Hasil Pencarian:
Artikel: Yodjokodi
Baca di Wikipedia
Magau
Yodjokodi adalah seorang tokoh pejuang dan bangsawan yang menjadi Raja Palu ke-8. Ia biasanya dipanggil dengan sebutan Toma i Sima. Ia menggantikan keponakannya, Radja Maili, Raja Palu ke-7 yang tewas dalam Perang Kayumalue melawan Belanda. Ia memerintah sejak tahun 1888 hingga kematiannya pada tahun 1906.
Pada tanggal 1 Mei 1888,
Yodjokodi dipaksa menandatangani perjanjian pendek (korte verklaring) yang isinya merugikan Kerajaan Palu oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1892,
Yodjokodi memindahkan pusat pemerintahan dari Besusu ke daerah Panggovia (sekarang Kelurahan Lere) dan sebagian masuk ke dalam wilayah Tanggabanggo (sekarang Kelurahan Kamonji). Tindakan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ia merasa Besusu sudah tidak aman lagi dengan kedatangan pasukan Belanda. Peristiwa ini ditandai dengan pembangunan Souraja (Istana Kerajaan). Souraja dibangun pada tahun 1892, dan dipelopori oleh Amir Pettalolo, menantu
Yodjokodi.
Yodjokodi menggunakan Souraja sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan.
Kehidupan pribadi
Yodjokodi terlahir sebagai anak ketiga dari Raja Palu ke-6, Lamakaraka. Ia memiliki tiga orang istri yang bernama I Ntodei (Ratu Kerajaan Sigi), Bidarawasia (adik ipar Radja Maili), dan Jabatjina. Yojokodi dikaruniai delapan orang anak dari hasil perkawinan dengan Bidarawasia; yaitu Pariusi, Parampasi (Raja Palu ke-9), Idjazah (Raja Palu ke-10), Sima, Pangia, Djamaro, Yodi, dan Mutia. Melalui Jabatjina, Yojokodi memiliki seorang putra bernama Palimuri (di kemudian hari Presiden Sarekat Islam Palu).
Referensi