Suku Sikka adalah komunitas adat yang berada di Kabupaten
Sikka, di Flores Timur Tengah, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Jumlah orang
Sikka diperkirakan sekitar lebih dari 350.000 orang. Menurut sebuah sumber menyatakan bahwa daerah asal orang
Sikka adalah di Kecamatan Bola, Lela, Maumere, dan Kewapante.
Suku Sikka dianggap sebagai salah satu bagian dari
Suku Mukang.
Suku Mukang terdiri dari 4
Suku yaitu
Suku Sikka, Krowe, Mukang, dan Muhang. Nama
Sikka juga adalah sebuah nama desa yang terletak di Kecamatan Lela berjarak sekitar kurang lebih 30 km dari Maumere, ibu kota Kabupaten
Sikka. Pada zaman dahulu desa
Sikka adalah pusat pemerintahan kerajaan
Sikka dan menjadi titik awal kedatangan bangsa Portugis di Flores.
Bahasa
Bahasa orang
Sikka berbeda dengan bahasa dari
Suku lainnya seperti
Suku Tana Ai yang juga merupakan salah satu
Suku yang berada di Kabupaten
Sikka. Bahasa
Sikka memiliki tiga dialek yaitu dialek
Sikka, Nita, dan Kangae. Jumlah penutur bahasa
Sikka sekitar 150.000 jiwa yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten
Sikka kecuali di daerah Kecamatan Paga yang berbahasa Lio, kecamatan Talibura yang berbahasa Muhang, dan pulau- pulau yang termasuk Kecamatan Maumere yang berbahasa Palue.
Ekonomi
Kehidupan orang
Sikka bertumpu pada sektor pertanian. Ada beberapa tanaman pertanian yang penting diantaranya coklat, jambu mete dan kopra.
Suku Sikka adalah pemasok utama kopra di Nusa Tenggara Timur. Selain bertani ada juga yang beternak sapi, kerbau, babi dan lain lain. Ada pula yang menangkap ikan di laut.
Kerajinan bertenun juga banyak dilakukan oleh kaum Wanita di
Suku Sikka.
Suku Sikka adalah
Suku yang paling aktif membuat Kain tenun. Kain tenun
Sikka memiliki motif yang khas, warna dasarnya adalah gelap seperti warna hitam, coklat biru dan biru hitam yang ditambahkan sulfur biru.
Motif yang dihasilkan
Suku Sikka bermacam-macam biasanya motif yang dibuat adalah motif okukire yang bergambar figur nelayan, sampan, perahu, udang dan kepiting. Motif ini terinspirasi dari cerita nenek moyang bahwa Sub-etnis Siska dahulu adalah pelaut handal. Juga ada motif mawarani yang sangat indah. Motif ini bercorakkan bunga mawar terinspirasi dari cerita bahwa motif ini adalah kain khas yang hanya dipakai putri-putri Kerajaan
Sikka. Tenun ikat
Sikka menjadi kain ikat pertama yang memperoleh sertifikat indikasi geografis oleh jenderal kekayaan intelektual kementerian hukum dan ham pada tanggal 8 maret 2017 untuk melindungi kekayaan intelektual hasil kriya berniali tinggi.
Kekerabatan
Orang
Sikka mengenal kelompok kerabat yang didasarkan karena keaadaran memiliki satu nenek moyang yang sama. Perkawinan ideal adalah dengan sepupu silang tiga bahkan sampai empat lapis keturunan yang dianggap sudah jauh. Pertimbangan dalam pemilihan jodoh adalah dilihat dari tingkat kedudukan ( rank ) yang serara dan kepribadian si gadis yang ingin dipinang. Gadis yang memiliki nilai maskawin( belis ) yang tinggi biasanya adalah gadis yang terhormat dan dikenal memiliki perilaku yang baik. Tuntutan akan maskawin disesuaikan dengan kemampuan dari laki laki. Prinsip penarikan garis keturunan orang
Sikka bersifat patrilineal atau garis keturunan ditarik ke pihak ayah atau pihak laki-laki. Anak laki laki sulung memiliki lebih banyak warisan dibandingkan anak laki laki yang lain.
Religi
Sistem religi nenek moyang
Suku Sikka adalah mempercayai adanya Dewa tertinggi yang abadi, menciptakan seluruh alam dan manusia, mengawasi kesusilaan dan tinggal di langit. Seperti yang pernah diteliti oleh P.Arndt sekitar tahun 1930 an. Saat ini sebagian besar sekitar 91 persen penduduk kabupaten
Sikka memeluk agama katolik dan selebihnya beragama Islam.
Referensi