- Source: Urun daya dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2014
Urun daya dalam Pilpres 2014 merupakan bentuk partisipasi masyarakat berbasis data terbuka pada Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2014 dengan memanfaatkan data yang dirilis oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sejarah
= Kebijakan Data Terbuka
=Salah satu komitmen Indonesia sebagai penggagas Open Government Partnership pada tahun 2011 adalah menerapkan Kebijakan Data Terbuka pada pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden 2014.
Ada tiga macam data yang dapat diakses dengan bebas di situs web KPU, yaitu:
Daftar Pemilih Tetap dan Khusus Diarsipkan 2014-08-10 di Wayback Machine.
Hasil pindaian formulir C1 Diarsipkan 2015-02-20 di Wayback Machine. (Rekap TPS) yang bisa diunduh
Rekapitulasi suara dari formulir DA1 Diarsipkan 2014-08-08 di Wayback Machine. (Rekap tingkat Kecamatan), DB1 Diarsipkan 2014-08-08 di Wayback Machine. (Rekap tingkat Kabupaten/Kota), dan DC1 Diarsipkan 2014-08-08 di Wayback Machine. (Rekap tingkat Provinsi)
Data yang terunggah di situs web KPU adalah 98,68% C1, 90,49% DA1, dan 94,77% DB1.
= Kelompok Relawan Pilpres
=Sebelum hari Pilpres tanggal 9 Juli 2014 telah bermunculan berbagai kelompok relawan yang bertujuan mengawal penyelenggaraan Pilpres. Salah satunya, Turuntangan, dipelopori oleh Anies Baswedan pada tahun 2013 untuk mendukungnya dalam Konvensi Capres 2014 Partai Demokrat dan berubah menjadi kelompok relawan sejak berakhirnya konvensi tersebut. Kelompok lain, Lawan Pilpres Curang, diinisiasi oleh Nia Dinata dua minggu sebelum hari Pilpres 2014. Kelompok-kelompok relawan ini bertujuan untuk merekam kejadian-kejadian di berbagai Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan melaporkan ke Bawaslu jika ada masalah. Hasil rekaman mereka berupa foto dan video, dan sebagian di antaranya termasuk foto hasil rekapitulasi suara formulir C1 versi plano (formulir dinding).
= Ajakan Beberapa Tokoh Masyarakat
=Setelah tanggal 9 Juli 2014, beberapa kelompok relawan urun daya muncul sebagai tanggapan atas ajakan beberapa tokoh masyarakat untuk mengawal suara rakyat dan atas ketersediaannya data terbuka dari KPU. Kedua calon presiden, mantan presiden Megawati Soekarnoputri, dan presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta semua pihak kawal penghitungan suara rakyat.
Jenis Pekerjaan Urun Daya
Secara garis besar, ada tiga jenis pekerjaan urun daya yang menggunakan data terbuka dari KPU, yaitu:
Membaca rekapitulasi suara dari pindaian formulir-formulir C1 dan menghitungnya untuk dibandingkan dengan hasil penghitungan KPU.
Membaca hasil pindaian formulir C1 dan mengecek keabsahan formulir tersebut, mulai dari masalah hitungan, adanya coretan atau tanda penghapusan, kekosongan formulir, dan ketidaklengkapan tanda tangan.
Membaca hasil pindaian formulir C1 dan membandingkan hitungan suara di formulir tersebut dengan hitungan suara di C1 plano yang direkam oleh relawan (biasanya dalam bentuk foto) di TPS yang bersangkutan.
Karena pengisian formulir C1 dilakukan secara manual dengan tulisan tangan, pembacaan hasil pindaian formulir tersebut sulit dilakukan dengan otomatis dengan program komputer, sehingga perlu dibaca satu-persatu oleh manusia. Karena banyaknya data yang harus dibaca, maka ada ratusan orang yang terlibat dalam berbagai kelompok Urun Daya.
Kelompok-kelompok Urun Daya
Kelompok-kelompok yang merespon data terbuka dari KPU terbentuk mulai tanggal 10 Juli sampai 13 Juli 2014. Secara kronologis, kelompok-kelompok tersebut adalah:
= 1. Jaga Suara Pemilu
=Melakukan pekerjaan Urun Daya jenis 3 di atas, melalui sebuah laman Facebook. Kelompok ini diinisiasi oleh Cut Nuke, seorang WNI di Canberra, Australia dan seorang rekannya, orang Indonesia yang berdomisili di Kanada. Laman Facebook-nya lahir pada tanggal 10 Juli 2014 dan dioperasikan oleh 15 administrator yang tersebar di Indonesia, Australia, Belanda, Kanada, dan Amerika Serikat. Foto-foto C1 plano dari berbagai TPS diperoleh dari kelompok-kelompok relawan di atas, maupun dari kiriman rakyat yang mendokumentasikan hitungan suara dari TPS masing-masing. Administrator mengatur foto-foto tersebut menurut provinsi atau kotamadya/kabupaten di laman tersebut. Pengunjung laman membandingkan foto-foto plano C1 tersebut dengan pindaian formulir C1 dari KPU. Perbedaan-perbedaan yang mereka temukan dilaporkan ke Bawaslu pada tanggal 17 Juli 2014.
= 2. Pemilu C1
=Melakukan pekerjaan Urun Daya jenis 1 di atas, melalui sebuah situs web. Sistemnya dikembangkan oleh seorang pekerja IT, dan diumumkan lewat forum komunitas Kaskus. Sistem ini menampilkan hasil pindaian formulir C1 secara acak dan siapapun yang mengunjungi situs ini bisa membaca dan memasukkan data hitungan suara dari tiap formulir. Karena tidak ada otentikasi untuk para pengunjung situs, siapapun bisa memasukkan hasil pembacaannya sehingga sangat bergantung pada kejujuran masing-masing pengunjung. Setelah mencapai 4800 TPS, sistem ini dihentikan karena mengalami serangan dari peretas topi hitam, sehingga hasil rekapitulasi suara tidak sampai 100%. Beberapa hari kemudian, sistem ini hidup lagi di alamat yang baru Diarsipkan 2014-09-26 di Wayback Machine.. Pada tanggal 18 Juli 2014, hasil penghitungan mencapai 273,875 TPS atau 57,19% dari total suara, di mana pasangan no.1 memperoleh 46.72% suara dan pasangan no.2 memperoleh 53.28% suara. Proses penghitungan kemudian dihentikan dan kode sumbernya dipublikasi. Peserta urun daya juga melakukan jenis pekerjaan jenis 2 di atas, yang hasilnya juga dipublikasi Diarsipkan 2014-08-08 di Wayback Machine..
= 3. C1 Yang Aneh
=Melakukan pekerjaan Urun Daya jenis 2 di atas, melalui sebuah situs blog. Kelompok ini diinisiasi oleh Herman Saksono, mahasiswa S3 di Boston, Amerika Serikat yang sedang liburan musim panas di kampung halamannya di Yogyakarta. Herman mengkoleksi hasil pindaian formulir C1 yang bermasalah dan mengunggahnya ke situs blog c1yanganeh.tumblr.com. Kelompok ini menerima masukan dari rakyat melalui alamat email c1yanganeh@gmail.com. Situs ini diketahui oleh KPU dan dijadikan rujukan untuk panduan laporan masyarakat. Hasil penemuan C1 yang aneh sampai 800-an dokumen.
= 4. Cek C1 Janggal
=Melakukan pekerjaan Urun Daya jenis 2 di atas. Kelompok ini diinisiasi oleh Elisa Sutanudjaja, peneliti Tata Ruang Kota di Jakarta. Elisa mengumumkan di status Facebook-nya pada tanggal 11 Juli secara publik, dengan harapan banyak yang merespon ajakannya mengecek hasil pindaian formulir C1 dari 480.000 TPS di seluruh Indonesia. Kelompok ini melaporkan penemuan kejanggalan formulir C1 ke KPU secara periodik, kecuali jika ada kejanggalan dalam skala besar, yang kemudian dilaporkan sesegera mungkin. Hasil penemuan C1 janggal dipublikasi untuk umum.
= 5. Real Count
=Melakukan pekerjaan Urun Daya jenis 1 di atas, melalui sebuah situs web Diarsipkan 2014-07-15 di Wayback Machine.. Sistemnya dikembangkan Pahlevi Fikri Auliya, pekerja IT di Singapura. Sistem ini lebih baik daripada sistem Pemilu C1 (lihat no.2), karena mewajibkan setiap pembaca formulir C1 untuk melakukan otentikasi dengan akun Facebook masing-masing. Karena otentikasi, bisa diketahui jika ada pengunjung yang melakukan pembacaan secara salah terus-menerus sehingga bisa diblokir. Dalam beberapa jam, sistem ini sudah memproses 17 ribu dokumen yang dikerjakan oleh 500 orang. Sistem ini dihentikan karena alasan pribadi pembuatnya, sehingga hasil rekapitulasi suara hanya sampai 10,704 TPS atau 2,23% dari total jumlah suara. Kode sumbernya dipublikasi dan pengembangnya mempersilakan siapapun mencoba menghidupkannya lagi di situs lain.
= 6. Kawal Suara
=Melakukan pekerjaan Urun Daya jenis 1 di atas, melalui sebuah situs web Diarsipkan 2014-08-06 di Wayback Machine.. Sistemnya dikembangkan oleh Reza Lesmana, pekerja IT di Jakarta. Reza mengawali situs ini karena ingin melakukan sebuah eksperimen sosial. Melalui getok tular dan media sosial, dalam dua hari saja situs ini dikunjungi oleh 1200 orang yang membantu membaca hasil pindaian formulir C1 dan memasukkan hasil pembacaannya ke dalam sistem. Sistem ini juga sempat mengalami serangan dari peretas topi hitam. Karena tanpa otentikasi pengunjung, sistem ini menerima pengisian hasil pembacaan formulir C1 oleh program otomatis yang mengubah perolehan suara sampai sebesar 1%. Untungnya, kesalahan ini segera cepat terdeteksi dan diperbaiki. Sampai 21 Juli 2014 pukul 22:39 WIB, data yang masuk mencakup 288,086 TPS dari 33 provinsi, yang merupakan 60,16% dari total suara, di mana pasangan no.1 memperoleh 47,22 % suara dan pasangan no.2 memperoleh 52,78 % suara.
= 7. Kawal Pemilu
=Melakukan pekerjaan Urun Daya jenis 1 di atas, melalui sebuah situs web Diarsipkan 2014-07-30 di Wayback Machine.. Sistemnya digagas oleh Ainun Najib, pekerja IT di Singapura, dikembangkan oleh dua rekannya pekerja IT Indonesia di Silicon Valley, Amerika Serikat, dan melibatkan 700 relawan yang membantu memasukkan hasil pembacaan pindaian formulir C1 ke dalam sistem. Berdasarkan pengalaman dari sistem-sistem pendahulunya, rekrutmen relawan dilakukan secara tertutup, dan penyimpanan data dilakukan secara terpisah dari situs web-nya. Sistem ini juga digawangi oleh tiga orang peretas topi putih, sehingga waktu terjadi serangan ratusan peretas topi hitam sistem ini masih terjaga. Karena keamanan yang terjaga, situs ini berhasil menampilkan hasil penghitungan dari seluruh data dari pindaian formulir C1 dari situs KPU, di mana pasangan no.1 memperoleh 47,09% suara dan pasangan no.2 memperoleh 52,90% suara. Baca lebih lengkap di KawalPemilu.org.
Respon dari KPU
Pada tanggal 11 Juli 2014, KPU membuka pintu laporan lewat laman Facebook, sehingga memudahkan masyarakat melapor dan menerima jawaban. Walaupun tidak semua laporan dijawab, KPU cukup tanggap terhadap berbagai laporan dari kelompok-kelompok di atas maupun individu-individu, sehingga mendapatkan apresiasi dari banyak pihak. Kerjasama rakyat dan KPU telah menemukan berbagai macam kejanggalan proses di berbagai TPS dan mengkonfirmasi hasil rekapitulasi oleh KPU yaitu 46.85% untuk pasangan no.1 dan 53.15% untuk pasangan no.2.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Pemilihan umum Presiden Indonesia 2019
- Urun daya dalam pemilihan umum Presiden Indonesia 2014
- Joko Widodo
- Susilo Bambang Yudhoyono
- Soekarno
- Soeharto
- Aburizal Bakrie
- Agus Harimurti Yudhoyono
- Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia
- Zulkifli Hasan