spektroskopi emisi yang menggunakan
plasma gandeng induktif untuk menghasilkan
atom dan ion tereksitasi yang memancarkan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang spesifik untuk setiap unsur.
plasma berasal dari gas yang telah terionisasi (kebanyakan argon) dan dihasilkan dan ditahan oleh kumparan
induktif. Suhu sumber
plasma berada pada kisaran antara 6000 hingga 10.000 K. Intensitas sinar
emisi yang dihasilkan setiap unsur berbanding lurus dengan konsentrasihya.
Mekanisme
ICP-AES terdiri dari dua bagian: ICP dan spektrometer optik. Obor ICP terdiri dari 3 tabung kaca kuarsa konsentris.
ICP memiliki dua mode operasi, yang disebut mode kapasitif (E) dengan kepadatan
plasma rendah dan mode
induktif (H) dengan kepadatan
plasma tinggi. Obor ICP-AES dioperasikan dalam mode H.
Ketika obor dinyalakan, medan elektromagnetik yang kuat dihasilkan di dalam kumparan oleh sinyal frekuensi radio berdaya tinggi yang mengalir dalam kumparan. Sinyal radio ini dibuat oleh generator RF yang secara efektif merupakan pemancar radio berdaya tinggi yang menggerakkan "kumparan kerja" dengan cara yang sama seperti pemancar radio biasa menggerakkan antena pemancar. Instrumen pada umumnya beroperasi pada frekuensi 27 hingga 40 MHz. Gas argon yang mengalir melalui obor dilucuti oleh transformator Tesla dan proses ionisasi dimulai.
Gas argon terionisasi dalam medan elektromagnetik yang kuat dan mengalir dalam pola simetris rotasi tertentu menuju medan magnet kumparan.
plasma stabil bersuhu sekitar 7000 K kemudian dihasilkan sebagai hasil tumbukan tidak elastis antara
atom argon netral dengan partikel yang telah bermuatan.
Pompa peristaltik mengirimkan larutan sampel ke dalam pengabut di mana sampel diubah menjadi kabut dan dialirkan ke dalam nyala
plasma. Sampel segera berinteraksi dengan elektron dan ion bermuatan dalam
plasma dan dengan sendirinya terpecah menjadi ion-ion bermuatan. Molekul-molekul dalam sampel berubah menjadi
atom bebas yang kemudian kehilangan elektron dan bergabung kembali berulang kali dalam
plasma.
atom tereksitasi, lalu terdieksitasi sambil memancarkan sinar pancar pada panjang gelombang yang spesifik untuk setiap unsur.
Dalam beberapa desain, gas tertentu, biasanya nitrogen digunakan untuk 'memotong' aliran
plasma di tempat tertentu. Satu atau dua lensa kemudian digunakan untuk memfokuskan cahaya
emisi pada kisi difraksi di mana cahaya polikromatis diurai menjadi monokromatis.
Di dalam ruang optik, setelah cahaya dipisahkan menjadi panjang gelombang (warna) yang berbeda, intensitas cahaya diukur dengan detektor yang mengubah cahaya menjadi sinyal listrik seperti tabung pengganda cahaya (photomultiplier tube) atau, dalam unit yang lebih modern, warna yang dipisahkan jatuh pada susunan fotodetektor semikonduktor seperti peranti tergandeng-muatan (Charge-coupled device, CCD). Susunan detektor seperti CCD membuat berbagai unsur dalam sampel dapat dianalisis sekaligus.
Intensitas cahaya dari sampel kemudian dibandingkan dengan intensitas cahaya dari deret standar yang telah diukur sebelumnya dan telah diketahui konsentrasinya, di mana konsentrasi unsur dalam sampel kemudian dihitung dengan interpolasi dalam kurva kalibrasi.
Selain itu, perangkat lunak khusus umumnya digunakan untuk mengoreksi gangguan yang disebabkan oleh adanya elemen yang berbeda dalam matriks sampel yang diberikan.
Sejarah
Upaya pertama untuk memanfaatkan
emisi plasma sebagai metode analisis
Spektroskopi diterbitkan pada tahun 1956 oleh Eugen Bădărău. Pada tahun 1964, Stanley Greenfield bekerja di Albright & Wilson adalah orang pertama yang menggunakan ICP untuk analisis noneksperimental. ICP-AES diproduksi secara komersial untuk pertama kalinya oleh KONTRON pada tahun 1975.
Aplikasi
Instrumen ICP-AES dapat digunakan dalam analisis kadar logam dalam minuman anggur, kadar arsen dalam makanan, dan jejak unsur terikat pada protein.
Pada tahun 2008, teknik ini digunakan di Universitas Liverpool untuk menunjukkan bahwa jimat Khi-rho yang ditemukan di Shepton Mallet dan sebelumnya diyakini sebagai salah satu bukti awal Kekristenan di Inggris, ternyata berasal dari abad kesembilan belas.
ICP-AES sering digunakan untuk analisis jejak unsur di tanah, dan karena alasan itu sering digunakan dalam analisis forensik untuk menyelidiki sampel tanah yang ditemukan di TKP atau korban dll.
Instrumen ini juga menjadi metode analisis yang populer untuk menentukan kadar nutrisi di lahan pertanian. Informasi ini kemudian digunakan untuk menghitung jumlah pupuk yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasil dan kualitas tanaman.
ICP-AES juga digunakan untuk analisis oli motor. Analisis oli motor bekas mengungkapkan banyak hal tentang kinerja mesin. Bagian mesin yang aus akan meninggalkan jejak tertentu di dalam oli yang dapat dianalisis dengan ICP-AES. Analisis dengan ICP-AES dapat membantu menentukan bagian mesin mana yang rusak. Selain itu, ICP-AES dapat menunjukkan berapa lama masa pakai oli yang tersisa. Analisis oli sering digunakan oleh perusahaan atau penggemar otomotif yang tertarik untuk mengetahui berbagai informasi tentang kinerja mesin. ICP-AES juga digunakan selama produksi oli motor (dan minyak pelumas lainnya) untuk pengendalian kualitas dan penyesuaian dengan spesifikasi produksi dari industri.
Referensi
Pranala luar
Inductively Coupled
plasma/Optical Emission Spectrometry in Encyclopedia of Analytical Chemistry
Inductively-Coupled
plasma (ICP) Excitation Source [User name and password required]