Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad dan merupakan penulis wahyu dan surat-surat Nabi.
Kehidupan awal
Nasabnya adalah
Zaid bin Tsabit bin Adh-Dhahhak
bin Zaid bin Ludzan
bin Amr
bin Abdu Auf
bin Ghanam
bin Malik
bin Taymullah al-Najjar
bin Tsa'labah.
Zaid bin Tsabit merupakan keturunan Bani Najjar, yang mulai tinggal bersama Nabi Muhammad ketika ia hijrah ke Madinah. Ketika berusia berusia 11 tahun,
Zaid bin Tsabit dikabarkan telah dapat menghafal 11 surah Alquran.
Zaid bin Tsabit turut serta bersama Nabi Muhammad dalam perperangan Khandaq dan peperangan-peperangan lainnya. Dalam peperangan Tabuk, Nabi Muhammad menyerahkan bendera Bani Najjar yang sebelumnya dibawa oleh Umarah kepada
Zaid bin Tsabit. Ketika Umarah bertanya kepada Nabi, ia berkata, "Al-Quran harus diutamakan, sedang
Zaid lebih banyak menghafal Al-Quran daripada engkau."
Penulis wahyu
Kekuatan daya ingat
Zaid bin Tsabit telah membuatnya diangkat penulis wahyu dan surat-surat Nabi Muhammad semasa hidupnya, dan menjadikannya tokoh yang terkemuka di antara para sahabat lainnya. Diriwayatkan oleh
Zaid bin Tsabit bahwa:
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata kepadanya "Aku berkirim surat kepada orang, dan aku khawatir, mereka akan menambah atau mengurangi surat-suratku itu, maka pelajarilah bahasa Suryani", kemudian aku mempelajarinya selama 17 hari, dan bahasa Ibrani selama 15 hari.
Di kemudian hari pada zaman kekhalifahan Abu Bakar dan Umar,
Zaid bin Tsabit adalah salah seorang yang diamanahkan untuk mengumpulkan dan menuliskan kembali Al-Quran dalam satu mushaf. Dalam perang Al-Yamamah banyak penghafal Al-Quran yang gugur, sehingga membuat Umar
bin Khattab cemas dan mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Quran sebelum para penghafal lainnya gugur. Mereka kemudian memanggil
Zaid bin Tsabit dan Abu Bakar mengatakan kepadanya:
"Anda adalah seorang pemuda yang cerdas dan kami tidak meragukanmu".
Setelah itu Abu Bakar menyuruh
Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran. Meskipun pada awalnya ia menolak, namun setelah diyakinkan akhirnya
Zaid bin Tsabit dengan bantuan beberapa orang lainnya pun menjalankan tugas tersebut.
Ulama
Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan sembilan puluh dua hadist, yang lima daripadanya disepakati bersama oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim. Bukhari juga meriwayatkan empat hadist yang lainnya bersumberkan dari
Zaid bin Tsabit, sementara Muslim meriwayatkan satu hadist lainnya yang bersumberkan dari
Zaid bin Tsabit.
Zaid bin Tsabit diakui sebagai ulama di Madinah yang keahliannya meliputi bidang fiqih, fatwa dan faraidh (waris).
Pejabat
Zaid bin Tsabit diangkat menjadi bendahara pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar. Ketika pemerintahan Khalifah Utsman,
Zaid bin Tsabit diangkat menjadi pengurus Baitul Maal. Umar dan Utsman juga mengangkat
Zaid bin Tsabit sebagai pemegang jabatan khalifah sementara ketika mereka menunaikan ibadah haji.
Wafat
Zaid bin Tsabit meninggal tahun 45 Hijriyah. Putranya, Kharijah
bin Zaid, menjadi seorang tabi'in besar dan salah satu di antara tujuh ulama fiqih Madinah pada masanya.
Lihat pula
Kaum Ansar
Kharijah
bin Zaid
Pranala luar
Kisah Sahabat Nabi SAW Ke-14:
Zaid bin Tsabit RA
Compilation of the Quran
Zayd ibn Thabit
Shia source Diarsipkan 2011-07-19 di Wayback Machine.
Catatan kaki
Referensi
Mursi, Muhammad Sa'id (2007). Muhammad Ihsan, Lc., ed. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Diterjemahkan oleh Harahap, Khoirul Amru; Faozan, Achmad. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 979-592-387-0.