- Source: Stasiun Tuntang
Stasiun Tuntang (TTG) merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Kecamatan Tuntang dan berada di daerah perbatasan antara Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +464 m ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang.
Sejarah
Stasiun ini dibangun pada 1871 dan dioperasikan pada 21 Mei 1873. Bangunan stasiun yang ada saat ini adalah generasi kedua yang berasal dari tahun 1905 ketika Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) membangun stasiun-stasiun baru. Gaya arsitektur stasiun ini mirip dengan Stasiun Bringin. Keduanya memiliki kesamaan gaya arsitektur "Chalet NIS" yang diperkenalkan NIS pada rancangan stasiun-stasiun barunya pada awal abad 20.
Dahulu, stasiun ini pernah dijadikan tempat transit dari layanan bus milik NIS yang memiliki trayek Stasiun Tuntang-Kota Salatiga. Pada 1921, layanan bus tersebut kemudian diakuisisi oleh perusahaan otobus swasta Eerste Salatigasche Transport Onderneming (ESTO).
Stasiun sempat dinonaktifkan pada tahun 1976 karena jalur ini kalah bersaing dengan moda transportasi lain, tetapi saat baru ditutup, sempat melayani kereta wisata Ambarawa-Tuntang. Sayang, hal tersebut tak berlangsung lama karena faktor rel yang rusak. Sebelumnya jalur sempat mangkrak ketika layanan kereta wisata ke Tuntang dihentikan, tetapi jalur kembali dibuka tahun 2002 setelah direnovasi. Awalnya, stasiun ini hanya dapat melayani lori Ambarawa-Tuntang, tetapi pada 2009 stasiun ini direnovasi dan kemudian melayani kereta uap wisata lagi.
Ada catatan yang menyebutkan bahwa penyair asal Prancis, Arthur Rimbaud, datang ke Jawa Tengah melalui stasiun ini pada 1876 untuk bergabung dengan KNIL di Salatiga.
Direncanakan jalur menuju Kedungjati akan dihidupkan kembali dan hal ini terwujud dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) atau Penandatanganan Kesepakatan Bersama antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo serta PT Kereta Api Indonesia (Persero) di Stasiun Ambarawa pada Senin 14 Januari 2013.
Kondisi umum
Bangunan stasiun ini tidak jauh berbeda dengan Stasiun Bringin, tetapi hanya berbeda di bagian samping stasiun tersebut.
Ke arah utara, rel masih ada, tetapi hanya sepanjang 300 meter; setelah itu rel mulai timbul tenggelam. Saat ini stasiun ini mempunyai dua jalur kereta api dan satu jalur kereta api baru yang sedang dibangun di sebelah gudang. Stasiun ini juga dilengkapi sub depo lokomotif yang baru dibangun. Sub depo lokomotif Tuntang telah dijadikan sebagai tempat penyimpanan sebagian lokomotif diesel dan direncanakan stasiun ini akan menjadi museum lokomotif diesel, mengingat sebagian lokomotif diesel elektrik yang diproduksi di bawah tahun 1970-an serta seluruh lokomotif diesel hidraulik di Jawa sudah hampir semuanya pensiun beroperasi (purna tugas) dan mulai dipreservasi.
Untuk segmen Kedungjati–Tuntang saat ini telah menjalani progres reaktivasi, tetapi saat ini proyeknya tersendat lantaran masalah pembebasan lahan. Untuk mendukung reaktivasi, bangunan Stasiun Bringin, Gogodalem, dan Tempuran harus dirombak atau direplikasi karena bangunannya sudah tua dan rawan karena tidak pernah dirawat.
Layanan
Kereta wisata Ambarawa–Tuntang (melayani pelangsiran lokomotif untuk kembali ke Museum Kereta Api Ambarawa).
Referensi
Pranala luar
(Indonesia) Jalur Kereta Api Mati, Potensi Wisata Baru Diarsipkan 2015-04-03 di Wayback Machine.
Kata Kunci Pencarian:
- Stasiun Tuntang
- Museum Kereta Api Ambarawa
- Sungai Tuntang
- Stasiun Bringin
- Stasiun Gogodalem
- Jalur kereta api Kedungjati–Secang
- Stasiun Tempuran
- Tuntang, Semarang
- Tuntang, Tuntang, Semarang
- Stasiun Cepu
- Tuntang railway station
- Kedungjati railway station
- Kereta Api Indonesia
- Semarang Tawang railway station
- Tegalluar railway station
- Jakarta Kota railway station
- Halim railway station
- Dukuh Atas BNI MRT station
- Garut railway station
- Sudirman railway station