• Source: Tanggomo
  • Tanggomo adalah sastra lisan bahasa Gorontalo yang diungkap secara berirama, berbentuk puisi naratif dan tidak terikat oleh baris. Arti kata tanggomo yang ditinjau dari makna katanya ialah "tampung". Kata ini dalam pembentukan verba menjadi dua jenis kata yang berbeda makna. Bentukan pertama adalah molanggomo, yang berarti menampung sesuatu dengan tangan yang ditadahkan terbuka ke atas. Bentukan kedua ialah motanggomo, kata ini mempunyai makna yang lebih dekat dengan kegiatan bercerita, yaitu "bercerita dengan ragam sastra tanggomo".
    Tanggomo berisi peristiwa dan kejadian yang sumber ceritanya berasal dari kejadian atau peristiwa nyata, dari cerita rakyat, dan dari rekaman pencerita sendiri. Pada jamannya, Tanggomo merupakan alat untuk menyebarluaskan informasi berdasarkan fakta kepada masyarakat.


    Etimologi


    Tanggomo berasal dari kata dasar Tanggomo yang jika diartikan secara harfiah adalah menampung. Orang yang membawakan syair Tanggomo di sebut Ta Motanggomo.
    Syair tanggomo yang jumlahnya ratusan sampai ribuan baris diciptakan dan dihafal oleh orang yang memang ahli Tanggomo dan dilantunkan pada saat-saat tertentu, misalnya pada acara hajatan atau keramaian.
    Pada awalnya tanggomo diucapkan layaknya membaca puisi tanpa iringan alat. Dalam perkembangan selanjutnya terdapat juga Tanggomo yang dilantunkan dengan diiringi petikan gambus atau kecapi.
    Nilai budaya yang paling menonjol dalam tanggomo adalah nilai sejarah, sebagai contoh adalah cerita peristiwa patriotik 23 Januari 1942 tentang perjuangan rakyat Gorontalo merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda. Akhir-akhir ini fungsi Tanggomo menjadi penyebar informasi faktual yang lebih bersifat sejarah, dengan Tanggomo informasi faktual seperti Keluarga Berencana (KB), program wajib belajar 9 tahun, gerakan Jumat Bersih, semuanya itu telah diciptakan tukang Tanggomo dan disampaikan kepada masyarakat.


    Syair Tanggomo tentang penyambutan


    Berikut ini adalah syair tanggomo tentang "Peristiwa Patriotik 23 Januari 1942" yang juga sering disebut sebagai "hari kemerdekaan Gorontalo":

    Bisimila momulayi
    Delo po'eela pomayi
    Tawnu yilalu mayi
    Botiya ma delo mayi
    Wawu dungohi lomayi
    Botiya uyilowali
    Maso-maso to akali
    Wawu dila bo habali
    23 januali
    42 yilowali
    Lali wungguli kakali
    Donggo to’u boyito
    Ra’ayati to pingito
    Wawu malo to duwito
    Walanta hemolihito
    Ngiyo-ngiyoto dungito
    Oyinta lobohuliyo
    Lomobu hudungiliyo
    To pabiya tambatiliyo
    Talumolo wayitiyo
    Odito kapaliliyo
    Kapali tikololiyo
    Polibu limongoliyo
    Odito to uwanengo
    Pentadu delo tihengo
    Tulu ma lotontulengo
    Lopobu kilumohengo
    Hudungu to uwanengo
    Walanta ma hepanita
    Wawu malo hipalita
    Uweewo ma hidehita
    Ma mayi hipodelita
    Hasili didu olamita
    Malo didu olabita
    Boli ma didu osisa
    Ra’ayati to sikisa
    Walanta ma hesanangi
    Tolipu Hulontalangi
    Tahu’a pomikilangi
    Dulolo motibarani
    Motitituwawu malowani
    Kumando li pa’a nani
    Tawu ma lotitipalangi
    Tahu’a ilambuliyo
    Ra’ayati wawu tiyo
    Mosadiya wawu mohiyo
    Walanta wa’upoliyo
    Pa’a nani bilantuwa
    Talola’i tawabuwa
    Ra’ayati ngohuntuwa
    Pito banggo hiwuduwa
    Pa’a nani ta ta’uwa
    Odito utoniyati
    Todulahu duma’ati
    Lo’otoduwo u bebasi
    Wawu lominta’a bandela
    Umoputi wawu mela
    23 januali
    42 yilowali
    Mongodula’a mongowutato
    Tanggomo ma he’utapo
    Wanu hila momatato
    Pona’o de Hulontalo
    Silita banta-bantalo


    Masa Sekarang


    Tradisi lisan Tanggomo di masa sekarang semakin sulit ditemukan di wilayah Provinsi Gorontalo. Rata-rata penutur tanggomo sekarang sudah berusia lanjut.
    Dikhawatirkan dalam jangka waktu tidak lama tradisi lisan yang berfungsi sebagai media penyampai informasi ini akan benar-benar ditinggalkan warga Gorontalo. Di Kabupaten Gorontalo Utara, hanya sedikit orang tua yang mampu menuturkan tradisi lisan ini. Salah satunya adalah Anis Husain, seorang penjaga kantor dan pemulung.
    Untuk melestarikan budaya Tanggomo tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menetapkan Tanggomo sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.


    Referensi

Kata Kunci Pencarian: