Publius Vergilius Maro adalah pujangga kenamaan Romawi. Karya-karyanya yang berupa puisi pastoral dan epik dalam bahasa Latin, berpengaruh besar terhadap karya-karya sastra selanjutnya seperti La Divina Comedia dari Dante Alighieri, atau Paradise Lost dari John Milton.
Bersama-sama dengan pujangga Horatius dan sejarawan Livius, karya-karyanya menandai era keemasan sastra Latin klasik periode Augustan.
Masa Muda
Ia dilahirkan pada 15 Oktober 70 SM di sebuah desa bernama Andes, dekat Mantua di belahan utara Itali. Orang tuanya walaupun berasal dari kalangan biasa, memiliki status sosial yang baik berkat usaha mereka sebagai pembuat barang-barang tembikar. Usaha ini pertama kali dirintis oleh kakeknya, Magus, ayah dari ibunya, Maggia Polla.
Pendidikan dasar dijalaninya di Cremona sampai ia berusia 15 tahun (tahun 55 SM), pada masa pemerintahan Konsul Pompeius dan Crassus. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Milan, lalu Roma. Di kota itu, ia mempelajari berbagai ilmu, terutama kedokteran dan matematika. Ia juga mencoba peruntungannya sebagai pengacara, tetapi karena kemampuan bicaranya yang buruk dan tersendat-sendat, ia hanya sekali tampil di pengadilan.
Didorong oleh ketertarikannya untuk mempelajari filsafat materialisme Epikurian, ia pindah ke Napoli dan bergabung di sebuah akademi setempat untuk mendalaminya. Di Napoli inilah ia berdiam sampai akhir hayatnya.
Karya
Vergilius menulis karya klasiknya yang pertama Eclogues antara tahun 42 SM – 39 SM dalam bentuk kumpulan sepuluh puisi. Puisi-puisi yang terinspirasi oleh pujangga Yunani Theocritus ini, dipersembahkan untuk Gaius Asinius Pollio, Alfenus Varus, dan Cornelius Gallus yang telah berjasa dalam membantu mendapatkan kembali tanah pertanian miliknya. Tanah pertanian miliknya disita negara untuk diberikan kepada para mantan serdadu dari pihak Octavianus sebagai imbalan jasa mereka, mengalahkan Brutus dan Cassius di Philipi tahun 42 SM.
Karya berikutnya Georgicon atau Puisi Pertanian yang terdiri dari empat buku ditulis antara tahun 37 SM – 29 SM. Menurut penuturannya, puisi-puisi ini dibuat atas permintaan Maecenas, sahabat karib sekaligus tangan kanan Kaisar Agustus, untuk menekankan peran penting pertanian dan menarik banyak orang berkecimpung di dalamnya. Propaganda ini bermaksud untuk menghidupkan kembali produksi sektor pertanian Romawi yang terbengkalai akibat perang selama beberapa generasi, sekaligus menciptakan swasembada pangan.
Menjelang akhir hidupnya (30 SM – 19 M),
Vergilius menghabiskan waktu menulis karya pamungkasnya Aeneid. Dalam karyanya ini, ia menggambarkan Roma bukan sebagai narasi sejarah tetapi sebagai mitologi, dan memilih bentuk puisi ketimbang prosa. Bentuk yang serupa juga digunakan oleh Homerus dalam karyanya Iliad dan Odusseia. Mitologi ini berkisah tentang Aenas, putra dari Anchises dan dewi Venus, yang memimpin para pengungsi Troya mendirikan koloni baru di Italy. Dari keturunan Aenas inilah kemudian muncul Romulus, pendiri kota Roma.
Akhir Hayat
Vergilius tidak pernah menuntaskan karya terakhirnya, Aeneid. Tiga tahun terakhir sebelum kematiannya, ia menghabiskan waktu di Yunani guna menuntaskan karya terakhinya. Namun di sana ia jatuh sakit dan memutuskan untuk pulang ke Italia. Ia meninggal pada tanggal 21 September 19 SM di Brundisium, distrik Calabria, pantai timur Itali dan dimakamkan di Pozzuoli, di pantai dekat Napoli. Di batu nisannya tertulis:
Mantua me genuit. Calabri rapuere.
Tenet nunc Parthenope. Cecini pascua, rura, duces
yang berarti:
Mantua melahirkanku. Calabria membawaku pergi.
Kini Napoli menggenggamku. Kubernyanyi tentang padang rumput, pedesaan dan para pemimpin.
Serba-serbi (trivia)
Dalam Dividina Komedia,
Vergilius menjadi pemandu Dante saat berada di Neraka dan Api Penyucian.
Pranala luar
(Latin) Karya-karya
Vergilius di Pustaka Latin.