- Source: Yayasan Supersemar
Yayasan Supersemar adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan pada 16 Mei 1974 oleh Presiden RI ke-2 Soeharto yang bertujuan membantu dunia pendidikan di Indonesia dengan bantuan pemberian beasiswa.
Sejarah
Yayasan Supersemar bermula dari gagasan Presiden Soeharto bahwa masalah pendidikan merupakan masalah bersama antara orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Banyak anak-anak muda di Indonesia yang memiliki kelebihan secara intelektual, mereka pandai, memiliki kecerdasan diatas rata-rata namun kondisi ekonomi orang tuanya tidak mendukung.
Dibutuhkan uluran tangan dari orang lain atau lembaga penyandang dana untuk meringankan beban orangtua dan juga negara akan ikut terbantu. Atas dasar itulah Presiden Soeharto mendirikan sebuah yayasan yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam upaya mengatasi masalah dunia pendidikan pada tanggal 16 Mei 1974.
= Identitas
=Nama Supersemar merupakan singkatan dari Surat Perintah Sebelas Maret, yang merupakan peristiwa penting dalam transisi Orde Lama ke Orde Baru. Dalam pertemuan dengan rektor di Bina Graha pada tanggal 27 Juli 1974 Presiden Soeharto menjelaskan bahwa nama Supersemar memiliki arti penting dalam Orde Baru yang "mengkoreksi kesalahan di masa lalu". Selain itu, Orde Baru juga memiliki komitmen untuk "menjalankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen", termasuk dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.
Penggunaan gambar punakawan Semar sebagai latar belakang korespondensi Yayasan Supersemar karena Semar diketahui di dunia pewayangan sebagai pengejawantahan dari Batara Ismaya, dengan tugas mengasuh ksatria agar memiliki budi pekerti yang luhur dan mengantarnya mencapai cita-cita mulia yang dituju.
Yayasan Supersemar diharapkan bisa mengemban darma tersebut untuk bangsa dan negara khususnya dalam bidang yang sangat krusial yaitu mencerdaskan generasi muda yang menjadi tulang punggung bangsa.
Penerima beasiswa
Setahun setelah berdiri yaitu pada tahun akademi 1975, yayasan ini untuk kali pertama menyalurkan beasiswa kepada 3.135 mahasiswa perguruan tinggi negeri di lingkungan Depdikbud. Rinciannya, Rayon A dengan uang beasiswa Rp 15.000 per bulan untuk mahasiswa di Jakarta, Rayon B dengan uang beasiswa Rp 12.500 per bulan.
Kemudian pada 1976 diberikan beasiswa kepada siswa SMTA kejuruan negeri sebanyak 667 santunan beasiswa sebesar Rp 500.000 dan Rp600.000 setiap siswa. Beranjak pada tahun 1978, diberikan beasiswa untuk perguruan tinggi Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Jumlah penerima beasiswa yayasan ini kemudian bertambah baik dari sisi pemberian beasiswanya maupun dalam jumlah penerimanya. Mulai dari tahun 1975 hingga 2015 yayasan ini telah memberikan beasiswa dan bantuan pendidikan atas lebih dari dua juta mahasiswa S1, S2 hingga S3, dengan lebih dari seribu alumnusnya telah menjadi professor.
Yayasan Supersemar juga mendukung kesuksesan program pemerintah dengan memberikan bantuan bagi atlet olahragawan berprestasi dan pembinanya melalui KONI, beasiswa anak peserta KB Lestari, bantuan anak asuh untuk program wajib belajar pendidikan dasar, dan beasiswa bagi anak pengamat gunung api di daerah terpencil. Juga diberikan beasiswa khusus untuk putra-putri anggota LVRI, Pepabri, anak veteran dan anak-anak berkebutuhan khusus. Juga beasiswa kepada Perguruan Tamansiswa dan Perguruan Muhammadiyah.
Hingga kini Yayasan Supersemar telah membantu jutaan penerima beasiswa dari semua kelas sekolah, mulai SD-SMP-SMA, Mahasiswa, para peneliti yang menjalani studi pascasarjana, guru, pelatih dan olahragawan berprestasi.
Selain beasiswa, Yayasan Supersemar juga menjadi agen pemantik gerakan literasi dan menulis nasional, melalui para ribuan kader penerima beasiswa yang menjadi relawannya melakukan gerakan seperti membuat perpustakaan, perlombaan, pengajaran bagi para buta huruf hingga seluruh pelosok negeri. Pada tahun 1995 atas gagasan dari Ibu Tien Soeharto akan membangun Taman Pustaka dan Literasi Indonesia atau Tampusindo seluas 130 hektare di Jonggol, Bogor bersama Balai Pustaka. Ibu Tien Soeharto mengharapkan dari dibangunnya Tampusindo ini dapat semakin memantik minat membaca dan menulis rakyat Indonesia, khususnya generasi muda. Proyek ini dihentikan akibat penyitaan yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung.
Kasus
Pada tahun 2007, yayasan ini dan Soeharto digugat Kejaksaan Agung karena diduga telah menyalahgunakan dana donasi dari pemerintah yang besarnya mencapai Rp 1,5 triliun, namun hanya Yayasan Supersemar yang terbukti bersalah dan diharuskan mengembalikan kerugian negara sebesar Rp185,92 miliar.
Putusan ini mendapatkan perhatian dari para alumni penerima beasiswa Yayasan Supersemar, yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMAPBS). Salah satu upayanya dengan membuat petisi agar masalah itu tidak merugikan mahasiswa penerima beasiswa. Petisi itu kemudian dikirimkan ke Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), staf khusus Presiden dan kejaksaan.
Para penerima beasiswa juga mempersoalan putusan itu serta siap mengembalikan uang beasiswa yang diterima jika negara meminta. Namun, mereka juga balik mempertanyakan tentang kerugian akibat kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang jumlah jauh melebihi nilai itu, apakah akan dikembalikan juga ke negara atau tidak.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Yayasan Supersemar
- Surat Perintah Sebelas Maret
- Kasus dugaan korupsi Soeharto
- Amsakar Achmad
- Balai Pustaka
- Lalu Gita Ariadi
- Orde Baru
- Bank Duta
- Berdikari
- Benny Pasaribu
- Supersemar
- Corruption charges against Suharto
- Corruption in Indonesia
- People's Consultative Assembly
- Petrus killings
- Nasakom
- New Order (Indonesia)
- Hamengkubuwono IX
- Tommy Suharto
- Sukarno