Zero Akutan atau dikenal sebagai
Zero Koga atau
Zero Aleut adalah pesawat tempur Mitsubishi A6M
Zero tipe 0 model 21 yang melakukan pendaratan darurat di Pulau
Akutan, Teritori Alaska semasa Perang Dunia II. Pesawat tempur ini disita Amerika Serikat dalam keadaan utuh pada bulan Juli 1942, dan merupakan pesawat
Zero pertama yang dapat diterbangkan oleh Amerika Serikat selama Perang Dunia II. Pesawat ini kemudian diperbaiki dan berhasil diterbangkan oleh pilot uji Amerika. Informasi dari uji terbang
Zero Akutan dipakai oleh ahli taktik pertempuran Amerika Serikat untuk mencari cara mengalahkan pesawat tempur
Zero yang merupakan pesawat tempur utama Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II.
Zero Akutan dianggap sebagai "hadiah tidak ternilai harganya bagi Amerika Serikat", dan "kemungkinan salah satu dari hadiah terbesar dalam Perang Pasifik". Sejarawan Jepang Masatake Okumiya menyatakan bahwa diperolehnya
Zero Akutan "tidak kalah seriusnya" dari kekalahan Jepang saat Pertempuran Midway, dan "berakibat banyak untuk mempercepat kekalahan terakhir Jepang" dalam perang. Namun Di lain pihak, John Lundstrom tidak sependapat kalau "Amerika Serikat perlu membongkar
Zero Koga sebelum dapat menciptakan taktik yang dapat mengalahkan pesawat dongeng itu". Menurut penerbang-penerbang Angkatan Laut Amerika Serikat yang bertempur melawan pesawat
Zero di Laut Koral, Midway, dan Guadalkanal,
Zero sudah bukan lagi pesawat misterius. Mereka sudah tahu kelemahan utama
Zero, yakni hilangnya kendali pada kecepatan tinggi.
Zero Akutan hancur dalam kecelakaan latihan pada tahun 1945. Sebagian dari rongsokannya disimpan di beberapa museum di Amerika Serikat.
Pesawat tempur Mitsubishi A6M Zero
Serangan terhadap pesawat pengebom Jepang yang dilakukan oleh pesawat-pesawat tempur Tiongkok dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua menyebabkan Jepang mengembangkan konsep pesawat tempur pengawal. Staf udara Angkatan Laut Jepang memerintahkan dibuatnya Mitsubishi A6M
Zero sebagai pesawat tempur jarak jauh berbasis di kapal induk dan di darat setelah menyadari keterbatasan jarak terbang pesawat tempur Mitsubishi A5M "Claude" yang dipakai mengawal pesawat pengebom.
Pesawat
Zero pertama kali terbang pada tahun 1939. Pesawat ini sangat lincah dan ringan, kemampuan manuver dan jarak jelajah pesawat ini unggul dibandingkan pesawat tempur lainnya di dunia pada waktu itu.
Zero mengungguli semua pesawat Sekutu yang dihadapinya pada dua tahun pertama perang. Keunggulan
Zero harus dibayar dengan daya tahan pesawat ini yang rendah. Berat pesawat ini sangat ringan, tidak dipasangi pelat lapis baja sebagai perisai dan tidak dilengkapi tangki bahan bakar swarapat yang mencegah bahan bakar bocor dan meledak setelah terkena tembakan musuh. Menurut penulis Amerika Serikat Jim Rearden, "Selama Perang Dunia II,
Zero kemungkinan pesawat tempur paling mudah jatuh kalau sudah terkena tembakan ... Orang Jepang ... tidak menyiapkannya atau tidak mampu membangun pesawat tempur lebih maju dalam jumlah yang cukup untuk menandingi jumlah dan kualitas pesawat tempur Amerika". Sebagai akibatnya,
Zero adalah pesawat tempur utama Angkatan Laut Jepang selama perang. Kira-kira 10.500 pesawat
Zero diproduksi semasa perang berlangsung.
Pada tahun 1940, pemimpin Flying Tigers Claire Lee Chennault menulis sebuah laporan tentang kinerja
Zero. Namun, analis-analis dari Departemen Perang Amerika Serikat membantahnya sebagai "sama sekali omong kosong", dan menyimpulkan bahwa superioritas kinerja
Zero disebabkan kemustahilan aerodinamika. Pada awal perang,
Zero mengalahkan setiap jenis pesawat tempur Sekutu yang ditemuinya. Menurut penerbang jagoan Amerika Serikat William N. Leonard, "Pada pertemuan tahap awal tersebut, kami belajar kegilaan pertarungan udara [melawan
Zero]".
Sewaktu menyerang Pearl Harbor, sembilan pesawat
Zero ditembak jatuh. Dari rongsokan-rongsokan tersebut, Sekutu mengetahui bahwa
Zero tidak dilengkapi pelat perisai dan tangki bahan bakar swarapat, tetapi hanya sedikit yang dapat diketahui tentang kemampuannya. Karakteristik kinerja terbang
Zero yang penting untuk merancang taktik dan mesin-mesin untuk memeranginya tetap sebuah misteri.
Sebelum ditemukannya
Zero Akutan, informasi teknis pesawat
Zero sudah didapat Sekutu dari tiga pesawat
Zero yang jatuh. Salah satunya (nomor seri 5349) yang diterbangkan oleh Hajime Toyoshima, jatuh di Pulau Melville, Australia setelah melakukan misi Pengeboman Darwin. Pesawat
Zero tersebut rusak berat, dan Toyoshima menjadi orang Jepang pertama yang dijadikan tawanan perang semasa Perang Pasifik. Pesawat
Zero lainnya yang diterbangkan oleh Yoshimitsu Maeda, jatuh di dekat Cape Rodney, Pulau Papua. Tim yang dikirim untuk mengambil pesawat itu membuat kesalahan besar ketika memotong kedua sayap, merusakkan gelagar sayap dan membuat pesawat itu tidak bisa terbang lagi. Pesawat
Zero ketiga (nomor seri 3372) mendarat darurat di wilayah Tiongkok. Gerhard Neumann berhasil memperbaiki pesawat tersebut dengan bagian-bagian bangkai pesawat
Zero yang jatuh dan dipungutnya. Namun, kondisi pesawat itu sudah parah. Lamanya pengangkutan dari Tiongkok ke Amerika Serikat menyebabkan
Zero Neumann terlambat di Amerika Serikat, dan
Zero Akutan Zero ditemukan lebih dulu.
Misi terakhir Sersan Satu Udara Koga
Sebagai bagian dari operasi Midway Juni 1942, Jepang melakukan serangan ke Kepulauan Aleut di pesisir selatan Alaska. Gugus tugas Jepang dipimpin oleh Laksamana Kakuji Kakuta melakukan dua kali pengeboman ke Dutch Harbor di Pulau Unalaska, pertama pada 3 Juni 1942 dan sekali lagi pada keesokan harinya.
Sersan Satu Udara Tadayoshi Koga, 19 tahun, lepas landas dari kapal induk pesawat Ryūjō untuk ambil bagian dalam serangan 4 Juni. Pesawat Koga adalah pesawat kedua dari formasi tiga pesawat. Penerbang yang menjadi wingman untuknya adalah Sersan Kepala Makoto Endo di pesawat pertama dan Sersan Dua Tsuguo Shikada di pesawat ketiga. Koga dan rekan menyerang Dutch Harbor, menembak jatuh sebuah perahu terbang PBY-5A Catalina yang dikemudikan oleh Bud Mitchell dan memberondong korban yang selamat di laut. Dalam penyerbuan tersebut, pesawat Koga (nomor seri 4593) rusak akibat tembakan senjata ringan antipesawat.
Tsuguo Shikada, salah seorang dari wingman Koga, menerbitkan pengalamannya pada tahun 1984. Menurutnya, kerusakan pesawat Koga terjadi ketika mereka sedang menyerang dua pesawat Catalina milik Amerika Serikat yang sedang berlabuh di teluk. Kesaksian ini tidak menyebut soal ditembak jatuhnya sebuah pesawat PBY-5A Catalina. Pengakuan Shikada dibantah oleh catatan pihak militer Amerika Serikat dan Jepang. Pada hari itu tidak ada pesawat PBY di pelabuhan. Meskipun demikian, kesaksian Shikada cocok dengan catatan Amerika Serikat mengenai serangan terhadap Dutch Harbor pada hari sebelumnya (3 Juni 1942). Menurut Rearden, "Setelah hampir setengah abad setelah peristiwa tersebut, sepertinya ingatan Shikada menjadi campur aduk soal serangan tanggal 3 Juni atau 4 Juni ... Dalam wawancara dengannya, tampaknya Shikada memakai daya ingat selektif karena tidak menyebut soal menembak jatuh sebuah PBY Mitchell dan lalu memberondong awak yang selamat di laut.".
Penembak yang menjatuhkan pesawat Koga tidak diketahui, meski sejumlah orang telah mengaku sebagai penembaknya. Bukti fotografi memperlihatkan kemungkinan besar pesawat itu terkena tembakan dari darat. Anggota Resimen Artileri Pantai 206 yang dipersenjatai meriam antipesawat 3 inci dan senapan mesin kaliber .50 untuk mempertahankan Dutch Harbor mengklaim telah berjasa sebagai penembaknya. Meskipun demikian, kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat yang berada di lepas pantai juga mengaku sebagai penembaknya. Pemeriksaan fisik badan pesawat menunjukkan bahwa pesawat
Zero Akutan rusak akibat tembakan senjata ringan, tampak lubang-lubang peluru kaliber .50 dan kaliber lebih kecil, baik dari atas maupun bawah
= Jatuhnya pesawat Koga
=
Tembakan fatal memutuskan pipa pengembali oli, dan pesawat Koga langsung meninggalkan jejak bocoran oli. Koga menurunkan kecepatan untuk menunda matinya mesin hingga selama mungkin.
Ketiga pesawat
Zero terbang ke Pulau
Akutan, 26 mil sebelah timur Dutch Harbor yang telah ditetapkan sebagai tempat pendaratan darurat. Di dekat pulau itu sudah menunggu sebuah kapal selam Jepang yang ditugaskan menyelamatkan pilot yang pesawatnya tertembak jatuh. Di atas Pulau
Akutan, tiga pesawat
Zero mengelilingi sebuah lapangan rumput setengah mil dari Teluk Broad. Shikada mengira ada tanah keras di bawah lapangan rumput tersebut, tetapi pada lintasan yang kedua kali, ia melihat ada kilauan air. Ia tiba-tiba menyadari Koga harus melakukan pendaratan perut. Namun Koga sudah menurunkan roda pendarat dan hampir mendarat.
Roda pendarat terperosok ke dalam lumpur dan air, menyebabkan pesawat terbalik dengan bagian atas berada di bawah, lalu tergelincir sebelum berhenti. Meski pesawat selamat mendarat hampir utuh, Sersan Satu Udara Koga tewas akibat benturan, kemungkinan akibat patah leher atau benturan di kepala. Kedua wingman Koga yang terbang berputar di atasnya telah diperintahkan untuk menghancurkan setiap pesawat
Zero yang mendarat darurat di wilayah musuh. Namun keduanya tidak tahu Koga masih hidup atau sudah mati. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk pergi dan tidak memberondong pesawat Koga hingga hancur. Kapal selam Jepang yang diposkan di Pulau
Akutan dengan sia-sia mencari Koga sebelum diusir oleh kapal perusak USS Williamson.
Penemuan kembali
Lokasi kecelakaan yang berada di luar jalur penerbangan standar dan tidak terlihat dari kapal, belum ditemukan dan tidak terusik selama lebih dari sebulan. Pada 10 Juli 1942, sebuah PBY Catalina yang dipiloti Letnan William "Bill" Thies menemukan rongsokan pesawat. Pesawat Catalina ini sebetulnya sedang melakukan patroli berdasarkan perhitungan mati dan sedang tersesat. Ketika Kepulauan Shumagin sudah terlihat, Letnan Thies mengubah arah pesawatnya dan mulai terbang kembali ke Dutch Harbor lewat jalur penerbangan paling dekat, di atas Pulau
Akutan. Kapten pesawat, Albert Knack melihat rongsokan pesawat Koga. Pesawat Thies terbang berputar di lokasi kecelakaan, mencatat koordinatnya pada peta, dan kembali ke Dutch Harbor untuk melaporkannya. Thies berhasil meyakinkan komandannya, Paul Foley untuk memberi izin kembali ke lokasi kecelakaan bersama sebuah tim penyelamatan. Keesokan harinya, tim tersebut terbang untuk memeriksa pesawat Koga. Fotografer angkatan laut Mualim Arthur W. Bauman bertugas memotret sewaktu misi berlangsung.
Tim Thies berhasil mengeluarkan jasad Koga dari pesawat setelah memerintahkan awak pesawat bernama Knack yang bertubuh paling kecil, untuk merangkak di dalam pesawat dan memotong sabuk pengaman yang mengikat tubuh Koga. Mereka menggeledah jasad Koga dengan harapan menemukan benda-benda bernilai intelijen, lalu menguburkannya di sebuah lubang kubur yang dangkal. Thies bersama timnya kembali ke Dutch Harbor untuk melaporkan bahwa pesawat Koga masih dapat diselamatkan. Keesokan harinya, 12 Juli, tim penyelamat di bawah pimpinan Letnan Robert Kirmse diberangkatkan ke
Akutan. Tim ini kembali menguburkan jenazah Koga dengan tata cara penguburan Kristiani di sebuah bukit berdekatan. Mereka lalu bersiap mengambil pesawat
Zero tersebut. Namun upaya mereka terhalang akibat tidak tersedianya alat-alat berat yang batal didaratkan karena kapal yang mengangkutnya kehilangan dua buah jangkar. Pada 15 Juli 1842, tim ketiga yang ditugaskan mengambil pesawat diberangkatkan. Kali ini, mereka membawa alat-alat berat yang tepat. Tim tersebut berhasil membebaskan pesawat
Zero itu dari lumpur dan menariknya ke tongkang yang berdekatan tanpa menimbulkan kerusakan lebih lanjut. Pesawat itu kemudian dibawa ke Dutch Harbor, dijungkirkan hingga sisi kanan berada di atas, dan dibersihkan.
Zero Akutan dibawa di atas kapal USS St. Mihiel dan tiba di Seattle pada 1 Agustus 1942. Dari Seattle, pesawat ini diangkut dengan tongkang ke Pangkalan Udara Angkatan Laut North Island dekat San Diego untuk diperbaiki secara teliti. Perbaikan ini "sebagian besar terdiri dari pelurusan stabilisator vertikal, kemudi belok, ujung sayap, sirip sayap, dan kanopi. Penopang roda pendarat yang patah memerlukan perbaikan lebih intensif. Propeler tiga bilah produksi Sumitomo dipasang dan digunakan kembali." Roundel (tanda pengenal pesawat) Hinomaru berwarna merah dicat ulang dengan tanda bintang putih di dalam lingkaran biru Amerika Serikat. Pesawat ini mendapat penjagaan 24 jam dari polisi militer untuk mencegah kerusakan pesawat oleh pemburu cendera mata. Pesawat
Zero Akutan kembali layak untuk terbang pada 20 September 1942.
Hasil analisis Amerika Serikat
Data dari
Zero Akutan dikirim ke Biro Aeronautika dan Grumman Aircraft. Setelah mempelajarinya dengan saksama, Roy Grumman memutuskan bahwa dia dapat membuat pesawat yang menyamai atau melampaui karakteristik
Zero, kecuali soal jarak terbang, tanpa mengorbankan pelat perisai untuk pilot, tangki swarapat, dan struktur badan pesawat. Pesawat baru F6F Hellcat meski lebih berat namun memiliki tenaga tambahan..
Pada 20 September 1942 (2 bulan setelah ditangkapnya
Zero di
Akutan), Mayor Udara Eddie R. Sanders ditugaskan sebagai penerbang uji
Zero Akutan pada uji terbang pertamanya. Sanders melakukan 24 kali uji terbang dari 20 September hingga 15 Oktober 1942. Menurut laporan Sanders:
Penerbangan-penerbangan ini meliputi tes kinerja seperti yang kita lakukan terhadap pesawat-pesawat yang menjalani uji terbang Angkatan Laut. Penerbangan yang pertama mengungkap kelemahan dari pesawat
Zero yang dapat dieksploitasi oleh pilot-pilot kita dengan taktik yang tepat... segera jelas adalah fakta bahwa aileron menjadi kaku pada kecepatan di atas 200 knot, sehingga manuver berguling pada kecepatan tersebut menjadi lambat dan memerlukan banyak kekuatan pada tongkat kendali. Pesawat itu lebih mudah berguling ke kiri daripada ke kanan. Juga, mesinnya mogok dalam keadaan akselerasi negatif akibat karburator tipe apung. Kita sekarang punya jawaban untuk pilot-pilot kita selalu kena diakali, dan tidak dapat melarikan diri ketika dikejar
Zero: Lakukan menukik vertikal dengan kecepatan penuh, gunakan akselerasi negatif bila mungkin untuk membuka jarak sewaktu mesin
Zero masih mogok akibat akselerasi. Pada kira-kira 200 knot, berguling tajam ke kanan sebelum penglihatan pilot
Zero normal kembali.
Pada uji-uji terbang berikutnya, Frederick M. Trapnell, direktur uji terbang di Anacostia Naval Air Station menerbangkan
Zero Akutan ditemani Sanders yang menerbangkan pesawat Amerika Serikat. Keduanya melakukan simulasi pertarungan udara. Pilot uji Angkatan Laut Amerika Serikat Letnan Melvin C. "Boogey" Hoffman juga melakukan serangkaian uji pertarungan udara. Hoffmann menerbangkan
Zero Akutan, sementara pilot-pilot baru angkatan laut menerbangkan pesawat angkatan laut model baru.
Setelah uji terbang oleh angkatan laut, pesawat
Zero Akutan dipindahkan dari Pangkalan Udara Angkatan Laut North Island ke Pangkalan Udara Angkatan Laut Anacostia pada tahun 1943. Pada tahun 1944, pesawat ini dikembalikan ke North Island untuk dipakai sebagai pesawat latih untuk pilot-pilot siswa sebelum dikirim ke Pasifik. Sebuah pesawat
Zero Model 52 lainnya yang ditangkap sewaktu Pembebasan Guam juga dipakai untuk latihan.
Data dan kesimpulan dari uji terbang
Zero Akutan diterbitkan dalam Informational Intelligence Summary 59, Technical Aviation Intelligence Brief #3, Tactical and Technical Trends #5 (diterbitkan sebelum uji terbang pertama), dan Informational Intelligence Summary 85. Hasil-hasil pengujian sedikit meremehkan kemampuan
Zero.
Konsekuensi
Data dari
Zero Akutan diserahkan ke BuAer dan Grumman Aircraft untuk dipelajari pada tahun 1942. Pada waktu itu Amerika Serikat sedang mendesain F6F, sebuah pesawat tempur berbasis kapal induk yang dimaksudkan sebagai pengganti F4F Wildcat,. Uji terbang F6F dilakukan dengan prototipe pertama yang disebut XF6F-1 yang dipasangi mesin radial dua baris bertenaga lebih rendah Wright R-2600 Twin Cyclone 14 silinder pada 26 Juni 1942. Produksi pertama F6F-3 dirancang berdasarkan data "Wildcat vs
Zero" dari pilot-pilot F4F veteran Pertempuran Laut Karang dan Pertempuran Midway seperti Jim Flatley dan Jimmy Thach, dan beberapa pilot lainnya. Pendapat mereka didengar dalam rapat bersama Wakil Presiden Grumman Jake Swirbul di Pearl Harbor, 23 Juni 1942. Hasilnya berupa dibuatnya F6F Hellcat yang lepas landas pada Oktober 1942. Meski uji terbang
Zero hasil tangkapan tidak mempengaruhi rancangan Hellcat secara drastis, data-datanya mengungkap karakteristik terbang pesawat
Zero, termasuk keterbatasannya dalam berguling ke kanan dan menukik. Informasi tersebut, ditambah kemampuan Hellcat yang telah ditingkatkan, berjasa membantu pilot-pilot Amerika Serikat "mengubah keseimbangan di Pasifik". Penerbang jagoan Amerika Serikat Kenneth A. Walsh dan R. Robert Porter, serta pilot-pilot lainnya memuji taktik dari data-data yang didapat sebagai telah menyelamatkan nyawa mereka. James Sargent Russell, komandan skadron PBY Catalina yang menemukan
Zero di Pulau
Akutan yang kemudian naik pangkat hingga menjadi laksamana berkomentar bahwa pesawat
Zero bekas Koga "memiliki makna sejarah yang luar biasa." William N. Leonard juga sepakat bahwa: "
Zero yang tertangkap itu adalah sebuah harta. Sepengetahuanku, tidak ada mesin perang hasil tangkapan lainnya yang telah membongkar begitu banyak rahasia ketika begitu sangat dibutuhkan."
Beberapa sejarawan mempermasalahkan sejauh mana
Zero Akutan mempengaruhi hasil perang udara di Pasifik. Thach Weave, sebuah taktik karya John Thach dan dipakai secara sukses oleh penerbang Amerika melawan pesawat
Zero, adalah hasil pemikiran Thach berdasarkan laporan intelijen kinerja
Zero di Tiongkok, diciptakannya sebelum Jepang melakukan serangan ke Pearl Harbor.
Tertangkapnya
Zero milik Koga dan uji terbang yang dilakukan terhadap pesawat itu biasanya digambarkan sebagai keberhasilan tidak terduga yang luar biasa bagi Sekutu, karena mengungkap rahasia-rahasia dari pesawat misterius itu dan membawa langsung kepada kejatuhannya. Menurut sudut pandang ini, pilot-pilot Sekutu mendapat kesempatan belajar cara berurusan dengan lawan lincah mereka. Orang Jepang pasti sangat setuju... Namun pilot-pilot angkatan laut yang harus bertempur melawan
Zero di Laut Karang, Midway, dan Guadalcanal tanpa memanfaatkan keuntungan dari laporan uji terbang [
Zero Akutan] pasti tidak setuju dengan argumentasi yang mengatakan pesawat
Zero milik Koga perlu dibedah untuk menciptakan taktik yang dapat mengalahkan pesawat dongeng tersebut. Bagi mereka pesawat
Zero tidak bertahan lama sebagai pesawat misterius. Kabar cepat beredar di antara penerbang tempur mengenai ciri-ciri khas
Zero. Pada 6 Oktober ketika menguji
Zero, [pilot uji
Zero Akutan Frederick M.] Trapnell membuat sebuah pernyataan sangat menarik:
'Kesan umum tentang pesawat ini persis seperti yang semula dilaporkan oleh intelijen, termasuk kinerjanya.'
Meskipun demikian, 9 rongsokan Mitsubishi A6M
Zero yang ditemukan dari Pearl Harbor pada Desember 1941 tidak lama setelah serangan Jepang ditelaah oleh Intelijen Angkatan Laut Amerika Serikat bersama-sama dengan Biro Aeronautika Angkatan Laut, dan lalu dikirim ke Departemen Teknik Eksperimental di Dayton, Ohio pada tahun 1942. Pesawat eksperimental Grumman XF6F-1 yang menjalani uji terbang pada Juni 1942 dan pesawat
Zero sama-sama memiliki "sayap terintegrasi dengan badan pesawat," sebuah karakteristik desain yang tidak umum diterapkan dalam produksi pesawat terbang Amerika Serikat pada waktu itu.
Zero Akutan hancur dalam kecelakaan sewaktu latihan pada bulan Februari 1945. Ketika pesawat
Zero itu sedang berada di jalan taksi sebelum lepas landas, sebuah SB2C Helldiver kehilangan kendali dan menabraknya. Propeler Helldiver mengiris
Zero menjadi beberapa bagian. Dari rongsokan pesawat
Zero Akutan, William N. Leonard memungut beberapa instrumen tolok yang kemudian disumbangkannya ke Museum Nasional Angkatan Laut Amerika Serikat. Alaska Heritage Museum dan Museum Dirgantara Nasional Smithsonian juga menyimpan beberapa bagian kecil dari pesawat
Zero itu.
Dalam upayanya merepatriasi tulang belulang Koga, pengarang Amerika Serikat Jim Rearden memimpin pencarian di Pulau
Akutan pada tahun 1988. Ia menemukan makam Koga ternyata sudah kosong. Rearden dan pengusaha Jepang Minoru Kawamoto melakukan penelitian dokumen. Mereka menemukan bahwa jenazah Koga sudah digali oleh tim Dinas Registrasi Amerika Serikat dan dimakamkan kembali di Pulau Adak, Kepulauan Aleut. Tim tersebut tidak mengetahui identitas Koga sehingga menandainya sebagai makam tidak dikenal. Makam di Pulau Adak digali pada tahun 1953, dan 256 jenazah dikembalikan ke Jepang. Jenazah yang dikuburkan di samping Koga (Shigeyoshi Shindo) termasuk salah satu dari 13 jenazah yang teridentifikasi. Sejumlah 223 jenazah tidak dikenal, dimakamkan kembali di Pemakaman Nasional Chidorigafuchi, Tokyo. Koga mungkin termasuk salah satu di antaranya.
Catatan kaki
Referensi
Bergerud, Eric M. Fire in the Sky: The Air War in the South Pacific. Westview Press, 2001, ISBN 0-8133-3869-7.
Handel, Michael I. War, Strategy, and Intelligence. Routledge, 1989. ISBN 0-7146-3311-9.
Ewing, Steve (2002). Reaper Leader, The Life of Jimmy Flatley. Naval Institute Press. ISBN 1-55750-205-6.
Ewing, Steve (2004). Thach Weave, The Life of Jimmie Thach. Naval Institute Press. ISBN 1-559114-248-2.
Francillon, Rene J. (1989). Grumman Aircraft Since 1929. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-246-X.
Lundstrom, John B. The First Team and the Guadalcanal Campaign: Naval Fighter Combat from August to November 1942. Naval Institute Press, 2005. ISBN 1-59114-472-8.
Okumiya, Masatake, Jiro Horikoshi, and Martin Caidin.
Zero! New York: E.P. Dutton & Co., 1956.
O'Leary, Michael. United States Naval Fighters of World War II in Action. Poole, Dorset, UK: Blandford Press, 1980. ISBN 0-7137-0956-1.
The Oxford Guide to World War II. Edited by I.C.B. Dear. Oxford University Press, 1995. ISBN 978-0-19-534096-9.
Rearden, Jim. Koga's
Zero: The Fighter That Changed World War II. ISBN 0-929521-56-0, second edition. Missoula, Montana: Pictorial Histories Publishing Company, 1995. Originally published as Cracking the
Zero Mystery: How the U.S. Learned to Beat Japan's Vaunted WWII Fighter Plane. ISBN 978-0-8117-2235-3.
Rearden, Jim. "Koga's
Zero—An Enemy Plane That Saved American Lives" Diarsipkan 2008-12-27 di Wayback Machine.. Invention and Technology Magazine. Volume 13, Issue 2, Fall 1997. Retrieved on 2008-12-09.
Degan, Patrick Flattop Fighting in World War II. McFarland, 2003. ISBN 978-0-7864-1451-2.
Thruelsen, Richard (1976). The Grumman Story. Praeger Publishers, ISBN 0-275-54260-2.
Pranala luar
Situs web Bill Thies tentang pesawat
Zero
Zeros over China, 1941–1942. Ben Schapiro. The Warbird's Forum, Mei 2008 (artikel tentang penyitaan dan perbaikan
Zero Gerhard Neumann di Tiongkok pada tahun 1941.
War Prize: The Capture Of The First Japanese
Zero Fighter In 1941. j-aircraft.com, December 3, 1999. Artikel tentang penyitaan dan perbaikan
Zero Gerhard Neumann.
Artikel mengenai pesawat
Zero Yoshimitsu Maeda yang jatuh