Luk Ulo atau
Luk Ula atau Lukulo adalah
Sungai yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang bermuara ke Samudra Hindia.
Sungai yang biasa disebut Kali Lukulo ini mengalir dari utara ke selatan dan melintasi dua kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo sepanjang kurang lebih 68,5 Km.
Sungai Luk Ulo dikenal sebagai
Sungai penghasil batu akik dan memiliki nilai geologi sangat tinggi.
Daerah Aliran Sungai
Luas keseluruhan DAS
Luk Ulo adalah 675,53245 km² meliputi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Adapun yang masuk wilayah Kebumen seluas 572,84365 km². Sisanya masuk Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo.
Sungai Luk Ulo berhulu di Pegunungan Serayu Selatan tepatnya di Gunung Jenggot, Dusun Kayubima, Desa Gambaran, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo dan memiliki hilir di Samudra Hindia dengan nama Muara Tanggulangin diperbatasan Kecamatan Klirong dan Kecamatan Buluspesantren di Kabupaten Kebumen. Memiliki banyak anak
Sungai, total
Sungai Luk Ulo sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Kebumen. Sejumlah anak
Sungai besar yang dimiliki
Sungai Luk Ulo diantaranya:
Sungai Gintung
Sungai Maetan
Sungai Loning
Sungai Cangkring
Sungai Mondo
Sungai Cacaban
Sungai Welaran
Sungai Gebang
Sungai Kedungbener
Geomorfologi
Sungai Luk Ulo memiliki nilai geologi tinggi.
Sungai Luk Ulo termasuk
Sungai antecedent, yaitu jenis
Sungai yang memotong struktur geologi utama daerah yang dilaluinya, dan termasuk stadium dewasa. Tingkat kedewasaan
Sungai ini terlihat dari pola meander serta endapan undak
Sungai yang terbentuk pada posisi jauh dari
Sungai utama.
Sungai Luk Ulo merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh topografi punggungan pemisah air (water devide) dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan, dan penyalur air, sedimen, dan unsur hara dalam sistem
Sungai yang keluar pada outlet tunggal bukanlah berasal dari sistem gunung api aktif semacam Gunung Merapi tetapi dari rangkaian pegunungan berumur sangat tua dan bernilai ilmiah tinggi.
Pasir, kerikil, dan bongkah batu
Luk Ulo bukanlah dari muntahan lahar/lava gunung api yang selalu diperbaharui tetapi berasal dari tingginya pelapukan dan erosi berbagai macam batuan yang ada di bagian hulu, oleh karena itu, komposisi pasir
Luk Ulo sangat bervariasi. Sekitar 79.26 % lahan mempunyai kemiringan 30 - 70 %, dan sebagian besar digunakan untuk hutan pinus dan tegalan, kedalaman profil tanah 0 – 30 cm dengan tingkat erosi sedang - berat.
Kekayaaan geologi
Wilayah hulu
Sungai Luk Ulo berada di Cagar Alam Geologi Karangsambung, sebuah laboratorium geologi alam yang bersifat umum untuk mengetahui proses terbentuknya alam semesta dimasa silam. Di tepi
Sungai ini memiliki situs geologi dengan berbagai bebatuan yang berusia ratusan juta tahun seperti Filit dan lain sebagainya. Tak hanya itu,
Sungai Luk Ulo juga memiliki bebatuan yang dijuluki sebagai
Sungai penghasil batu akik seperti batuan jenis pirus. Batu yang masuk dalam kategori batu permata asal Persia itu ternyata ditemukan ada di
Sungai Luk Ulo, tepatnya di Dukuh Siluk, Desa Sadang Kulon, Kecamatan Sadang.
Pemanfaatan
Penduduk di sepanjang
Sungai Luk Ulo memanfaatkan untuk sumberdaya pertanian terutama di bagian hulu dan perikanan baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala di bagian hilirnya. Di sekitar muara
Sungai Luk Ulo banyak ditemui penambang pasir tradisional yang menggunakan perahu-perahu kecil. Di Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen terdapat sebuah bendung untuk mengalirkan air menuju sawah-sawah warga namun karena dianggap memicu banjir di wilayah Kecamatan Karangsambung pada 1998 maka mercu bendung tersebut dipotong sehingga fungsinya berkurang. Selain itu juga terdapat Bendung Kedungsamak di Desa Jemur, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen. Bendung ini mampu mengairi lahan pertanian seluas 8.900 Hektar di Kabupaten Kebumen bagian tengah.
Sungai Luk Ulo kini dikenal menjadi rumah bagi buaya muara. Berawal saat kemunculan buaya di muara
Sungai pada Juni 2017. Setelahnya, buaya makin sering terlihat ke arah hilir. Dari Desa Maduretno ke Desa Ranteringin di Kecamatan Buluspesantren bahkan terakhir terpantau di Desa Kutosari, Kecamatan Kebumen yang jaraknya hampir 12 kilometer dari lokasi pertama muncul. Bahkan bersamaan datangnya bencana banjir
Sungai Luk Ulo 2017, buaya berukuran tak kurang dari 4 meter terdampar di areal Persawahan Desa Kedungwinangun, Kecamatan Klirong. Hingga kini pemerintah dan warga belum bsia menangkap buaya di
Sungai Luk Ulo sehingga dibiarkan secara alami.
Lihat pula
Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Serayu Opak
Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (BPDAS)
BPDAS Serayu Opak Progo
Daerah Aliran
Sungai (DAS)
Daftar daerah aliran
Sungai (DAS) di Indonesia
Irigasi Premium
Wilayah
Sungai (WS) dan pembagiannya di Indonesia
Referensi