- Source: Suromo Darpo Sawego
Suromo Darpo Sawego adalah seorang seniman lukisan grafis asal Surakarta yang lahir pada tahun 1919. Suromo pertama kali belajar melukis dengan pelukis Pirngadie pada 1935. Kemudian ia bekerja dengan arsitek Robert Deppe yang berkecimpung dalam seni dekoratif dan keramik. Dari Robert Deppe, ia belajar melukis kaca. Karya nya terpampang menghiasi jendela-jendela bangunan penting di kota Batavia.
Pada tahun 1938 Suromo bergabung dengan Persagi. Persagi mempunyai andil besar dalam perjalanan kariernya di dunia seni. Gagasan dan ide-ide Persagi begitu berpengaruh pada karya-karyanya. Salah satunya adalah mengungkapkan realitas kehidupan sosial dengan cara yang impresif. Ini terlihat pada beberapa karyanya yang berhasil mencitrakan realitas kehidupan rakyat Indonesia kala itu.
Pada 1946, Suromo bersama S. Sudjojono dan pelukis lain pindah ke Surakarta. Mereka mendirikan organisasi Seniman Indonesia Muda (SIM). Berpusat di Surakarta, SIM memiliki cabang di Yogyakarta dan Madiun. Di dalam SIM, Suromo bertanggung jawab mengelola cabang seni keramik dan seni grafis dan secara khusus mengajar seni cukil kayu.
Namun, SIM bubar pada 1949 karena agresi militer Belanda. Ia kemudian bergabung dengan kepengurusan Himpunan Budaya Surakarta (HBS). Mia Bustam dalam Sudjojono dan Aku menyebut Suromo memimpin seksi seni rupa HBS, serta menjadi pengajar di ASRI (yang sekarang sudah menjadi ISI Yogyakarta) pada 1952. Ia juga merupakan anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) cabang Yogyakarta.
Pada tahun 1956, Suromo dianugerahi oleh Badan Musjawarat Kebudayaan Nasional (BMKN) atas karya-karya seni grafisnya. Dia berpartisipasi dalam beberapa pameran kelompok dan mengadakan satu pameran tunggal di Galeri Lontar di Jakarta pada tahun 1998. Pameran tuggal setelah wafatnya beliau, sempat diselenggarakan pada 9 Mei 2012 bertempat di Galeri Soemardja, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung dengan judul pameran "Suromo dan Seni Rupa Modern Indonesia".
Sampai sekarang, salah satu karya Suromo berjudul "Pasar" menjadi koleksi Galeri Nasional Indonesia. Karya-karya peninggalan Suromo yang masih tersisa seperti karya cukil kayu (sketsa, cetakan dan hasil cetakan) serta beberapa lukisan masih disimpan oleh pihak keluarga di Yogyakarta dan Jakarta.
Kutipan :
"Melukis, yang penting adalah isi hati pelukis keluar semua. keluar dengan cara dan cara siapa tidak penting. Pekerjaan seni bukan kepandaian teknik, bukan kepandaian melukis, tetapi kata hati yang padat karena banyak menahan" (Suromo).