- Source: We Can Do It
- Source: We Can Do It!
We Can Do It dapat mengacu pada beberapa hal berikut:
We Can Do It! adalah sebuah karya seni inspirasional Perang Dunia karya J. Howard Miller.
"We Can Do It" (lagu Carboo), dicover oleh September
"We Can Do It" (lagu Liverpool F.C.), 1977
"Kaya Natin Ito!" atau "We Can Do It!", sebuah lagu karya Ogie Alcasid
"We Can Do It", sebuah lagu dari musikal The Producers
We Can Do It (album), sebuah album karya The Rubettes
Lihat pula
Semua halaman dengan judul yang diawali dengan We Can Do It
= Halaman-halaman lainnya
="We Can Do It!" (bahasa Indonesia: Kita Dapat Melakukannya!) adalah sebuah poster propaganda masa perang di Amerika yang diproduksi oleh J. Howard Miller pada tahun 1943 untuk Westinghouse Electric sebagai sebuah gambar inspirasional untuk meningkatkan semangat buruh wanita.
Poster ini jarang terlihat pada Perang Dunia II. Poster ini lalu ditemukan kembali pada awal 1980-an dan banyak diproduksi ulang dalam berbagai bentuk. Poster ini tidak hanya diberi judul "We Can Do It!", tetapi juga diberi judul "Rosie the Riveter", sesuai nama seorang buruh wanita tangguh pada masa perang. Gambar "We Can Do It!" lalu digunakan untuk mempromosikan feminisme dan masalah politik lainnya mulai dekade 1980-an. Gambar ini kemudian menjadi sampul dari majalah Smithsonian pada tahun 1994 dan menjadi gambar pada sebuah prangko kelas pertama di Amerika Serikat pada tahun 1999. Gambar ini juga menjadi bahan kampanye dari sejumlah politikus Amerika pada tahun 2008, dan dikerjakan ulang oleh seorang seniman untuk merayakan wanita pertama yang menjadi Perdana Menteri Australia pada tahun 2010. Poster ini adalah salah satu dari sepuluh gambar yang paling sering diminta di National Archives and Records Administration.
Setelah ditemukan kembali, para pengamat sering berasumsi bahwa gambar ini selalu digunakan untuk menginspirasi para buruh wanita untuk ikut upaya perang. Namun, pada masa perang, gambar ini hanya digunakan di internal Westinghouse Electric, hanya ditampilkan pada bulan Februari 1943, dan tidak ditujukan untuk merekrut, tetapi hanya untuk mengajak buruh wanita agar bekerja lebih giat. Sejumlah orang lalu memanfaatkan gambar yang membangkitkan semangat ini untuk berbagai keperluan, seperti pemberdayaan diri, promosi kampanye, iklan, dan parodi.
Setelah gambar ini menjadi sampul Smithsonian pada tahun 1994, Geraldine Hoff Doyle berkata bahwa ia adalah wanita yang ditampilkan di poster ini. Doyle juga menyatakan bahwa ia pernah difoto sebagai seorang buruh pabrik wanita pada masa perang, dan ia berasumsi bahwa foto tersebut menginspirasi poster buatan Miller ini. Dianggap sebagai "Rosie the Riveter", Doyle pun mendapat penghargaan dari sejumlah organisasi, termasuk Michigan Women's Historical Center and Hall of Fame. Namun, pada tahun 2015, wanita yang ada di foto tersebut diidentifikasi sebagai Naomi Parker saat berusia 20 tahun. Parker telah bekerja sebagai buruh pabrik wanita pada awal tahun 1942, sebelum Doyle lulus dari SLTA. Pernyataan Doyle bahwa fotonya menginspirasi poster ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya, sehingga Doyle ataupun Parker tidak dapat dikonfirmasi sebagai wanita yang ditampilkan di poster ini.
Latar belakang
Pasca serangan Pearl Harbor oleh Jepang, pemerintah Amerika Serikat memerintahkan seluruh pekerja pabrik untuk memproduksi peralatan perang dengan jumlah yang lebih banyak. Tetapi, suasana kerja di pabrik-pabrik besar sering kali tegang karena kebencian antara manajemen dan serikat buruh sepanjang dekade 1930-an, sehingga direktur-direktur perusahaan seperti General Motors (GM) harus berupaya untuk memperkecil gesekan dan meningkatkan kerja tim. Untuk merespon kampanye hubungan masyarakat yang disebarkan oleh United Auto Workers, pada tahun 1942, GM pun dengan cepat memproduksi sebuah poster propaganda yang menampilkan buruh dan manajemen sama-sama menggulung lengan baju mereka untuk bersama-sama menjaga produktivitas selama perang. Poster tersebut bertuliskan, "Together We Can Do It!" (bahasa Indonesia: Bersama Kita Dapat Melakukannya!) dan "Keep 'Em Firing!" (bahasa Indonesia: Terus Bekerja!) Dengan membuat poster semacam itu, perusahaan-perusahaan berharap dapat meningkatkan produksinya dengan cara membendung sentimen pro-perang yang populer, sehingga pemerintah tidak perlu mengendalikan aktivitas produksi perusahaan secara lebih ketat.
= Westinghouse Electric
=Pada tahun 1942, seniman asal Pittsburgh, J. Howard Miller, diminta oleh Komite Koordinasi Produksi Perang dari Westinghouse Electric, melalui sebuah agensi periklanan, untuk membuat serangkaian poster guna ditampilkan kepada para buruh di perusahaan tersebut. Tujuan dari proyek poster tersebut adalah untuk membangkitkan semangat buruh, mengurangi ketidakhadiran, menjawab pertanyaan-pertanyaan buruh yang ditujukan kepada manajemen, dan mengurangi kemungkinan demo buruh atau penyerangan pabrik. Sebanyak 42 poster yang dirancang oleh Miller pun ditampilkan di pabrik tersebut selama dua minggu secara bergantian. Sebagian besar poster menampilkan pria, dan poster-poster tersebut menekankan peran-peran tradisional untuk pria dan wanita. Salah satu poster menggambarkan seorang manajer laki-laki yang sedang tersenyum, dengan tulisan "Any Questions About Your Work? ... Ask your Supervisor" (bahasa Indonesia: Ada Pertanyaan Tentang Pekerjaanmu? ... Tanyakan ke Penyeliamu)
Tidak lebih dari 1.800 salinan dari poster "We Can Do It!" berukuran 17x22 inci (559x432 mm) berhasil dicetak. Poster tersebut awalnya hanya dapat dilihat di sejumlah pabrik Westinghouse di East Pittsburgh, Pennsylvania, dan Barat Tengah, di mana poster tersebut dijadwalkan ditampilkan selama dua minggu mulai hari Senin tanggal 15 Februari 1943. Pabrik yang dipasangi poster tersebut adalah pabrik yang memproduksi lapisan helm plastik yang diresapi dengan Micarta, sebuah resin fenolik yang diciptakan oleh Westinghouse. Sebagian besar buruh di pabrik tersebut adalah wanita, yang berhasil memproduksi sekitar 13 juta lapisan helm selama perang. Slogan "We Can Do It!" kemungkinan tidak diinterpretasikan oleh para buruh untuk menyemangati buruh wanita saja, tetapi para buruh mungkin menyadari bahwa poster tersebut juga mempromosikan otoritas manajemen, kapabilitas karyawan, dan persatuan perusahaan. Para buruh tampaknya mengerti bahwa poster tersebut mengandung arti "Westinghouse Employees Can Do It" (bahasa Indonesia: Para Pekerja Westinghouse Dapat Melakukannya), di mana para buruh dan manajemen bekerja bersama-sama. Poster yang menyemangati tersebut pun menjadi propaganda halus untuk meningkatkan semangat buruh dan menjaga tingkat produksi agar tidak keteteran. Pakaian berwarna merah, putih, dan biru yang ditampilkan di poster juga merupakan sebuah kode halus untuk meningkatkan patriotisme dari para buruh, dan merupakan salah satu taktik paling umum dari komite koordinasi produksi perang.
Rosie the Riveter
Selama Perang Dunia II, poster "We Can Do It!" tidak ada hubungannya dengan lagu "Rosie the Riveter" buatan tahun 1942, atau dengan lukisan karya Norman Rockwell yang disebut sebagai Rosie the Riveter yang muncul pada sampul Saturday Evening Post yang diterbitkan pada Hari Memorial tanggal 29 Mei 1943. Poster Westinghouse juga tidak ada hubungannya dengan wanita manapun yang dijuluki "Rosie", yang aktif mengajak kaum wanita untuk ikut berpartisipasi dalam upaya perang. Justru sebaliknya, setelah ditampilkan selama dua minggu pada bulan Februari 1943 di sejumlah pabrik Westinghouse, poster tersebut menghilang selama hampir empat dekade. Terdapat pula gambar "Rosie" lainnya, yang sering kali menampilkan foto-foto buruh sungguhan. Office of War Information juga mengadakan kampanye iklan besar-besaran di seantero Amerika Serikat untuk mempromosikan upaya perang, tetapi "We Can Do It!" tidak menjadi bagian dari kampanye tersebut.
Lukisan Rosie the Riveter karya Rockwell lalu dipinjamkan oleh Post ke Departemen Keuangan AS untuk digunakan pada poster dan kampanye guna mempromosikan obligasi perang. Pasca perang, lukisan Rockwell secara perlahan hilang dari ingatan masyarakat karena lukisan tersebut dilindungi, dengan semua lukisan karya Rockwell disimpan di tempat tinggalnya pasca kematiannya. Perlindungan tersebut pun membuat lukisan karya Rockwell menjadi berharga, dengan karya-karyanya terjual dengan harga sekitar $5 juta pada tahun 2002. Sebaliknya, kurangnya perlindungan terhadap gambar "We Can Do It!" menjadi salah satu alasan kenapa gambar tersebut dapat terlahir kembali.
Ed Reis, seorang sejarawan sukarela untuk Westinghouse, menyatakan bahwa gambar aslinya tidak menampilkan pemasang paku (bahasa Inggris: riveter) pada masa perang, sehingga pengaitan dengan "Rosie the Riveter" tidaklah tepat. Justru gambar tersebut ditargetkan pada wanita yang memproduksi lapisan helm berbahan Micarta, sehingga Reis secara bercanda menyatakan bahwa wanita pada gambar tersebut lebih tepat dinamai "Molly the Micarta Molder" atau "Helen the Helmet Liner Maker" (bahasa Indonesia: Molly si Pembuat Micarta atau Helen si Pembuat Lapisan Helm)
Penemuan kembali
Pada tahun 1982, poster "We Can Do It!" diproduksi ulang dalam "Poster Art for Patriotism's Sake" (bahasa Indonesia: Seni Poster untuk Mengguncangkan Patriotisme), sebuah artikel Washington Post Magazine tentang poster-poster yang menjadi koleksi National Archives.
Pada tahun-tahun berikutnya, poster tersebut disesuaikan kembali untuk mempromosikan feminisme.Kaum feminis melihat gambar tersebut sebagai perwujudan pemberdayaan perempuan. "We" (Kita) dianggap memiliki arti "We Women" (Kita Perempuan), sehingga mempersatukan semua wanita dalam persaudarian untuk berjuang melawan ketidaksetaraan gender. Penggunaan tersebut pun sangat berbeda dengan penggunaannya pada tahun 1943, yakni untuk mengendalikan buruh dan menghindari ketegangan buruh. Profesor sejarah Jeremiah Axelrod menyatakan bahwa gambar tersebut merupakan kombinasi femininitas dengan "bahasa tubuh dan komposisi yang maskulin (hampir macho)."
Majalah Smithsonian menampilkan gambar tersebut di sampulnya pada bulan Maret 1994, untuk menarik para pembaca untuk membaca artikel pilihan tentang poster-poster masa perang. Layanan Pos AS juga membuat sebuah perangko 33¢ pada bulan Februari 1999 berdasarkan gambar tersebut, dengan menambahkan kata "Women Support War Effort" (bahasa Indonesia: Wanita Mendukung Upaya Perang). Sebuah poster Westinghouse dari tahun 1943 pun ditampilkan di Museum Sejarah Amerika Nasional, sebagai bagian dari pameran yang menampilkan barang-barang dari dekade 1930-an dan 1940-an.
Foto layanan berita
Pada tahun 1984, mantan buruh perang, Geraldine Hoff Doyle menemukan sebuah artikel di majalah Modern Maturity yang menunjukkan sebuah foto masa perang dari seorang wanita muda yang sedang mengoperasikan sebuah mesin bubut, dan ia berasumsi bahwa foto tersebut diambil antara pertengahan hingga akhir tahun 1942 ketika ia bekerja di sebuah pabrik. Sepuluh tahun kemudian, Doyle melihat poster "We Can Do It!" di sampul majalah Smithsonian dan berasumsi bahwa poster tersebut menggambarkan dirinya. Tanpa berniat mengambil keuntungan dari hal tersebut, Doyle menyatakan bahwa foto masa perangnya pada tahun 1942 telah menginspirasi Miller untuk membuat poster tersebut, sehingga menjadikan Doyle sebagai model dari poster tersebut. Kemudian, Doyle pun dianggap oleh masyarakat luas sebagai inspirasi dari poster buatan Miller.
Dari sebuah arsip foto-foto berita Acme, Profesor James J. Kimble lalu mendapat cetakan foto asli, termasuk keterangan yang mengidentifikasi wanita yang ada di foto tersebut sebagai Naomi Parker. Foto tersebut adalah salah satu dari serangkaian foto yang diambil di Stasiun Udara Angkatan Laut Alameda di California, yang memperlihatkan Parker dan saudarinya sedang bekerja pada bulan Maret 1942. Foto-foto tersebut kemudian dipublikasikan di berbagai surat kabar dan majalah mulai bulan April 1942, saat Doyle masih bersekolah tinggi di Michigan. Pada bulan Februari 2015, Kimble mewawancarai Parker bersaudari, yang saat itu sudah bernama Naomi Fern Fraley (93 tahun), dan saudarinya, Ada Wyn Morford, (91 tahun), dan menemukan bahwa mereka telah mengetahui selama lima tahun bahwa wanita yang ada di foto tersebut diidentifikasi dengan salah, dan upaya mereka untuk mengoreksinya telah ditolak.
Meskipun sejumlah publikasi mencantumkan pernyataan Doyle yang menyatakan bahwa foto masa perangnya menginspirasi poster buatan Miller, Sejarawan Westinghouse, Charles A. Ruch, seorang warga Pittsburgh yang berteman dengan J. Howard Miller, berkata bahwa Miller tidak biasa mengambil inspirasi dari foto, tetapi lebih biasa mengambil inspirasi dari peraga. Penny Coleman, pengarang Rosie the Riveter: Women working on the home front in World War II, berkata bahwa ia dan Ruch tidak dapat memastikan apakah foto masa perang tersebut muncul dalam berbagai gambar periodikal yang pernah dilihat oleh Miller.
Warisan
Saat ini, gambar ini telah menjadi sangat terkenal, jauh dari tujuan awalnya pada Perang Dunia II. Gambar ini telah ditampilkan dalam bentuk kemeja, tato, cangkir kopi, magnet kulkas, dsb sehingga Washington Post menyebut gambar ini sebagai suvenir yang "paling banyak tersedia" di Washington, D.C. Gambar ini digunakan pada tahun 2008 oleh sejumlah pengkampanye regional untuk mempromosikan Sarah Palin, Ron Paul dan Hillary Clinton. Michelle Obama pun ditampilkan dalam bentuk gambar ini oleh beberapa hadirin dari Rally to Restore Sanity and/or Fear tahun 2010. Gambar ini juga pernah dipakai oleh sejumlah perusahaan, seperti Clorox yang menggunakan gambar ini untuk mengiklankan alat pembersih rumah tangga, dengan menampilkan wanita yang memakai cincin kawin pada tangan kirinya. Parodi terhadap gambar ini juga pernah dilakukan oleh sejumlah wanita, pria, hewan dan karakter fiksi terkenal. Sebuah boneka kepala goyang dan mainan action figure juga pernah diproduksi. Museum Anak-Anak Indianapolis menampilkan sebuah replika setinggi 4-x-5-kaki (1,2 x 1,5 m) yang dibuat oleh seniman Kristen Cumings dari ribuan permen Jelly Belly.
Setelah Julia Gillard menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai perdana menteri Australia pada bulan Juni 2010, seorang seniman jalanan di Melbourne yang menyebut dirinya sebagai Phoenix, menempelkan wajah Gillard pada sebuah versi monokrom dari poster "We Can Do It!". AnOther Magazine pun mempublikasikan foto dari poster tersebut yang diambil di Hosier Lane, Melbourne, pada bulan Juli 2010, dengan menampilkan bahwa tanda "Komite Kerja Sama Produksi Perang" di kanan bawah telah digantikan dengan URL yang mengarah ke koleksi foto Phoenix di Flickr. Pada bulan Maret 2011, Phoenix memproduksi versi berwarna yang bertuliskan "She Did It!" (bahasa Indonesia: Ia Melakukannya) di kanan bawah, dan pada bulan Januari 2012, ia membubuhkan tulisan "Too Sad" (bahasa Indonesia: Terlalu Sedih) secara diagonal di poster tersebut untuk mengekspresikan kekecewaannya terhadap perkembangan politik Australia.
Geraldine Doyle meninggal pada bulan Desember 2010. Utne Reader pun mengiringinya dengan gambar sampul terbitan bulan Januari–Februari 2011, yang berupa parodi dari "We Can Do It!" dengan menampilkan Marge Simpson sedang memperlihatkan kepalan tangan kanannya. Para editor majalah tersebut mengekspresikan kesedihannya atas kepergian Doyle, "yang tampaknya menjadi inspirasi untuk karakter Rosie".
Pada tahun 2011, sebuah gambar stereoskopik (3D) dari "We Can Do It!" dibuat untuk ditampilkan pada bagian penutup dari film Captain America: The First Avenger. Gambar tersebut menjadi latar belakang untuk pemeran asal Inggris, Hayley Atwell.
Ad Council mengkaim bahwa poster tersebut dikembangkan pada tahun 1942 oleh pendahulunya, yakni War Advertising Committee (bahasa Indonesia: Komite Periklanan Perang), sebagai bagian dari kampanye "Women in War Jobs" (bahasa Indonesia: Wanita dalam Pekerjaan-Pekerjaan Perang), guna membantu mengajak "lebih dari dua juta wanita" untuk berpartisipasi dalam upaya perang. Pada bulan Februari 2012, selama perayaan hari jadi Ad Council ke-70, sebuah aplikasi interaktif yang dirancang oleh agen digital HelpsGood milik Animax, dihubungkan ke laman Facebook milik Ad Council. Aplikasi Facebook yang diberi nama "Rosify Yourself" (merujuk kepada Rosie the Riveter) tersebut memungkinkan penggunanya untuk mengunggah foto wajah mereka guna dimasukkan ke dalam poster "We Can Do It!", dan kemudian dapat diunduh untuk dibagikan kepada orang lain. Presiden dan CEO Ad Council, Peggy Conlon pun mempublikasikan wajah ter-"Rosify"-nya sendiri pada Huffington Post dalam sebuah artikel yang ia tulis tentang sejarah Ad Council selama 70 tahun. Staf dari program televisi Today juga mempublikasikan dua gambar ter-"Rosify" di situs web-nya, dengan menggunakan wajah pembawa berita, Matt Lauer dan Ann Curry. Namun, profesor dari Seton Hall University, James J. Kimble dan profesor dari Universitas Pittsburgh, Lester C. Olson yang meneliti asal muasal dari poster tersebut, menyatakan bahwa poster tersebut tidak diproduksi oleh Ad Council maupun digunakan untuk merekrut pekerja wanita.
Lihat pula
Keep Calm and Carry On, poster Perang Dunia II lainnya yang baru menjadi terkenal pada dekade berikutnya
Referensi
Pranala luar
"We Can Do It!" poster at the National Museum of American History
Kata Kunci Pencarian:
- We Can Do It
- We Can Do It!
- We Can Make It
- J. Howard Miller
- Punk
- Oh Baby (album)
- Geraldine Doyle
- Kekhalifahan dunia
- Cinta Laura
- When We All Fall Asleep, Where Do We Go?
- We Can Do It!
- We Can Do It (disambiguation)
- All We Can Do
- Yes We Can
- We Can Do It (album)
- What We Do in the Shadows (TV series)
- We Can Do Anything
- We Can Do That
- We can
- The Least We Can Do Is Wave to Each Other