Sungai Maros (Lontara: ᨔᨘᨂᨕᨗ ᨆᨑᨚ ; Bahasa Inggris:
Maros River) adalah sebuah
Sungai yang terletak di wilayah Kabupaten
Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Sungai Maros merupakan
Sungai terpanjang di Kabupaten
Maros dan salah satu
Sungai terpanjang di Sulawesi Selatan dengan panjang mencapai 69,90 km hampir sama dengan panjang
Sungai Jeneberang.
Sungai Maros juga memiliki daerah tangkapan air terbesar kedua (645 km²) setelah
Sungai Jeneberang.
Sungai ini mengalir dari timur ke barat yang berhulu di
Sungai Bantimurung yang airnya mengalir dari pegunungan bagian utara di Kawasan Pegunungan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (hulu I) dan Gunung Baturape-Cindakko di Kawasan Pegunungan Tompobulu (hulu II) menuju ke Selat Makassar. Daerah Aliran
Sungai Maros melintasi 8 kecamatan yang kesemuanya tersebar di Kabupaten
Maros, yakni Simbang, Bantimurung, Tompobulu, Tanralili, Mandai, Marusu, Turikale, dan
Maros Baru.
Sungai ini mengalir melalui Kota Turikale setelah pertemuan dengan beberapa anak
Sungai utamanya, yakni
Sungai Bantimurung dan
Sungai Arparang, dan akhirnya bermuara di Selat Makassar. Arus utama
Sungai ini sangat berliku-liku menuju hilir sepanjang Kota Turikale. Kemiringan memanjang
Sungai di dekat hilir (dari muara hingga kira-kira 10 km ke hulu) diperkirakan sebesar 1/9.000 hingga 1/4.500. Bagian hulu
Sungai Maros tertutupi oleh batu besar yang terbentuk oleh Gunung Berapi Baturape-Gunung Berapi Cindakko yang hampir tidak terkikis dan karenanya menghasilkan sedikit aliran permukaan sedimen. Meskipun adanya kondisi geologi yang baik seperti itu, tetap saja banyak aliran permukaan sedimen yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor kompleks, yakni: longsoran disepanjang daerah hulu
Sungai dan Penebangan pepohonan sepanjang aliran
Sungai oleh pemukim ilegal. Untuk mengatasi aliran permukaan sedimen, maka Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) telah membangun dam sabo.
Kawasan muara
Sungai Maros di Desa Borimasunggu, Kecamatan
Maros Baru ditumbuhi mangrove sepanjang tepi pantai dan daerah aliran
Sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang menjadi habitat yang cocok untuk mangrove. Daerah pesisir pantai, yang dekat dengan muara
Sungai menjadi kawasan pertambakan yang merupakan mata pencaharian warga, sehingga kawasan mangrove di sekitar pertambakan dapat terdegradasi atau dapat terjadi penutupan lahan. Hal ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah sekitar untuk melindungi kawasan mangrove di daerah pesisir, muara, dan
Sungai Maros.
Di wilayah bagian barat Provinsi Sulawesi Selatan yang sering terjadi banjir, yaitu Kabupaten
Maros. Daerah Aliran
Sungai Maros termasuk DAS besar yang melewati ibu kota Kabupaten
Maros dan sekaligus jalur lintas provinsi Sulawesi Selatan. Jika terjadi banjir bukan hanya masyarakat yang bermukim di sekitaran
Sungai yang mengalami masalah, tetapi juga akan mempengaruhi masyarakat lain yang akan melewati wilayah itu menuju Kota Makassar. Banjir dan meluapnya
Sungai Maros ini pada awal tahun 2013 dan 2019 telah menyebabkan aktivitas lumpuh sepanjang Jalan Raya Trans Sulawesi di Kabupaten
Maros.
Nama
Sungai Maros diambil dari nama daerah
Maros sehingga nama
Sungai yang mengalir dari
Maros hingga muaranya disebut
Sungai Maros.
Sungai Maros memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penyuplai air baku dan air bersih untuk kebutuhan warga Kabupaten
Maros. Namun demikian, potensi bencana banjir juga besar karena sebagian besar daerah yang datar dan landai rawan banjir di wilayah DAS
Maros. Faktor Penyebab banjir, yaitu faktor alam: curah hujan cukup tinggi, topografi datar dan landai, jenis tanah alluvial, dan litosol, penggunaan lahan dominan tambak dan sawah. Dan faktor manusia kurang menyadari dalam hal pengelolaan sampah, karena sampah dibuang di kanal dan
Sungai supaya ikut aliran
Sungai sehingga drainase kurang lancar. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat perlu bekerjasama meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir. Pemerintah perlu memperbaiki sarana drainase dan miningkatkan kesadaran masyarakat memahami faktor penyebab banjir di DAS
Maros utamanya pengelolaan sampah.
Topografi
= Kemiringan
=
Wilayah DAS
Maros sebagian besar kelas kemiringan lerengnya datar seluas 23.932,76 Ha (36,26%), yang landai 18.442,60 Ha (27,95%). Daerah yang datar tersebar di bagian hilir DAS hingga tengah, dan yang landai dari tengah hulu tersebar tidak merata. Berikut ini adalah klasifikasi kemiringan lereng DAS
Maros:
= Ketinggian
=
DAS
Maros ketinggiannya dari 0–1.400 mdpal. Di wilayah DAS
Maros terdapat 12.208,01 Ha (18,50%) ketinggiannya 0–12,5 mdpal. Dan wilayah tersebut tersebar di wilayah hilir DAS. Berikut ini adalah klasifikasi ketinggian tempat di DAS
Maros:
Morfometri DAS Maros
Luas DAS
Maros cukup luas, yaitu seluas 659,78 km² atau 65.978,03 Ha. Gradient aliran
Sungai induk, yaitu 0,016 (1,16%) berarti gradient alirannya datar.
Tingkat rawan banjir
Tingkat rawan banjir di DAS Maros terdapat 3 kelas, yaitu tidak rawan, rawan, dan sangat rawan. Tidak rawan memiliki kriteria: tidak terlanda banjir dan penggenangan. Rawan memiliki kriteria: topografi landai-datar, material aluvial, tekstur tanah halus, struktur tanah masif, drainase lambat, terlanda banjir, penggenangan >1 hari, dan periode ulang 1-2 tahun. Sangat rawan memiliki kriteria: topografi datar-ledok, material aluvial, tekstur tanah halus, struktur tanah masif, drainase sangat lanbat, terlanda banjir, penggenangan >1 hari, dan periode ulang 1 tahun. Kelas yang tidak rawan seluas 31.708,36 Ha (48,06%), berarti lebih dari 50% wilayahnya rawan dan sangat rawan banjir. Berikut ini adalah klasifikasi daerah rentan banjir DAS
Maros:
Kelas sangat rawan tersebar di wilayah hilir sampai tengah DAS meliputi Kecamatan
Maros Baru bagian selatan, Marusu bagian utara, Turikale, Mandai bagian utara, Tanralili bagian utara, Bantimurung bagian selatan, dan Simbang bagian barat. Kelas rawan tersebar tidak merata didominasi bagian selatan yang berbatasan dengan DAS Tallo. Yang tidak rawan tersebar dari tengah DAS hingga hulu didominasi wilayah bagian utara DAS
Maros yang berbatasan dengan DAS Walanae-Cenrana dan DAS Sangkarae. Daerah yang sangat rawan topografinya datar, ketinggiannya rendah, didominasi tanah alluvial, dan didekat
Sungai induk. Daerah yang rawan didominasi oleh kemiringan landai, curah hujan tinggi, tanah tipis karena dominan tanah litosol.
Curah hujan
Curah hujan di wilayah DAS
Maros cukup tinggi karena curah hujan berkisar 2.000 hingga 4.000 mm/tahun. Curah hujan diatas 3.500 mm/tahun meliputi wilayah yang paling luas, yaitu 29.645,30 Ha (44,93%). Curah hujan tersebut tersebar di bagian tengah hingga hulu DAS
Maros, meliputi wilayah Kecamatan Bantimurung bagian selatan, Simbang bagian timur, dan Tompobulu. Berikut ini adalah klasifikasi curah hujan DAS
Maros:
Kedalaman Curah Hujan dan Aliran Air Permukaan Tahunan:
Hidrologi
Sungai Maros membelah pusat Kota Turikale (ibu kota Kabuaten
Maros) menjadi dua bagian.
Mata airnya bersumber di dua daerah hulu, yakni pada Air Terjun Bantimurung wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Simbang,
Maros dan hulu kedua berada di daerah Pegunungan Tompobulu, Tompobulu,
Maros.
Sungai Maros disebut juga "Salo Maru'" yang bermuara di Selat Makassar. Daerah Aliran
Sungai Maros terhubung dengan
Sungai-
Sungai lainnya:
Sungai Bantimurung
Sungai Batubassi
Sungai Lekopancing
Sungai Pattunuang
Sungai Pucak
Sungai Marusu
Sungai Maros dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dan kegiatan pertanian.
Geologi
= Jenis tanah
=
Jenis tanah di wilayah DAS
Maros di dominasi oleh tanah litosol seluas 18.897,48 Ha (28,64%). Tanah litosol tersebut tersebar di bagian tengah hingga hulu DAS. Berikut ini adalah klasifikasi jenis tanah DAS
Maros:
= Jenis batuan
=
Formasi geologi wilayah sepanjang sumbu utara-selatan terdiri batuan sedimen formasi Camba berada pada batu tua formasi Tonasa. Endapan aluvial berada di sepanjang garis pantai dan dataran banjir
Sungai Maros. Batuan tertua adalah formasi Tonasa yang terdiri dari batu kapur dan napal, yang terbentuk pada zaman Eosen sampai Miosen tengah. Hal ini pernah diamati dan diteliti oleh para ahli di sekitar anak
Sungai yang ada di sebelah kanan dan sebagian daerah tengah
Sungai Maros. Formasi Tonasa tersebar secara luas di bawah formasi lainnya yang terbentuk setelah zaman Miosen tengah. Dalam keadaan segar dan utuh, batu kapur biasanya padat, tidak berpori dan kuat serta memiliki daya serap yang rendah. Banyak rongga terbatas pada batu kapur yang tersebar di sekitar anak
Sungai di sebelah kanan
Sungai Maros.
Pengunaan lahan
Penggunaan lahan tambak tersebar di hilir dan lahan sawah, permukiman dan lahan terbuka tersebar dari hilir hingga tengah DAS
Maros. Penggunaan lahan di wilayah DAS
Maros terdiri atas 9 jenis. Penggunaan lahan yang paling luas adalah sawah seluas 18.965,65 atau 28,75% kemudian diikuti oleh hutan lahan kering sekunder seluas 18.677,66 Ha atau 28,75%. Berikut ini adalah klasifikasi penggunaan lahan DAS
Maros:
Fauna
Sungai Maros merupakan salah satu
Sungai yang dikenal memiliki keanekaragaman jenis ikan yang cukup tinggi di Sulawesi Selatan. Informasi dari masyarakat menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan di
Sungai Maros telah mengalami penurunan baik dari jumlah maupun jenis ikan hasil tangkapannya.
= Spesies endemik
=
= Spesies non endemik
=
Berikut ini adalah stasiun
Sungai yang terdapat di DAS
Maros:
Stasiun
Sungai Bantimurung
Stasiun
Sungai Batubassi
Stasiun
Sungai Bontibonti
Stasiun
Sungai Bontokappong
Stasiun
Sungai Manrimisi
Stasiun
Sungai Pakalli Lompo
Stasiun
Sungai Panjalingan
Stasiun
Sungai Pattunuang
Stasiun
Sungai Pucak/Puca
Stasiun
Sungai Salojirang
Kualitas air Sungai
Data kualitas air di
Sungai Maros
Bulan Agustus 2014
Bulan Agustus 2014
Bulan Agustus 2014
Bulan September 2014
Bulan September 2014
Bulan September 2014
Keterangan :
( - ) Tidak Dilakukan Pengukuran Untuk Parameter Tersebut
Titik Hulu : Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten
Maros
Titik Tengah : Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten
Maros
Titik Hilir : Desa Bonto Tallasa, Kecamatan Simbang, Kabupaten
Maros
Galeri foto
Lihat pula
Daftar
Sungai di Kabupaten
Maros
Daftar
Sungai di Sulawesi Selatan
Daftar
Sungai di Sulawesi
Daftar
Sungai di Indonesia
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Jalan Raya Trans Sulawesi
Sungai Bantimurung
Referensi