- Source: Sri Suparyati Soenarto
Sri Suparyati Soenarto (lahir 5 Februari 1944) atau yang sering dikenal dengan nama Yati Soenarto merupakan seorang dokter dan peneliti pada bidang pediatri dari Indonesia. Beliau terkenal atas penemuan rotavirus sebagai penyebab penyakit diare di Indonesia dan pengembangan vaksin RV3-BB yang merupakan vaksin rotavirus. Pengembangan vaksin ini akan menciptakan vaksin yang lebih murah dan terjangkau sehingga dapat menurunkan angka diare di Indonesia dan Australia sehingga dapat dimasukkan kedalam program imunisasi nasional. Soenarto merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran di Universitas Gadjah Mada dan Kepala Dewan Pengawas Harian Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito. Yati menerima penghargaan Nasional Bakrie Award pada tahun 2010 dan Pediatric Award dari Asosiasi Dokter Anak Asia Pasifik pada tahun 2009.
Kehidupan pribadi dan pendidikan
Yati adalah anak dari seorang dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT) dengan nama R. Soeratiman Poerbohusodo dan cucu dari Raden Mas Goembrek yang merupakan dokter spesialis paru.Pada awalnya, dia berniat menjadi guru tari di Amerika Serikat, namun mengurungkan niatnya karena peristiwa sanering. Yati melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran pada tahun 1963 dan menyelesaikan studi sebagai dokter umum pada tahun 1970 dan pada tahun 1975 mengambil dokter spesialis anak dari Universitas Gajah Mada. Selanjutnya, dia lulus dan mendapatkan gelar Doktor Filsafat dari Fakultas Kedokteran di Vrije Universiteit Amsterdam pada tahun 1997.
Yati merupakan istri dari Prof (Emeritus) Dr dr Soenarto Sastrowijoto SpTHT dan memiliki tiga orang anak,
Karier
Pada awal dekade 1980an, Yati menjadi perwakilan Yayasan Rockefeller untuk UGM selama tujuh tahun. Pada tahun 1996, Yati menjabat sebagai Freeman fellow dari Sekolah Kedokteran Harvard dibawah bimbingan Profesor Mary Jo Good dan Byron Good. Pada tahun 2007, Yati menjadi Profesor Dokter anak di UGM.
Kontribusi dalam pengenalan vaksin rotavirus di Indonesia
Pada awal dekade 1970an, Yati menemukan bahwa satu dari 3 orang pasiennya di Rumah Sakit UGM meninggal karena dehidrasi akibat diare dan dia tidak tahu penyebabnya. Lalu, pada tahun 1973, Ruth Bishop bersama dengan Geoffrey Davidson, Ian Holmes, dan Brian Ruck menemukan rotavirus pada manusia dari percobaannya terhadap usus anak-anak penderita gastroenteritis. Lalu, pada tahun 1976, Yati memulai kolaborasi penelitian antara Universitas Gadjah Mada dan Universitas Melbourne terhadap penyakit diare dan pada tahun 1977, mereka berhasil mengidentifikasi bahwa penyebab diare pada anak-anak merupakan rotavirus seperti yang diduga sebelumnya.
Pada tahun 2001, Yati menemukan penggunaan tempe sebagai makanan untuk bayi berusia 6 -24 bulan mampu mengurangi durasi penyakit diare akut. Pada penelitian tahun yang dilakukan pada tahun 2006, diketahui bahwa 60% penderita diare yang ada di enam rumah sakit di Indonesia dinyatakan positif mengandung rotavirus. Selanjutnya, uji klinis fase II RV3-BB dilakukan di Indonesia pada tahun 2013 sampai tahun 2016 yang merupakan program kolaborasi antara Murdoch Children's Research Institute (MCRI) dan UGM. Uji klinis fase pertama telah dilakukan di Selandia Baru dan Melbourne.
Karena Rotateq dan Rotarix yang diproduksi di luar negeri harganya mahal, maka RV3-BB direncanakan akan dipasarkan oleh Bio Farma yang merupakan perusahaan lokal. Vaksin ini diharapkan akan dipasarkan secara nasional pada tahun 2022.
Penghargaan
Asosiasi Dokter Anak Asia Pasifik memberikan penghargaan Pediatric Award pada Yati atas kontribusinya selama 40 tahun dalam meneliti penyakit diare. Yati juga menerima penghargaan Bakrie Award pada tahun 2010 atas kontribusinya dalam pencegahan kematian balita oleh penyakit diare. Universitas Melbourne menghadiahkan Gelar Honoris Causa Doktor pada bidang kedokteran kepada Yati atas kerjasama UGM dan Universitas Melbourne selama 40 tahun.