Surau Al Irhaash adalah tempat ibadah umat Islam yang terletak di Jalan Senapelan, Kelurahan Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia.
Surau ini didirikan pada 1925 dan menjadi
Surau tertua di Kota Pekanbaru. Didirikan pada masa penjajahan Belanda,
Surau Al Irhaash pernah menjadi markas para pejuang tentara fisabilillah serta gudang senjata tentara kemerdekaan dan gudang mesiu.
Sejarah
Surau Al Irhaash dibangun pada 1925, pada masa Kolonial Belanda. Pembangunan
Surau ini diinisiasi oleh masyarakat setempat sebagai tempat ibadah, syiar Islam, dan mengaji. Proses pembangunan dilakukan secara gotong royong dengan biaya swadaya dari masyarakat.
Surau ini dibangun di atas tanah wakaf masyarakat. Model bangunannya persegi empat bergaya bangunan kolonial dengan atap berbentuk limas dan ventilasi berukir dari kayu.
Saat perang melawan penjajahan pecah di Senapelan, pusat keramaian Pekanbaru pada masa kolonial,
Surau Al Irhaash dijadikan sebagai markas besar tentara Fisabilillah, yaitu pasukan yang melawan kolonial Belanda. Selain itu,
Surau ini juga dijadikan gudang senjata pejuang kemerdekaan dan mesiu pada masa yang sama.
Saat perang melawan penjajah usai,
Surau ini tetap digunakan sebagai tempat ibadah hingga sekarang. Bangunannya masih kokoh dengan ciri khas kolonialnya yang tetap dipertahankan. Awalnya bangunan
Surau ini hanya satu ruang berbentuk persegi. Pada 1970-an, renovasi pertama dilakukan. Masyarakat membangun ruang mihrab untuk imam masjid. Kemudian pada 1980-an, pelataran masjid dibangun. Pada tahun 2000-an,
Surau ini kembali mengalami beberapa kali renovasi, yakni 2005 dan 2007, salah satunya di bagian atap. Lalu terdapat dua kali renovasi kecil pada 2015.
= Ketuntung dan Sumur Tua
=
Sebagai tempat syiar Islam pada masanya, masyarakat ketika itu membuat sebuah alat pemanggil dari bahan kayu yang dinamakan ketuntung. Alat ini juga dipakai sebagai penanda waktu salat sudah masuk. Saat renovasi pada 1970, ketuntung ini diganti dengan tabuh berbahan drum yang dilapisi kulit rusa. Meski ketuntung itu kini sudah tidak ada, namun terdapat peninggalan dari bangunan ini, yakni sumur tua. Usia sumur tua ini tak jauh berbeda dengan
Surau ini. Dibangun pula pada 1925, kala itu sumur tua ini difungsikan sebagai sumber air. Kini sumur tersebut tidak lagi dipakai dan terkadang sebagian orang menganggapnya keramat dan menjadikannya sebagai obat.
Referensi