- Source: Tiroisme
Tiroisme adalah keyakinan, pemikiran dan cita-cita perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagaimana diajarkan oleh Teungku Hasan Tiro untuk menjadikan Bangsa Aceh yang merdeka dan bermartabat, yang terus hidup di dalam diri Bangsa Aceh.
Teori Utama
Tiroisme berdiri atas tiga nalar ijtihad teori utama, yakni
(1) Teori Agama
(2) Teori Sejarah, dan
(3) Teori Politik.
Teori agama yang dimaksud di sini adalah Islam. Teungku Hasan Tiro menyadari bahwa pendidikan Islam telah mengajari ketabahan dan semangat rakyat Aceh dalam mempertahankan kemerdekaannya dari imperialisme dan kolonialisme Belanda. Islam merupakan kesatuan dari i’tiqad (keyakinan), ibadah dan hukum. Islam telah menjadikan manusia sebagai makhluk terhormat yang memberikan batas-batas yang tegas sampai di mana seorang manusia boleh tunduk atas manusia lainnya (determinism), demikian juga negara yang memiliki batas dalam memerintahkan masyarakatnya. Karena, seorang manusia jangankan memiliki hak atas manusia yang lain, ia justru tidak memiliki hak mutlak atas dirinya sendiri.
Pemikiran Tiroisme
Nilai inti dari pemikiran dan gagasannya tersebut adalah;
Turi Droë (identitas),
Tu'oh Droë (kualitas),
Tusoë Droë (superioritas) dan
Meuadoe A (pluralitas).
Empat pondasi inilah yang menjadi nilai inti dari ajaran pemikiran Tiroisme.
Ideologi Tiroisme
Ideologi Tiroisme dibangun di atas 2 fondasi utama yakni:
Pertama, fakta sejarah Aceh yang ‘tidak bisa diperdebatkan’ atau ‘undisputed history’ di masa lalu, jaman keemasan Kesultanan Aceh Darussalam, dan,
Kedua, adalah hukum internasional.
Ideologi yang diajarkan oleh Teungku Hasan Tiro merupakan ideologi yang didasarkan atas landasan ilmiah yakni fakta sejarah dan hukum internasional. Keilmiahan inilah yang menurut Teungku Hasan Tiro menjadikan ideologi ini sebagai hujjah atau kebenaran yang kokoh dan dapat diterima oleh masyarakat internasional secara umum.
Konsepsi ideologinya melihat Islam dari sudut pandang sosiologi politik Islam, atau bagian dari kebiasan hidup yang menjadi hukum adat masyarakat Aceh, dan bukan ideologi politik Islam-nya (Islam politik). Teungku Hasan Tiro menampilkan Islam sebagai nilai-nilai (values) yang luhur yang memotivasi orang untuk berjuang (Jihad) melawan kebatilan, amar ma’ruf nahi munkar, dan semangat kesetaraan/egalitarian sesama warga Aceh, dan bukan syariat Islam. Ideologi Tiroisme menempatkan masyarakat Islam Aceh sebagai ‘fakta historis’ atau pun realitas yang hidup di masyarakat.
Nilai-nilai
Nilai-nilai atau ‘core values’ dari ajaran Tiroisme yang menjadi ideologi politik Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dapat disarikan antara lain sebagai berikut;
Pertama, kemerdekaan Aceh, yang wajib diusahakan dengan segenap jiwa-raga dan harta bangsa Aceh, untuk mencapai kejayaan bangsa yang damai dan makmur.
Kedua, bahwa Bangsa Aceh adalah Bangsa yang memiliki marwah sebagai bangsa merdeka yang mewarisi Kedaulatan Kerajaan Aceh Darussalam pada masa keemasan sejak sebelum Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16 Masehi yang terputus oleh perang dengan Belanda.
Ketiga, adalah jihad sebagai instrumen atau alat perjuangan untuk meraih kemerdekaan bangsa Aceh. Jihad sebagai alat perjuangan memiliki 2 (dua) ujung tombak, yakni perang sabil dengan senjata dan perjuangan diplomasi internasional.
Keempat, adalah keadilan, yakni menegakkan keadilan bagi seluruh bangsa Aceh dan keadilan bagi para pelanggar kejahatan kemanusiaan bagi Bangsa Aceh dari luar Aceh.
Kelima, adalah kesejahteraan bagi Bangsa Aceh secara keseluruhan tanpa pandang bulu.
Selain itu juga dilengkapi dengan nilai-nilai Adat yang hidup di tengah masyarakat Aceh selama ratusan tahun sebagai realitas sosial, yakni nilai-nilai Islam, kemudian diturunkan menjadi nilai-nilai yang menjiwai bendera dan lambang Negara Aceh Merdeka.
Referensi
.