Peran
Wanita di Vietnam adalah subyek dari beberapa perubahan sepanjang sejarah
Vietnam. Mereka mengambil berbagai peran dalam masyarakat, yang meliputi prajurit, perawat, ibu dan istri. Terdapat beberapa kemajuan dalam hak asasi
Wanita di Vietnam, seperti meningkatnya perwakilan
Wanita dalam pemerintahan, serta pembentukan Serikat
Wanita Vietnam pada 1930.
Beberapa cendekiawan menyatakan bahwa
Vietnam merupakan sebuah masyarakat matriakhal dominan sebelum kekuasaan Tiongkok, yang membawa nilai-nilai patriakhal Konghucu. Meskipun masa kekuasaan Tiongkok sebagian besar berakhir sebelum abad ke-2, kebanyakan nilai dan lembaga Tiongkok dilanjutkan oleh dinasti-dinasti
Vietnam berikutnya. Pada abad ke-19,
Vietnam didominasi oleh kekuasaan Prancis. Beberapa
Wanita secara temporer menikahi pria Eropa pada masa ini, dengan kedua belah pihak menyaksikan penyatuan tersebut sebagai hal yang saling menguntungkan.
Pada awal abad ke-20, sentimen nasionalis berkembang
di Vietnam yang kemudian berujung pada akhir kekuasaan Prancis pada 1954 dan membagi
Vietnam menjadi dua
di sepanjang paralel ketujuh belas. Terdapat beberapa catatan bahwa nasionalisme meningkatkan hak asasi
Wanita dengannya, dan beberapa
Wanita ikut serta dalam revolusi melawan kekuasaan Prancis.
Peran
Wanita dalam perang dan
di luar rumah makin meningkat sepanjang abad ke-20, khususnya pada Perang Indochina. Pada saat dan setelah Perang
Vietnam, pemerintahan Partai Komunis
Vietnam membuat upaya untuk meningkatkan hak, kesetaraan dan perwakilan
Wanita dalam pemerintahan. Ini meliputi pembentukan kuota kerja pada 1960an, yang dibuat agar
Wanita menduduki persentase pekerjaan tertentu dalam sektor berbeda.
Hak asasi
Wanita makin meningkat dalam
Vietnam kontemporer, dan
Wanita makin memegang jabatan kepemimpinan. Pada saat ini, Đặng Thị Ngọc Thịnh adalah Wakil Presiden
Vietnam, sebuah jabatan yang ia pegang sejak April 2016. Selain itu, Nguyễn Thị Kim Ngân terpilih menjadi Ketua Majelis Nasional
Vietnam pada Maret 2016, pertama kalinya seorang
Wanita memegang jabatan tersebut. Namun, masih ada pengaruh peran gender dan pengaruh kebudayaan
di Vietnam pada masa sekarang, yang dibatasi baik
di dalam rumah maupun
di luar rumah dalam lingkungan sosioekonomi.
Catatan
Referensi
Bacaan tambahan
Forbes, Andrew, and Henley, David:
Vietnam Past and Present: The North. Chiang Mai. Cognoscenti Books, 2012. ASIN: B006DCCM9Q.
S. Abramson, Marc (2011). Ethnic Identity in Tang China. University of Pennsylvania Press. ISBN 0812201019. Diakses tanggal 2 August 2013.
Cartier, Carolyn (2011). Globalizing South China. Volume 91 of RGS-IBG Book Series. John Wiley & Sons. ISBN 1444399241. Diakses tanggal 2 August 2013.
Reilly, Kevin; Kaufman, Stephen; Bodino, Angela, ed. (2003). Racism: A Global Reader (edisi ke-illustrated). M.E. Sharpe. ISBN 0765610590. Diakses tanggal 2 August 2013.
Schafer, Edward Hetzel (1967). The Vermilion Bird. University of California Press. Diakses tanggal 2 August 2013.
Schafer, Edward H. (1963). The Golden Peaches of Samarkand: A Study of Tʻang Exotics. Volume 742 of History: University of California Press (edisi ke-illustrated, reprint). University of California Press. Diakses tanggal 2 August 2013.
Bui Van Bao (2000). Việt Sử Bằng Tranh(Illustrated History of
Vietnam). Nhà Xuất Bản Việt Long. Diakses tanggal 5 January 2013.
Nguyen, Nathalie Huynh Chau. Vietnamese Women: Narratives of Cross-Cultural Marriage, Intersections: Gender and Sexuality in Asia and the Pacific, Issue 21, September 2009
Clark, Helen. Do Vietnamese women really long to marry Chinese men? Diarsipkan 2012-10-14
di Wayback Machine., April 2, 2010
Templat:Topik
Vietnam