- Source: Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern
Kill Bill: Vol. 2 (2004)
The Last Samurai (2003)
Se7en (1995)
Artikel: Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern GudangMovies21 Rebahinxxi
bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Sanskerta sudah ribuan tahun dikenal di Nusantara yang datang dari India. Bukti tertua yang sekarang masih ada ialah prasasti Yupa yang ada di Kutai, Kalimantan Timur dan kurang lebih berasal dari abad ke-4 atau abad ke-5 Masehi.
Karena keberadaan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta di Nusantara sudah lama, sudah tentu banyak kata-kata dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa ini yang diserap dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa-bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa setempat. Artikel ini membicarakan kata-kata serapan dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu tradisional dan dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia modern.
Kosakata dasar
Karena sudah sangat lama dikenal di Nusantara, kata-kata Sanskerta ini sering kali sudah tidak dikenali sebagai kata-kata asing lagi dan sudah masuk ke kosakata dasar. Oleh karena itu seseorang bisa menulis sebuah cerita pendek yang menggunakan kata-kata Sanskerta saja. Di bawah ini disajikan sebuah cerita kecil terdiri dari kurang lebih 80 kata-kata dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia yang ditulis menggunakan kata-kata Sanskerta saja, kecuali beberapa partikel-partikel. Kata-kata Sanskerta di bawah dicetak tebal:
Karena semua dibiayai dana negara jutaan rupiah, sang mahaguru sastra bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Kawi dan mahasiswa-mahasiswinya, duta-duta negeri mitra, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata suami-istri, beserta karyawan-karyawati lembaga nirlaba segera berdharmawisata ke pedesaan di utara kota kabupaten Probolinggo antara candi-candi purba, berwahana keledai di kala senja dan bersama kepala desa menyaksikan para tani yang berjiwa bersahaja serta berbudi nirmala secara berbahagia berupacara, seraya merdu menyuarakan gita-gita mantra, yang merupakan sarana pujian mereka memuja nama suci Pertiwi, Dewi Bumi yang bersedia menganugerahi mereka karunia dan restu, meraksa dari bahaya, mala petaka dan bencana.
Jumlah kata-kata Sanskerta dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia
Dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia diperkirakan ada sekitar 800 kata-kata dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta. Kata-kata ini ada yang diserap langsung dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa aslinya, namun banyak pula yang diserap dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa atau bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa Kuno. Yang diserap dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa sering dipakai sebagai pembentukan kata-kata baru dan disebut sebagai neologisme.
Meski kelihatannya hanya sedikit, namun kata-kata ini frekuensinya cukup tinggi dan banyak yang masuk ke kosakata dasar seperti telah dibicarakan di atas ini sehingga tampaknya banyak.
Penyesuaian fonologi
Fonologi bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta dan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu agak berbeda. Di dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta dikenal ada 7 vokal pendek dan 6 vokal panjang (secara teoretis ada 7 vokal panjang pula), serta ada 26 konsonan.
Vokal Pendek:
/a/, /i/, /u/, /ṛ/, /ḷ/, /e/, dan /o/
Vokal Panjang:
/a:/, /I:/, /u:/, /ṛ:/, /ḷ:/, /ai/, dan /au/.
Konsonan Letupan
/k/, /g/, /c/, /j/, /ṭ/, /ḍ/, /t/, /d/, /p/, /b/
Konsonan Letupan yang disertai hembusan
/kh/, /gh/, /ch/, /jh/, /ṭh/, /ḍh/, /th/, /dh/, /ph/, /bh/
Konsonan Sengau
/ng/, /ñ/, /ṇ/, /n/, /m/
Konsonan Semivokal
/y/, /r/, /l/, /w/
Konsonan Sibilan
/ś/, /ṣ/, /s/, /h/
Konsonan Lain-lain
/ḥ/, /ṃ/
Dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu tidak ada permasalahan berarti dalam menyesuaikan vokal-vokal Sanskerta. Namun karena dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu tidak ada vokal panjang, maka semua vokal panjang berubah menjadi pendek.
Selain itu ada hal menarik dalam penyesuaian vokal /r/. Vokal ini sekarang di India dilafalkan sebagai /ri/ sementara zaman dahulu diperkirakan vokal ini dilafalkan sebagai /rə/ atau /'ər/, mirip seperti dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa. Inilah sebabnya mengapa nama bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskrta di Indonesia dilafalkan sebagai Sanskerta, tetapi di India sebagai Sanskrit. Dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu pada beberapa kasus vokal ini dilafalkan sebagai /ri/, namun pada kasus-kasus lainnya dilafalkan sebagai /'ər/. Selain itu kata-kata Sanskerta yang diserap dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa sering kali juga memuat pelafalan /'ər/ atau /rə/.
Beberapa contoh:
Sebagai /ri/ -> “berita”, “berida”.
Sebagai /rə/ -> “bareksa”
Serapan dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa /'ər/ -> “werda”
Kemudian perbendaharaan konsonan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu tidak sebanyak bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta. Konsonan retrofleks tidak ada padanannya dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu sehingga disesuaikan menjadi konsonan dental. Lalu dari tiga sibilan dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu yang tersisa hanya satu sibilan saja, meski dalam huruf Jawi sering kali sibilan retrofleks atau palatal ini ditulis menggunakan huruf syin ش. Misalkan kata kesatria yang dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta dieja sebagai kṣatriya (kshatriya) dalam tulisan Jawi dieja sebagai کشتريا.
Lalu kasus menarik selanjutnya ialah penyesuaian konsonan yang disertai dengan aspirasi atau hembusan. Dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu sering kali hembusan ini juga dilestarikan. Sebagai contoh diambil kata-kata:
bhāṣa -> bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa
chaya -> cahaya
phala -> pahala
Hal ini justru tidak dilestarikan dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Nusantara lainnya, misalkan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Jawa dan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Bali. Di sisi lain tampaknya hal ini justru ada dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Madura yang terlestarikan pada konsonan eksplosiva bersuara.
Kemudian semivokal /y/ dan /w/ pada posisi awal berubah menjadi /j/ dan /b/. Contohnya ialah kata-kata “jantera”, “bareksa”, “berita”, dan “bicara”.
Lalu anusvara /ṃ/ (/m./) dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu dilafalkan sebagai /ng/ atau sebagai sengau homorgan.
= Daftar-daftar kata serapan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Sanskerta ke bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Indonesia =
Di bawah ini diberikan daftar kata-kata serapan dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Indonesia beserta ejaan asli dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Sanskerta.
A
adi (ādi): utama, pertama
adicita (ādicitta)
adikara (adhikara)
adipati (ādipati): raja agung
adiraja (ādirāja): raja utama
Aditya (Āditya): (Dewa) Matahari
agama (āgama): din; tradisi suci
aji: mantra
aja: hanya
aksara (akṣara): huruf
aksi (akṣi): mata, sesuatu yang dilihat
alpa: teledor, kekurangan
amerta (amṛta): ambrosia, nektar, air kehidupan
ancala (acala): gunung
aneka (aneka): macam-macam
angka: bilangan
angkara (ahaṅkāra): murka
angkasa (ākāśa): langit
angsa (haṃśa): sowang
angsoka (aśoka): sejenis pohon
aniaya (anyāya): siksa
anitya: ketidakkekalan
antara (antara): lain
antariksa (antarikṣa): luar angkasa
anugerah (anugraha): pemberian
arca (arcā): patung
ardi (ardi): gunung
Arya: bangsawan, orang India Utara
asa: jiwa (dalam frasa "putus asa")
asmara (smara): cinta
asrama (āśrama): tempat padepokan
asta (aṣṭa): delapan
astana (āsthāna): tempat pemakaman raja dan kerabatnya. Lihat pula istana.
Atharwaweda (atharvaveda): salah satu dari empat kitab Weda
atma (ātmā atau ātma): jiwa
atmaja (ātmaja atau ātmajā): anak
Awatara (avatāra): penjelmaan, penampakan Dewa di dunia.
B
baca (vaca): mengartikan tulisan
bada (vāda): bicara
bagai (bhāga): mirip
bagi (bhāgī):
bagian (bhāgya):
bahagian (bhāgya):
bahagia (bhāgya): sukacita
bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa (bhāṣa): logat
bahaya (bhaya): sesuatu yang mengancam
bahna (bhāna): karena
bahtera (vahitra): kapal
bahu (bāhu): lengan
bahureksa (bāhurakṣa): hiasan tangan
baiduri (vaidūrya): opal
bakti (bhakti): hormat, loyal
bala (bala): tentara
banaspati (vanaspati): pohon besar
bangsa (vaṃśa): rakyat
bangsawan
bangsi (vaṃśi): peluit
bareksa (vṛkṣa): pohon
basmi (dari frasa bhasmī bhūta): musnah
Batara (bhaṭāra): Dewa
Batari (bhaṭārī): Dewi
bausastra (bahuśāstra): kamus
baya (vayas): usia
bayangkara (bhayaṃkara): penjaga
bayu (vāyu): angin
bea (vyaya): ongkos
biaya (vyaya)
beda (bheda): diferensi
beza (Malaysia)
bedama
begawan (bhagavān): orang suci
bejana (bhājana): tempat menampung
belantara (vanāntara): hutan
bencana (vāñcana): malapetaka
benda (bhāṇḍa): objek
bendahara (bhāṇḍāgāra): penjaga uang
berhala (bhaṭāra): bentuk Tuhan
berhana
berita (vṛtta):
biara (vihāra): tempat kaum rohaniawan
biarawan
biarawati
bicara (vicāra): omong
bidadari (vidyādharī): makhluk sorgawi
biji (bijā): isi buah
biksu (bhikṣu): seorang rohaniawan Buddha
biksuni
binasa (vināśa): hancur
birahi (virahin): ingin bercinta
bisa (1) (viṣa): racun
brahma (brāhma)
brahmana
brahmani
brahmi
brata (brata): tapa
buana (bhuvana): dunia
budaya (buddhaya): berhubungan dengan akal, adab
Buddha (buddha): seseorang yang telah sadar
budi (buddhi): akal
bujangga (bhujaṅga): ilmuwan. Lihat pula pujangga
bukti (bhukti):
bulu roma
bumantara (byomāntara): langit
bumi (bhūmi): planet ketiga dalam tatasurya, tanah
bumiputera (bhūmiputra): pribumi
bupala (bhūpāla): raja
bupati (bhūpati): raja
busana (bhūṣaṇa): pakaian bagus
buta (bhūta): raksasa
butala (bhūtala): bumi
butayadnya (bhūtayajña): persembahan atau kurban kepada buta
C
cabai (cavi): lombok
cahaya (chāya): sinar
cakrabuana (cakrabhūvana):
cakra (cakra): roda
cakram (cakram): diskus
cakera padat (Malaysia): diskus
cakrawala (cakravāla): ufuk, horison
candala (caṇḍāla): orang buangan; dari kasta terendah; paria
cendala
candi (caṇḍi): gedung peninggalan Hindu-Buddha kuno
candra (candra): bulan (satelit bumi)
candramawa
candrasa
candrasengkala
cara (ācāra): kelakuan
caraka (caraka): duta
catur (1): sebuah permainan papan
caturangga
syatranji
catur (2): empat
cedera (chidra): luka
cela (chala): cacat
celaka (chalaka): musibah
cempaka (campaka): nama sebuah bunga (Michelia Champaka)
cendana (candana): nama sebuah tumbuhan
cendekia
cendekiawan
cendera
cendrawasih (candra + vāsi): nama burung di Papua
cengkerama (caṅkrama): bersantai
cerita (carita): kisah
ceritera (caritra): kisah
cerna
cinta (cintā): kasih
cintamani
cita (citta): pikiran
cipta: inovasi
citra (citra): gambar
cuci (śuci): membersihkan
cuka (cukra): bahan pengasam
cula (cūlā atau cūḍā): tanduk
curiga (churikā): mendakwa
D
dara (dhara): anak perempuan; anak gadis; perawan.
dadih: air susu sapi, kerbau, dsb. yang pekat yang kental
dahaga: haus, perlawanan terhadap pemerintah
daksina: selatan
dana: uang
dasa (daśa): sepuluh
dasawarsa (daśawarṣa): dekade, sepuluh tahun
delima: tumbuhan Punica Granatum
denda (daṇḍa): hukuman
dendam (daṇḍa mungkin dari bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Tamil): rasa ingin membalas sesuatu yang dialami
derita (dhṛta): kesengsaraan
desa (deśa): daerah non-urban; daerah administratif terkecil
Dewa: Tuhan
Dewata: sifat kedewaan
Dewi: dewa perempuan
Dewayadnya (dewayajña): persembahan atau kurban kepada para Dewata dalam agama Hindu
dewadaru: kenikir
dewangga: kain yang bergambar indah
dewasa: akil balig
dharma (dharma): kewajiban dan sebagainya
darma: kewajiban
derma: sumbangan
dirgantara (digantara): langit
dirgahayu (dīrghāyuṣa): panjang umur
dosa (doṣa): kesalahan
duli: kehormatan terhadap raja
dupa: kemenyan yang apabila dibakar berbau harum
dusta: tidak benar
duta (dūta): wakil, caraka
dwi: dua
E
eka: satu
ekabahasa (eka + bhāṣā): monolingual
ekamatra
ekasila
embara (digambara): berkelana
kembara (Malaysia)
erti (artha): arti, makna
G
gada
gaharu
gajah (gaja): suatu hewan besar
gala
galuh
ganda
gandapura
gandaria
gandarusa
gandasturi
gandasuli
gandarwa
gandewa (gaṇḍīva): busur, terutama busur sang Arjuna
gandola
gandi
Gangga (gaṅgā): sungai di India dan personifikasinya sebagai Dewi Gangga
gangsa
gapura
garba
Garuda (garuḍa): burung mitologis, wahana Dewa Wisnu
gatra: baris
gaya
gembala
genta
gergaji
gergasi: raksasa
gerhana
giri (giri): gunung
gita: tembang
goni
graha (gṛha): rumah, gedung
griya: di Bali rumah keluarga brahmana
grahita
gua
gula: pemanis
gulana (glāna): rasa gundah
gulma
guna (guṇa): manfaat
gunawan (guṇa + sufiks vant)
gurindam pantun yang terdiri dari dua baris,baris pertama sampiran dan baris kedua isi
guru (guru): pengajar
gusti: tuhan
H
harsa (harṣa): sukacita
harta (artha): uang, kekayaan material
hasta: tangan
hatta (ātha): syahdan, maka (kata penghubung)
hima: kabut (harafiah salju)
Himalaya (himâlaya): nama pegunungan di India, secara harafiah artinya "tempat salju"
hina: rendah
I
idam
indra
indria
inggu
intisari
irama (virama): ritma
Isyarat (ishara): signal/sinyal
istana (āsthāna): tempat tinggal raja. Lihat astana
istimewa (āstām eva): khusus
istri (strī): mitra pernikahan wanita
J
jaga (jagarti tapi dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Prakerta jaga): bangun
jagat (jagat): dunia
jagat raya (dari jagattraya: "tiga dunia"): alam semesta
jaksa (adhyakṣa): sang penuntut dalam mahkamah pengadilan
jala (jala): jaring untuk menangkap ikan
jambu (jambu): semacam pohon dan buahnya
japa (japa): mantra
jampi (japa)
jana: manusia
janda (raṇḍa): seorang wanita yang tidak memiliki suami lagi
jantera (yantra): alat yang berputar, roda
jasa (yaśa): perbuatan terpuji
jati (jāti): sejenis pohon
jatmika (adhyātmika): hormat
jaya: menang
jebad
jeladri
jelata (janatā): rakyat
jelita (lalita): cantik
jelma (janma): orang
jempana (jampana): pelangkin
jenggala (jaṅgala): gurun
jenitri (gaṇitrikā): sejenis pohon dan buahnya (elaecorpus ganitrus)
jiwa (jīva): roh
juita (jīvita): manis
jumantara (vyomāntara): langit
juta (ayuta): 1.000.000
jutawan: sangat kaya
K
kabupaten (dari kata bhūpati): wilayah pemerintahan seorang bupati
kakawin (dari kata kāvya): sebuah sajak dalam metrum India
kala (kāla): waktu
kaka:
kalpataru (kalpataru): pohon kehidupan, pohon kelimpahan
kama (kāma): cinta
Kamajaya (Kāmajaya): nama lain Dewa Smara atau Dewa Cinta
kanji
kapas (karpāsa): sejenis bahan
karena (kāraṇa): sebab
karma (karma): hasil
karna (karṇa): telinga
karunia (kāruṇya): anugerah
karya (karya): buatan
kata (katha): satuan kalimat
kawi (kāvya): penyair
kecapi (kacchapī): alat musik petik
keling (Kaliṅga): India bagian selatan
keluarga (kulavarga): famili
kemala
kendala
kendi (kuṇḍi atau kuṇḍikā): bejana air
kenya (kanyā): gadis
kepala (kapāla): bagian tubuh yang teratas
keranda
kerja (karya): sesuatu yang diperbuat
kesatria (kṣatriya): lihat kesatria
kesturi (kastūrikā): jebat, musang
kesumba
ketika
kirana (kiraṇa): sinar
kokila: sejenis burung
kota (kuṭa): benteng, wilayah urban
koti (koṭi): 100.000
krama: cara, aturan
kresnapaksa (kṛṣṇapakṣa): paruh gelap bulan
krida (krīḍā): tindakan terpuji
kesatria (kṣatriya): kasta kedua, bangsawan, seorang laskar
kuasa (dari kata waśa):
kulasentana (kulasantāna): suku
kulawangsa (kulavaṃśa): klan
kunarpa: mayat, bangkai
kunci (kuñcikā): menutup
kunta
kusa
kusta
kusuma (kuṣuma): bunga
L
laba (labha): untung
lagu (laghu): nyanyian
laksa (lakṣa): 10.000
laksana (lakṣaṇa)
lengkara
lingga (liŋga)
logam
loka
lokakarya
lokananta
lokapala
lintas
M
madia (madya): tengah
madya
madu (madhu): cairan manis produk lebah
madukara
maha (mahā): besar
Maharaja (mahārāja): Kaisar
mahkota:
makara:
mala:
malapetaka:
manah:
mandala:
mangsa:
mangsi:
manik:
manikam:
mantra:
mantri:
manusayadnya:
manusia:
mara:
marabahaya:
marga:
margasatwa:
Mergastua (Malaysia)
masa:
meterai:
matra:
maya: semu
mayapada: bumi
mega (megha): awan
melati:
menteri:
mercapada:
merdeka: kebebasan
mahardika:
merdu:
merica:
merpati:
mesra:
mesti:
mestika:
mina: ikan
mintuna:
mitra: teman,rekan
moksa (mokṣa): kelepasan dari sengsara
muda (mūḍha): tidak tua
muka: wajah
mula:
mustika:
mutiara:
N
nada: bunyi
naga:
nama (nāma): sebutan atau panggilan
nara:
narapati:
narapidana (narapīḍana)
nata:
nawa (sembilan):
negara: (nagārā )
negeri: bagian dari negara
neraca (nârâcî):
neraka (naraka):
netra (netra): mata
nila:
nirmala:
nirwana (nirvana): stadium kelepasan jiwa
niscaya:
niskala:
nista:
O
ojah
P
pada
padma
padmi
padam
patma
fatma
pahala
paksa
paksi (pakṣi): burung
peksi
paksina
pala
panca (pañca): lima
pancaka
pancasila (1) (pañcaśīla): lima kaidah falsafah Buddhis
Pancasila (2) (pañcaśīla): ideologi negara Indonesia
Pancatantra (pañcatantra): sebuah karya sastra dari India Kuno
pandai
pandita
panitia
papa
para
parameswara
parameswari
parisada
parwa (pūrwa)
pasca (paścat): setelah
pataka
patera
patih
pawaka: api
pawana: angin
payudara (payodhara): buah dada wanita
pedanda
pedati
pekerti
pendapa
pendeta
penjara
perada
perbawa
percaya (pratyaya)
perdana
peribahasa
peristiwa
perkara
permaisuri
permata
persada
pertama
pertiwi (pṛṭiwi)
perwara
petaka
pidana
pitayadnya
prabu
prahara
prakarsa (prakarśya)
prakarya
prakata
pramuka (pramukha)
prameswari (prameśvāri)
pramugara
pramugari
pramuria:wanita nakal
pramuwisata:pemandu wisata
pranala (praṇāla): pautan atau tautan di internet
pranata
prasangka
prasarana
prasasti (praśasti)
prasetya
prawacana
pria (priya)
pribumi:penduduk asli
puasa
puja
pujangga:penyair
puji
penggawaprajurit
pura (pura)
purba
purbakala
puri
purnama (pūrṇama)
purwa
purwarupa: prototipe
pusaka
puspa
puspadanta
puspita (puṣpita)
pustaka
putra
putri
R
raga (râga):
rahasia (rahasya)
raja (rājā)
rajaberana
rajah
rajalela
rajawali
raksa
raksasa
raksasi
ramai
rasa
rasa
rasi
rata
ratna
reca
rela
remaja
rencana
renjana
resi
restu
Rgweda: kitab suci umat Hindu
rona
rupa
Rupiah (rūpya): mata uang Indonesia
S
sabda (sabda): kata, firman
sad (ṣaḍ): enam
sadaya
sahaja (sahaja): sederhana
sahaya (sahāya): hamba
saka
sakala
saksi (sakṣi)
sakti (śakti): kekuatan supranatural
sama
samapta
samsara (saṃsāra): lahir kembali di dunia, lihat pula sengsara
samudra (samudra): laut besar
sandi
sandiwara
sanggama (saṃgama): hubungan seksual
sanggamara
sangka (śangkha):
sangkala (śṛngkhalā)
sangsi (saŋsi)
Sanskerta (saṃskṛta): bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa yang sempurna
sanskrit (Malaysia)
santri (śāstri): seorang pelajar agama Islam, biasa tinggal di sebuah asrama
pesantren
santi
santika
sapta (tujuh)
saptadarma
saptamarga
sarana
sari
sari
saripati
sarira
sarjana (sajjana): seorang akademikus
sasakala
sasian
sastra
satria
satru
satwa
satyalancana
satyawacana
saudara
sayembara (svayambara): kontes
seba
sederhana (sārdhāna): simpel
sedia
sediakala
sedianya
segala
segara
sejahtera
selesma
selsema (Malaysia)
selira
seloka (śloka): larik puisi
semadi
semboyan
sementara
sempurna
semua
senantiasa
senapati
sendawa
sendi (sandhi): penghubung
sengketa
sengsara (saṃsāra): keadaan derita. Lihat pula samsara
senjata (sajjita): alat perang
sentosa
serati
seraya
serba
seribumi
serigala
sesira
setanggi
seteru (śatru): musuh
setia (satya): loyal
siksa
sila (śīla): asas
singa (siṃha): semacam kucing raksasa
singgasana (siṃhâsana): takhta
sisa
siswa (siṣya): murid
sorga (svarga)
sri
sridanta
srikaya
stupa
su- (su): baik
suami
suara (svara): bunyi
suasana
suci (śuci): keramat
sudah (suddha): telah
sudamala
sudara
sudi
sudra
suka
sukarela
suklapaksa
sukma
sula
sunyata
sunyi
suralaya
surya
suryakanta
susila
sutra
sutradara
swa-
swakarsa
swakarya
swapraja
swasembada
swatantra
swasta
T
tabik
tabe
tabil
tala
tani (tanni):
tantra:
taru
taruna (taruņa):
teruna (Malaysia)
tata
tata acara
tata surya
tata bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa
tata busana
tata cara
tata guna
tata krama
tata laksana
tata nama
tata negara
tega (tyaga): tidak perduli
teja
telaga (taḍâga):
tembaga (tâmraka):
tentara
tepaslira
terka
tetapi (tathâpi):
tirta (tîrtha): air
tri (tri): tiga
trimatra
trimurti
trisna
trisula (triśūla): Tiga ujung. Senjata (semacam tombak) dengan tiga mata yang tajam.
triwikrama
tuli (tulya):
tuna (tunna): Kehilangan (tadinya memiliki menjadi tidak) / tidak memiliki.
tuna netra: buta
tuna rungu: tuli
tuna wicara: bisu
tuna daksa: tidak memiliki tangan dan/atau kaki
tuna laras: kelainan perilaku
tuna grahita: kelainan mental
tuna wisma: tidak memiliki rumah
tuna karya: pengangguran Tidak memiliki pekerjaan.
tuna aksara: buta huruf
tuna susila: tindakan amoral
U
udara (udara): zat di atmosfer bumi
umpama: lihat upama
unta (uṣṭra): sejenis hewan yang hidup di gurun pasir
upacara
upaduta
upah
upama: contoh
upaya (upāya): daya, siasat
upeti (utpatti): sesuatu yang harus diberikan kepada pembesar, semacam pajak
ufti (Malaysia)
urna
usaha (utsaha)
usia (yuṣa): umur
utama (uttama): paling unggul
utara (uttara): mata angin yang arahnya sebelah kiri terbitnya matahari
V
vihara (vihāra): rumah ibadah kaum Buddhis
W
wacana (vacana)
wahana (vāhana): medium, kendaraan
waisak
wesak (Malaysia)
waisya
walimana (vimāna): burung mitis
waluh
-wan (-vant): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku pria
-wati (-vatī): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita
wana: hutan
wanara (vaṇara): kera
wangsa (vaṃśa): dinasti
wanita (wanitā) : perempuan (terhormat)
waranggana
warga: kaum
warna (varṇa): kelir
warsa (varṣa): tahun
warta (vṛtta): berita
warta berita
wartawan: jurnalis
waruna
waspada
wati
weda: kitab suci
wedana
werda
wibawa
wicara
widara
widya: pengetahuan, ilmu atau pembelajaran
widyakarya
widyawisata
wihara
wijaya
wiku
wimana
windu
wira
wiracarita: epos
wirama
wiraswasta
wirawan
wisata
wisatawan
wisaya
wisma: rumah
wisuda
wiwaha (vivāha): pernikahan besar
wiyaga: burung
wiyatabhakti
wredatama
Y
Yajurweda (yajurveda): salah satu dari kitab Catur Weda
yantra (yantra): alat. Lihat pula jentera
yayasan (berdasarkan yaśa): lembaga. Lihat pula jasa.
yoga (yoga): bentuk tapa-samadi
yogi (yogin): seseorang yang beryoga
yoni (yoni): rahim, vagina, alas lingga
yogya (yogya): sesuai tatakrama
yojana (yojana): ukuran, jarak kurang lebih 15 kilometer
yuda (yuddha): perang
Bilangan
Bilangan Sanskerta banyak yang berupa bentuk terikat dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa Melayu.
1 eka-
2 dwi-
3 tri-
4 catur-
5 panca-
7. sapta-
8. asta-
9. nawa-
10. dasa-
10.000. laksa
100.000. keti
1.000.000. juta
Referensi
(Inggris) Jan Gonda, 1952, Sanskrit in Indonesia, New Delhi: International Academy of Indian Culture.
(Inggris) Johannes Gijsbertus de Casparis, 1997, Sanskrit loan-words in Indonesian: An annotated check-list of words from Sanskrit in Indonesian and Traditional Malay, Jakarta: Badan Penyelenggara Seri NUSA, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
(Indonesia) Professor Dr. Mukunda Madhava Sharma M.A., Ph.D., D. Litt., Kavyatirtha, 1985, Unsur-Unsur bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Sanskerta dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Indonesia. Denpasar: Wyāsa Sanggraha.
(Inggris) Sir Monier Monier-Williams, 1899, A Sanskrit - English Dictionary. Oxford
(Indonesia) Edi Sedyawati, Ellya Iswati, Kusparyati Boedhijono, dan Dyah Widjajanti D., 1994, Kosakata bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Sanskerta dalam bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa Melayu Masa Kini. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">bahasa" target="_blank">Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(Indonesia) P.J. Zoetmulder, 1995, Kamus Jawa Kuno - Indonesia, Jakarta: Gramedia
(Indonesia) Sutanto, 1989, Dwidasa = 12, Intisari Mei 1989, Jakarta: Yayasan Intisari
(Inggris) Malay Words of Sanskrit Origin