Ukiran tulang adalah penciptaan seni, perkakas, dan barang lainnya dengan cara mengukir
tulang binatang, ranggah, dan tanduk.
Ukiran tulang dapat menghasilkan ornamen
tulang jika dilanjutkan dengan gravir, lukisan, atau teknik lain, atau penciptaan objek dengan bentuk berbeda.
Ukiran tulang telah dipraktikkan oleh berbagai budaya di dunia, terkadang sebagai pengganti
Ukiran gading karena lebih murah dan tidak ilegal. Sebagai bahan,
tulang lebih inferior daripada gading dalam hal kekerasan, sehingga mampu memiliki detail yang sangat halus, meski tidak memiliki permukaan yang "berkilau" ala gading. Bagian dalam
tulang lebih lembut dan bahkan kurang mampu menghasilkan hasil akhir yang halus, sehingga sebagian besar kegunaannya adalah sebagai plakat tipis, bukan sebagai pahatan berbentuk bulat. Namun
tulang tentunya lebih mudah diperoleh di wilayah yang tidak terdapat populasi gajah, walrus, atau sumber gading lainnya.
Ukiran tulang memiliki peran penting dalam seni prasejarah, dengan
Ukiran terkenal seperti Swimming Reindeer yang terbuat dari tanduk, dan sejumlah patung Venus juga dibuat dari
tulang. Peti mati Anglo-Saxon Franks adalah peti mati yang diukir dari
tulang ikan paus yang meniru peti mati gading sebelumnya. Peti mati
tulang abad pertengahan dibuat oleh bengkel Embriachi di Italia utara (ca 1375 –1425) dan lain-lain, sebagian besar menggunakan deretan plakat tipis yang diukir pada relief.
tulang pipih juga digunakan oleh seniman dan pengrajin untuk menguji-coba desain mereka, terutama oleh pengrajin logam. Potongan seperti itu dikenal sebagai "potongan percobaan".
Pada Juli 2021, para ilmuwan melaporkan penemuan
Ukiran tulang, salah satu karya seni tertua di dunia, yang dibuat oleh Neanderthal sekitar 51.000 tahun lalu.
tulang paus (balin) dan
tulang paus normal sering diukir, terutama untuk dijadikan scrimshaw pada Abad Pertengahan.
Referensi
Osborne, Harold (ed), The Oxford Companion to Art, 1970, OUP, ISBN 019866107X