Hasil Pencarian:
- Tar (residu tembakau)
- Tar
- Tár
- Bandar Udara Tumlingtar
- Tar (kue)
- Esse (rokok)
- Bolu kukus
- Star Mild
- Clas Mild
- Tar (komputasi)
- Tar Baby (novel)
- Ariyo Bimmo
- Ahmad Dofiri
- Tar batu bara
- Rokok
- Tar (alat musik)
- Djarum 76
- Nojorono Tobacco International
- Pastri
- Tar Tay Gyi
Artikel: Tar (residu tembakau)
Efek pada kesehatan
Tar bersifat toksik dan merusak paru-paru melalui berbagai proses biokimia dan mekanis. Ketika masuk ke dalam paru-paru, Tar akan membalut sel-sel halus atau silia di dalam paru-paru, membuatnya berhenti bekerja dan pada akhirnya mati. Paru-paru akan terpapar zat-zat karsinogen yang ada di dalam Tar karena silia tidak dapat lagi memerangkap partikel-partikel racun dan membuatnya dapat langsung memasuki alveoli. Alveoli adalah kantung kecil di dalam paru-paru yang memungkinkan oksigen dan karbon dioksida untuk bergerak di antara paru-paru dan aliran darah. Paparan terhadap karsinogen ini akan menyebabkan terjadinya mutasi DNA di dalam sel yang dapat menyebabkan kanker. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berjudul “Tobacco Smoke and Involuntary Smoking”, 90 persen dari kasus kanker paru-paru disebabkan oleh karsinogen yang ada di dalam produk tembakau yang dibakar. Selain itu, Tar juga mempersempit bronkiolus di dalam paru-paru dan memengaruhi penyerapan oksigen ke dalam tubuh. Efek kesehatan yang diakibatkan paparan Tar tidak hanya berhenti di paru-paru. Partikel-partikel racun yang telah masuk ke dalam paru-paru kemudian dapat memasuki aliran darah dan dapat menempel di bagian lain di dalam tubuh. Tar dapat berdampak pada organ tubuh mana pun. Di luar kanker, paparan Tar dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes, dan memengaruhi kesuburan. Selain itu, karena penggunaan produk tembakau yang dibakar adalah dengan dihisap melalui mulut, paparan Tar dapat mengakibatkan pembusukan gigi, penyakit gusi, penurunan sensitivitas indera pengecap, bahkan kanker mulut.Tar dan secondhand smoke (SHS)
Paparan terhadap Tar tidak hanya terjadi pada mereka yang membakar dan menghisap rokok, cerutu, atau tembakau linting yang sedang dibakar tetapi juga pada mereka yang menghisap asap hasil pembakaran produk tembakau tersebut. Asap hasil pembakaran produk tembakau ini umum dikenal sebagai secondhand smoke (SHS). SHS adalah gabungan dari asap sidestream (yaitu asap yang dihasilkan rokok, cangklong, atau cerutu ketika dibakar tetapi tidak sedang dihisap) dan mainstream (asap yang dihembuskan oleh pengguna setelah terhirup paru-paru). SHS dapat memapar siapapun yang berada di lingkungan yang sama ketika pembakaran produk tembakau terjadi. Orang-orang di luar pengguna produk tembakau “aktif” yang terpapar SHS kemudian disebut lazim dikenal sebagai perokok pasif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perokok pasif sama-sama terpapar Tar dan senyawa-senyawa kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya. Konsentrasi senyawa berbahaya dalam SHS lebih tinggi jika dibandingkan dengan asap mainstream yang dihirup oleh perokok. Kandungan Tar dalam SHS bahkan dapat mencapai tiga kali lipat. Ini menyebabkan perokok pasif memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi akibat paparan Tar dibandingkan mereka yang menggunakan produk tembakau secara aktif.Tar dan thirdhand smoke (THS)
Seperti telah dijelaskan di bagian sebelumnya, kandungan Tar yang merupakan kumpulan senyawa berbahaya bersifat karsinogenik adalah PAHs dan TSNAs. Senyawa-senyawa berbahaya ini ternyata tidak menghilang ketika produk tembakau dimatikan, tetapi menetap di sekitar tempat pembakaran terjadi dan pada orang yang terpapar asap dari hasil pembakaran tersebut, baik aktif maupu pasif. Residu atau sisa hasil pembakaran Tar ini merupakan bagian dari senyawa-senyawa yang akan membentuk thirdhand smoke (THS). Third-hand smoke (THS) adalah polutan yang muncul setelah SHS dilepaskan ke udara. THS tidak hanya berbentuk asap tetapi kumpulan residu sisa pembakaran tembakau berbentuk gas dan partikulat padat seperti Tar yang kemudian melekat pada berbagai benda yang terpapar SHS, seperti rambut, kulit, baju, perabotan, tirai, tembok, karpet, debu, kendaraan, dan permukaan lainnya. Tar dalam THS dapat terlepas kembali ke udara dan bereaksi dengan oksidan dan senyawa lain di lingkungan dan membentuk polutan-polutan baru. Sebagai contoh, dalam THS ditemukan satu senyawa TSNAs yang tidak ditemukan dalam asap SHS, yaitu 4-(methylnitrosamino)-4-(3-pyridyl) butanal (NNA). NNA merupakan hasil reaksi senyawa TSNAs yang ditemukan di dalam Tar dengan asam nitrit HONO. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi TSNAs dari Tar dalam THS justru akan meningkat seiringnya waktu. Dari berbagai hasil penelitian, ditemukan bahwa tiga kumpulan senyawa utama yang ada dalam THS adalah nikotin, PAHs dan TSNAs. Walaupun reaksi kimia yang terjadi tidak dapat dipastikan karena dipengaruhi banyak faktor lingkungan, dapat dilihat bahwa Tar dan nikotin tidak hilang bersama asap hasil proses pembakaran produk tembakau tetapi justru menetap dan menjadi partikulat-partikulat di dalam THS. Berbagai studi menunjukkan bahwa senyawa-senyawa kimia dalam Tar yang berubah bentuk menjadi THS dapat menetap dalam waktu yang lama, bahkan hingga berbulan-bulan setelah pembakaran produk tembakau terjadi. Berbeda dengan paparan SHS, baik pengguna produk tembakau maupun non pengguna dapat terkena paparan THS tidak hanya melalui jalur pernapasan, tetapi juga pencernaan dan kontak kulit. Bayi, anak kecil, dan orang dewasa non pengguna produk tembakau dapat terpapar Tar melalui THS walaupun tidak terpapar asap hasil pembakaran secara langsung. Paparan terhadap THS akan meningkatkan risiko terkena penyakit dan gangguan kesehatan yang diakibatkan pembakaran produk tembakau pada umumnya dan Tar pada khususnya.Referensi
Star Wars (1977)
Star Wars: Episode III – Revenge of the Sith (2005)
Star Wars: Episode II – Attack of the Clones (2002)
Star Wars: Episode I – The Phantom Menace (1999)
Hereditary (2018)
Star Wars: The Rise of Skywalker (2019)
Star Wars: The Last Jedi (2017)
Star Wars: The Force Awakens (2015)
No More Posts Available.
No more pages to load.